(Kejadian 1-2; Keluaran 22:21; Lukas 10:25-36; Roma 10:12;)
Pendidikan Agama Kristen dan Budipekerti Kelas XII
Tujuan Pembelajaran
Menganalisis kaitan antara ras, etnis dan gender
dengan sikap diskriminasi yang masih ada dalam masyarakat.
Mendeskripsikan ras, etnis dan gender.
Memahami Lukas 10:25-36 dan mengaitkannya dengan
keadilan bagi semua orang dalam rangka menghargai ras,
etnis dan gender.
menghargai perbedaan dalam keberagaman.
Menjadi teladan dalam keberagaman.
Membuat karya tulis (essay, refleksi, puisi) mengenai indahnya
persekutuan remaja yang terdiri dari beragam etnis, budaya dan gender.
Membuat Observasi sederhana berkaitan dengan gender sensitivitas
Pembahasan mengenai ras, etnis dan gender bertujuan membangun kesadaran dalam diri peserta didik untuk membangun pikiran positif terhadap perbedaan ras, etnis dan gender, terutama dalam kaitannya dengan sikap sebagai orang Kristen. Allah menciptakan manusia dalam berbagai keunikan dan semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama yang harus dihargai terlepas dari perbedaan latar belakang ras, etnis maupun gender. Hal ini penting karena masih cukup banyak orang yang memiliki prejudisme (prasangka) terhadap orang lain yang berbeda latar belakang dengannya. Penting untuk disadari bahwa pergaulan dengan sesama yang berbeda latar belakang tidak akan mengancam identitas kita sebagai orang Kristen.
Pada masa kini, diera global seperti ini, pergerakan manusia amat intens
dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lainnya. Hal itu menyebabkan hampir tidak ada masyarakat yang homogen atau sama (tunggal) pada hampir tiap negara. Contoh, Eropa yang dulunya hanya didiami oleh bangsa Eropa namun sekarang ada banyak imigran yang datang ke berbagai negara di Eropa. Mereka datang membawa serta budaya dan kebiasaankebiasaan angsanya dengan demikian, ada keberagaman hidup disana. Negara kita Indonesia dikenal sebagai negara yang masyarakatnya majemuk. Orang Indonesia sudah terbiasa hidup dalam keberagaman. Terkadang mendatangkan konflik namun semuanya dapat diselesaikan dengan baik. Berbagai persoalan yang muncul dari keberagaman itu merupakan pembelajaran bagi bangsa Indonesia. Pembelajaran itu melahirkan pemahaman baru yang makin memperkuat solidaritas dan penerimaan terhadap keberagaman. Disamping itu para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemerintha juga selalu berupaya untuk melakukan penyadaran bagi masyarakat bahwa keberagaman adalah anugerah Tuhan bagi bangsa Indonesia yang patut disyukuri bukannya dijadikan akar konflik dan permusuhan. Kebersamaan bangsa Indonesia diikat oelh filsafat Bhineka Tunggal Ika yang artinya biarpun berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan ini tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Mengenal Ras, Etnis dan Gender
Orang-orang yang tinggal di Amerika Latin banyak yang merupakan keturunan Spanyol, Portugis, Prancis, Jerman, Inggris, dll. Ada pula orang-orang yang berasal dari Suriah, Lebanon, Mesir,
bahkan juga sekarang banyak imigran dari Asia, seperti dari Jepang, Korea, dan Taiwan. Mereka yang keturunan bangsa Eropa tentu umumnya berkulit putih. Orang Afrika biasanya berkulit hitam. Orang-orang Afrika dari bagian utara, khususnya di daerah Maghribi, seperti Maroko, Tunisia, Aljazair, Libya,
berkulit lebih cerah, bahkan ada yang berkulit putih. Rambut mereka pun ada yang pirang. Sementara itu, orang-orang dari bagian lain di Afrika biasanya berambut hitam dan keriting. Bangsa Jepang tergolong bangsa Asia, dari ras Mongoloid yang berkulit kuning, bermata sipit dan tubuhnya tidak begitu tinggi.
Dalam sejarah pernah terjadi ketika orang-orang kulit putih di Amerika Serikat dan di Australia memandang rendah orang-orang kulit hitam dan berwarna. Keadaannya sedemikian parah sehingga orang malah memperjualbelikan orang lain hanya karena warna kulitnya lebih gelap, atau hitam. Orang-orang berkulit hitam dianggap sama dengan binatang sehingga mereka dapat diperjual-belikan, bahkan juga diperlakukan seperti binatang. Misalnya mereka bisa disuruh bekerja tanpa jam istirahat dan makan yang cukup. Mereka dihukum dengan sangat kejam apabila tuan-tuan mereka merasa bahwa mereka tidak bekerja cukup keras atau mereka berbuat kesalahan. Kadang-kadang mereka dipukuli, dibakar, dimutilasi (dipotong anggota tubuhnya), diberi cap dengan besi membara, dll.
Dari definisi-definisi di atas, kita dapat menangkap bahwa orang “barbar” adalah orang-orang yang dianggap renda dan buruk. Perbedaan budaya atau kelompok etnis juga bisa membuat orang merendahkan satu sama lain. Di zaman dahulu, orang-orang Yunani menganggap diri mereka sebagai bangsa yang paling hebat. Mereka menyebut bangsa-bangsa lain sebagai bangsa “barbar”. Mereka mempunyai ungkapan yang berbunyi, “Barangsiapa yang bukan Yunani, adalah orang barbar.” Mereka menggunakan istilah ini bahkan juga untuk orang-orang Yunani dari suku-suku dan kota-kota yang lain. Di kemudian hari di Eropa, bangsa-bangsa Anglo-Saxon (Inggris, Belanda, Jerman, dll.) juga menganggap rendah orang-orang dari Italia, Spanyol, dan Portugal. Begitu pula dengan perbedaan gender, masih ada manusia yang membuat perbedaan perlakuan terhadap sesama berdasarkan perbedaan gender.
Kamus “The Oxford English Dictionary” memberikan beberapa definisi untuk kata “barbarian”, yaitu :
secara etimologis, Seorang asing, yang bahasa dan kebiasaannya berbeda dengan si pembicara.
secara historis:
Seseorang yang bukan orang Yunani.
Seseorang yang hidup di luar wilayah kekaisaran Romawi dan peradabannya, berlaku khususnya bagi bangsa-bangsa di utara yang mengalahkan mereka.
Seseorang yang hidup di luar peradaban Kristen.
Di antara orang-orang Italia di zaman Renaisans: salah satu bangsa di luar Italia.
Orang yang kasar, liar, tidak beradab.
Kadang-kadang dibedakan dengan bangsa primitif (mungkin, mirip dengan no. 2).
Diberikan sebagai penghinaan oleh orang China kepada orang asing.
Orang yang tidak beradab, atau orang yang tidak bersimpati dengan budaya sastra.
Q an A
Lakukan curah pendapat mengenai berbagai ciri manusia dengan perbedaannya. Kegiatan ini dapat mnenuntun kalian untuk memahami keberagaman manusia yang terdiri dari berbagai ras dan etnis. Guru akan meluruskan persepsi yang dikemukakan.
Pengertian Ras, Etnis dan Gender
Persoalan ras, etnis dan gender telah berabad-abad diperdebatkan sampai dengan saat ini. Mengapa?Karena ada berbagai pemahaman dan perlakuan yang harus diluruskan menyangkut ras, etnis dan gender.Persoalarumpun kebangsaan atau ras, suku dan jenis kelamin kemungkinan dibahas juga dalam mata pelajaran lain.Tapi pembahasan dalam mata pelajaran PAK lebih ditekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bersikapterhadap berbagai perbedaan ras, etnis dan gender sebagai pengikut Kristus yang tentu saja acuan sikapnya adalahajaran Kristus. Konsep ras muncul ketika bangsa-bangsa Eropa berjumpa dengan bangsa-bangsa lain di dunia dankemudian mulai mengkategorikan kelompokkelompok manusia menurut ciri-ciri fisiknya. Tujuan akhirnya adalahuntuk membenarkan praktik perbudakan mereka. Mereka yakin bahwa perbedaanperbedaan fisik antara kelompok-kelompok masyarakat itu juga mencerminkan perbedaan intelektual, perilaku, dan moral mereka. Pada tahun 1735,Carolus Linnaeus yang dikenal sebagai penemu taksonomi zoologi, membagi manusia ke dalam berbagaikelompok ras Homo Sapiens, yaitu masing-masing Europaeus, Asiaticus, Americanus dan Afer. Homo SapiensEuropaeus digambarkan aktif, akut, dan petualang sedangkan Homo Sapiens Afer licik, malas dan sembrono.Dari sini kita dapat melihat bagaimana pembedaan ini pada akhirnya melahirkan marginalisasi atau perendahanterhadap ras dan suku bangsa tertentu.
Ras dan etnisitas adalah konsep yang digunakan untuk mengkategorikan sekelompok manusia. Perbedaan anatomi tubuh (warna kulit, warna rambut, mata, tinggi badan, dll), budaya, genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok sosial digunakan untuk mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk mempermudah pengenalan sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Orang seringkali berpikir ini adalah pembagian yang sederhana. Kenyataannya tidak selalu demikian. Orang yang berkulit hitam dan berambut keriting dapat disebut sebagai orang Afrika, tetapi bukan mustahil juga berasal dari Papua. Orang berkulit kuning dan bermata sipit mungkin dikenali sebagai orang Cina, Korea, atau Jepang, tapi bisa jadi juga orang Minahasa.
Betapapun juga pembedaan-pembedaan yang dibuat, kita harus memahami bahwa tidak ada satu ras pun yang lebih tinggi atau unggul daripada yang lainnya, sementara ras tertentu lainnya dianggap lebih rendah di dunia. Semua ras memiliki kedudukan yang sederajat.
Suku bangsa adalah penyebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang mendiami daerah tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Berbagai kebiasaan dan adat-istiadat ini merupakan ciri khas yang dapat membedakan satu kelompok etnis dengan kelompok lainnya. Di dunia dan di Indonesia terdapat banyak suku bangsa yang berbeda-beda. Ada perbedaan yang kecil, seperti misalnya suku Jawa dengan suku Bali. Ada pula suku-suku yang sangat berbeda, seperti misalnya suku Aceh dengan suku Papua. Namun, pada dasarnya semua suku sama dan sederajat. Adat-istiadat mereka semuanya unik dan tidak ada yang lebih luhur ataupun lebih rendah daripada yang lain. Setiap suku mengembangkan kebudayaannya masing-masing, berbahasa dengan logatnya sendiri, dan mengembangkan adat-istiadatnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain ciri-ciri kebudayaannya, suku bangsa juga kadangkadang dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri fisik anggotanya.
Gender adalah perbedaan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di tempat yang berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Gender tidak sama dengan seks atau jenis kelamin. Jenis kelamin terdiri dari perempuan Sementara itu, gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan. Gender
berkaitan dengan pandangan atau pemahaman tentang bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat mereka berada. Dengan demikian definisi gender dapat dikatakan sebagai pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk
atau dikonstruksikan secara sosial-budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, dahulu orang menganggap memasak dan menjahit sebagai pekerjaan perempuan. Namun sekarang ada banyak laki-laki yang menjadi juru masak atau perancang busana. Orang-orang seperti Bara Pattiradjawane, Rudy Choirudin, Arnold Purnomo, dll., dikenal sebagai juru masak yang sering tampil di layar televisi. Tokoh-tokoh seperti alm. Iwan Tirta, Edward Hutabarat, Itang Yunasz, adalah sejumlah laki-laki perancang mode yang terkemuka di negara kita. dan laki-laki yang telah ditentukan oleh Tuhan ketika manusia dilahirkan.
Masalah-masalah Sekitar Ras, Etnis dan Gender
Diskriminasi rasial dan etnis
Seorang penulis Prancis yang bernama François Bernier menyusun sebuah buku yang menjelaskan pembagian manusia di dunia ke dalam kelompokkelompok ras. Bukunya yang berjudul Nouvelle division de la terre par les différents espèces ou races qui l’habitent (cara membacanya) diterbitkan pada tahun 1684.
Pada abad ke-18 orang semakin mendalami perbedaan-perbedaan ini, namun pemahamannya mulai disertai dengan gagasan-gagasan rasis tentang kecenderungan-kecenderungan batiniah dari berbagai kelompok, dengan ciriciri yang paling baik terdapat pada orang-orang kulit putih. Di atas sudah dijelaskan bagaimana pengelompokan manusia ke dalam ras itu ternyata didasarkan pada keinginan untuk membenarkan praktik-praktik diskriminasi dan penindasan terhadap ras dan etnis tertentu yang semuanya dipandang sebagai sesuatu yang wajar. Bahkan ras dan etnis tertentu dipandang rendah dan tidak memiliki martabat kemanusiaan.
Rasialisme bertentangan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Rasialisme menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi bangsa dan ras tertentu. Misalnya: penderitaan orang-orang Indian dan kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang kehilangan hak-haknya sebagai warga negara. Di Afrika Selatan orang-orang kulit hitam dan kulit berwarna juga kehilangan hak-haknya karena politik rasial yang disebut apartheid, yaitu pembedaan manusia berdasarkan ras dengan cara mendiskriminasikan mereka yang berkulit hitam, berkulit berwarna dan orang-orang Asia (India). Mereka yang bukan kulit putih dibatasi ruang geraknya dan hampir tidak memeroleh hak sebagai warga negara. Namun aneh sekali, dalam praktik apartheid negara Afrika Selatan, bangsa Jepang diakui berkulit putih. Mengapa? Tidak lain karena negara Jepang sudah tergolong maju dan kaya, dan rezim apartheid Afrika Selatan ingin memetik keuntungan ekonomi dengan memperlakukan bangsa Jepang dengan baik di sana.
Nelson Mandela adalah pejuang kulit hitam Afrika Selatan yang terkenal. Ia berhasil memperjuangkan hak orang kulit hitam di Afrika Selatan untuk memeroleh hak yang sama dengan kaum kulit putih. Karena usahanya selama puluhan tahun, pada 5 Juni 1991 diskriminasi hukum di Afrika Selatan terhadap orang kulit hitam dicabut.
Masih banyak contoh yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan ketidakadilan ras dan etnis. Di Amerika Serikat tokoh yang terkenal melawan diskriminasi rasial adalah Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. Ia memimpin demonstrasi dan pemogokan damai dalam rangka memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika, hingga akhirnya ia tewas dibunuh. Di Jerman, Adolf Hitler membunuh enam juta orang Yahudi karena kebencian ras dan etnis serta kebanggaannya akan ras Aria yang dianggapnya sebagai ras paling unggul.
Pada Januari 2001, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengumumkan Tahun Baru China (Imlek) menjadi hari libur pilihan, yang kemudian diubah oleh Presiden Megawati menjadi hari libur nasional. Tindakan Gus Dur ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur juga memulihkan hak-hak etnis Tionghoa di Indonesia. Di Indonesia kini hakhak setiap warga negara dari semua etnis dan ras dijamin oleh UU. Jadi, jika ada yang melakukan tindakan pelecehan terhadap ras atau etnis tertentu, maka yang bersangkutan dapat dituntut secara hukum.
Demikianlah, seiring dengan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, diskriminasi rasial mulai terkikis secara perlahan dan kini muncul kesadaran bahwa diskriminasi rasial bertentangan dengan hak asasi manusia. Di Amerika Serikat, Barak Obama menjadi orang kulit hitam pertama yang menjadi presiden di negara itu. Di Italia, Cecile Kyenge, seorang perempuan Afrika kelahiran Kongo, menjadi orang kulit hitam pertama yang diangkat menjadi menteri urusan Integrasi di negara itu.
Diskriminasi Gender
Menurut definisi yang ada dalam buku “Kesetaraan Gender” yang diterbitkan oleh ELSAM, sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, istilah “kesetaraan gender” berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Jadi, diskriminasi gender adalah perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Diskriminasi terjadi terhadap perempuan dan dipengaruhi oleh budaya. Umumnya budaya di Indonesia lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan kepada kaum perempuan. Misalnya, orang biasa bertanya, “Putra Bapak berapa?” Mengapa tidak bertanya, “Berapa putra dan putri Bapak?” Pertanyaan yang pertama menyatakan bahwa anak laki-laki lebih berharga sehingga merekalah yang ditanyakan keberadaan dan jumlahnya dalam sebuah keluarga.
Orang seringkali begitu saja menyamakan gender dengan jenis kelamin. Misalnya, orangtua sering mengajarkan kepada anak laki-lakinya, “Jangan menangis. Kamu ‘kan laki-laki! Laki-laki tidak boleh menangis.” Atau, seorang ibu berkata kepada anak perempuannya, “Kamu harus membantu Ibu di dapur, karena itu adalah tugas seorang anak perempuan.” Anak laki-laki yang menangis dianggap banci. Anak perempuan yang lebih suka bermain di luar ketimbang membantu ibunya di dapur dianggap tomboy atau kelelakilelakian. Kenyataannya, menangis adalah sebuah ungkapan emosi yang wajar bagi manusia – laki-laki maupun perempuan. Membantu ibu memasak di dapur pun bisa dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Di atas sudah disinggung betapa banyak juru masak dan perancang mode laki-laki sekarang. Karya mereka ternyata dihargai tinggi oleh masyarakat kita.
Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan adanya keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi terhadap kelompok yang dianggap lebih lemah, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki laki.
Terwujudnya kesetaraan (persamaan) dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi (pembedaan) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, mereka memiliki akses pada berbagai bidang kehidupan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk memperoleh keadilan di berbagai bidang kehidupan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Di Indonesia, masih banyak orang yang kurang memiliki kesadaran gender sehingga akibatnya masih cukup banyak perempuan yang tertinggal di berbagai bidang kehidupan. Misalnya, masih ada orang tua Indonesia yang memberikan prioritas utama kepada anak laki-laki untuk bersekolah daripada anak perempuan. Angka buta huruf bagi kaum perempuan lebih banyak daripada kaum laki-laki. Ketertinggalan perempuan mencerminkan masih adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia.
Pada masa kini, di Indonesia hak-hak perempuan dijamin oleh UU. Misalnya, perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (dipukul ataupun dihina oleh suami), dapat melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian. Selanjutnya, polisi akan melakukan tindakan hukum terhadap pihak yang melakukan kekerasan.
Pemahaman Alkitab tentang Ras, Etnis dan Gender
Apa Kata Alkitab Tentang Ras dan Etnis?
Kitab Perjanjian Lama memberi ruang pada kepelbagaian. Anak-anak keturunan Abraham dan Yakub diminta untuk memberi tumpangan bagi orang asing di rumah mereka. Hak-hak orang asing juga diperhatikan. Kitab Keluaran 22:21; janganlah kau tindas atau kau tekan orang asing sebab kamu pun dahulu orang asing di tanah Mesir. Kemungkinan orang asing yang dimaksudkan adalah orang yang berasal dari daerah yang berbeda atau dari suku bangsa yang berbeda.
Dalam Perjanjian Baru, sikap dua orang tokoh sentral, yaitu Yesus dan Rasul Paulus jelas mengisyaratkan solidaritas dan tidak membeda-bedakan ras dan suku bangsa. Para pengikut Rasul Paulus terdiri dari orang Yahudi helenis, orang Yunani bahkan orang-orang dari Asia kecil.
Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang menarik tentang “Orang Samaria yang murah hati” (Luk 10: 25-37). Orang Israel memandang rendah orang Samaria dan mereka tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Ibadah orang Samaria juga dipandang sebagai ibadah yang tidak murni lagi karena bercampur dengan sistim ibadah etnis lain yang ada di sekitar Samaria. Perumpamaan ini menarik karena Yesus memakainya untuk menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi tentang siapakah sesama manusia. Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa sesama manusia adalah semua manusia ciptaan Allah. Sesama manusia adalah mereka yang peduli serta menunjukkan solidaritasnya bagi sesama melewati batas-batas agama dan suku bangsa.
Sejajar dengan itu, Rasul Paulus juga mengatakan tidak ada orang Yunani atau bukan Yunani, semua orang dikasihi Allah (Rm. 10:12). Tuhan Allah itu adalah Allah yang Esa dan yang menciptakan manusia dalam kepelbagaian. Ternyata, sikap diskriminatif terhadap ras dan etnis bukan hanya ada di zaman kini saja, tetapi sejak zaman Perjanjian Baru pun hal itu terjadi. Yesus menangkap hal tersebut, karena itu Ia selalu memperingatkan para pengikutNya untuk menghargai sesama manusia. Murid-murid Yesus pun berasal dari berbagai tempat dan tidak ada seleksi suku atau etnis dan daerah geografis tempat tinggal. Yesus memilih mereka dan menanyakan kesediaannya untuk mengikuti-Nya. Komitmen dan hati manusia lebih utama dibandingkan dengan tempat asal, suku bangsa maupun warna kulit.
Pernyataan tersebut di atas diperkuat dengan Injil Matius 22:37-39, Markus 12:28-34, dan Lukas 10:25-28. Bagian kitab tersebut berisi tentang kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia. Perintah kasih itu bersifat universal artinya berlaku untuk semua manusia di semua tempat.
Apa yang disampaikan tersebut merupakan kutipan yang memperkuat pandangan terhadap keadilan ras dan etnis atau suku bangsa. Sedangkan, ada juga kutipan Alkitab yang sering disalahartikan seolah-olah ada ras yang dikutuk dan karena itu mereka selalu menjadi ras yang terbelakang. Contohnya kisah pada Kejadian 9: 18-27. Salah satu anak Nuh, yaitu Ham yang juga disebut sebagai “Kanaan” telah berlaku tidak sopan dan tidak hormat pada ayahnya, Nuh. Ketika Nuh mabuk dan telanjang, ia tidak menutupi tubuh Nuh, ia malah menceritakan aib ayahnya. Sebaliknya dengan kedua saudaranya, Sam dan Yafet. Ketika mereka mendengar hal itu, mereka masuk ke kamar ayahnya dan menutupi tubuhnya yang telanjang tanpa menoleh ke arah ayahnya. Setelah sadar dari mabuknya, Nuh mengetahui hal itu, ia sangat marah dan mengutuk Ham. Kutukan itu adalah kutukan seorang ayah kepada anaknya dan bukan kutukan terhadap ras yang berasal dari keturunan Ham. Ada banyak kalangan yang salah menafsirkan bahwa keturunan Ham yang merupakan cikal bakal ras Aria itu menjadi budak akibat kutukan Nuh. Padahal Nuh tidak pernah mengutuk ras dan etnis tertentu.
Apa Kata Alkitab tentang Kesetaraan Gender?
Ada beberapa contoh di Alkitab tentang Yesus yang memperhatikan kaum perempuan sebagai orang yang seringkali dinomorduakan bahkan direndahkan di kalangan orang-orang Israel. Misalnya: Yesus menerima seorang perempuan yang meminyaki kakinya. Ia juga berteman dengan Martha dan Maria. Yesus mendobrak struktur budaya masyarakat Yahudi yang merendahkan perempuan dan memang sangat diskriminatif. Misalnya, perempuan tidak boleh tampil di depan umum dan memperoleh pendidikan. Yesus malah bergaul dengan Martha dan Maria, saudari-saudari Lazarus. Ia berkunjung ke rumah mereka dan mengajar Maria. Ia juga makan bersama mereka. Yesus mengampuni seorang perempuan yang berzinah, padahal menurut hukum Yahudi, perempuan yang berzinah harus dihukum dengan cara dilempari batu sampai meninggal. Sedangkan laki-laki yang berselingkuh dengannya bebas Sungguh ironis sikap Yesus, ketika perempuan yang berzinah (berselingkuh) itu dihadapkan kepada-Nya untuk dihukum, Yesus bertanya kepada orang banyak yang ada di sana, kata-Nya, ”Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, silahkan melempari perempuan ini!” Semua orang bubar dan tidak jadi melempari perempuan itu dengan batu. Karena mereka semua sadar bahwa semua manusia berdosa. Kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu, ”Aku pun tidak menghukum kamu, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Sikap tersebut merupakan salah satu cara Yesus mendobrak adat, norma, kebiasaan yang telah terbentuk (terstruktur) dalam masyarakat Yahudi yang merugikan dan menindas perempuan. Jika seorang perempuan yang sudah menikah ditemukan berselingkuh, hukumannya adalah dilempari dengan batu sampai mati Dalam Kitab Perjanjian Lama, tampil beberapa perempuan sebagai pemimpin yang mempunyai peran penting dalam menyelamatkan bangsa Israel. Para perempuan itu, antara lain: Deborah adalah Hakim yang memimpin bangsa Israel setelah kematian Yosua. Miriam adalah saudari perempuan Musa dan Harun. Ia berperan sebagai seorang nabiah yang memimpin dan mengajar bangsa Israel bersama dua orang saudaranya, Musa dan Harun. Ratu Ester yang berperan menyelamatkan bangsa Israel dari pembunuhan yang direncanakan oleh Haman, pembantu Raja Ahazweros dalam pemerintahan.
Dapat disimpulkan bahwa Alkitab tidak merendahkan kaum perempuan. Bahkan dari cerita penciptaan, dapat terlihat betapa pentingnya peranan kaum perempuan, begitu pula laki-laki. Jadi, tugas, kewajiban dan hak laki-laki dan perempuan merupakan hak asasi yang diberikan Allah sejak manusia diciptakan. Dengan demikian, paham kesetaraan gender telah ada sejak manusia diciptakan. Manusia laki-laki dan perempuan hanya memiliki perbedaan dari segi seks, yang satu berjenis kelamin laki-laki dan yang lainnya berjenis kelamin perempuan sedangkan martabat, harga diri dan hak-hak sebagai manusia adalah sama.
Sikap Remaja Kristen Terhadap Perbedaan Ras,
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, diskriminasi ras, suku bangsa dan gender adalah sikap yang melanggar hak asasi manusia. Secara alami, ada manusia yang memang berbeda satu dengan yang lainnya baik dari jenis kelamin, ras maupun etnis atau suku bangsa. Perbedaan itu tentu membawa pengaruh bagi eksistensi atau keberadaan seseorang. Namun, perbedaan itu tidak dapat dijadikan alasan pelecehan ataupun perendahan terhadap sesama manusia. Dari segi iman kristiani, Alkitab tidak pernah mengajarkan sikap diskriminasi terhadap manusia yang berbeda ras, etnis atau suku bangsa maupun jenis kelamin. Semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai makhluk mulia ciptaan Allah. Oleh karena itu, pemberian label negatif terhadap sesama yang berbeda ras, etnis dan jenis kelamin adalah sikap yang bertentangan dengan iman kristiani.
Persepsi Mengenai Ras, Etnis dan Gender
Setelah mempelajari materi mengenai pemahaman Alkitab tentang Ras, etnis dan gender, kini kamu dapat merenungkan, bagaimana sikap dan pikiran mu berkaitan dengan ras, etnis dan gender selama ini? Apakah kamu pernah merendahkan seseorang karena perbedaan jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit ataupun melakukan “body shaming” terhadap seseorang, termasuk teman? Bahkan mungkin kamu tidak mau menolong sesama karena melihat latar belakang dirinya yang berbeda dengan mu? Maka, kini saatnya sikap itu diubah. Sebagai remaja Kristen kamu diminta untuk mengasihi sesama tanpa kecuali. Tuliskan tekad mu untuk berubah berdasarkan pemahaman Alkitab yang sudah dipelajari!
Belajar Dari Alkitab
Orang Samaria Yang Murah Hati, Lukas 10:25-36
Perumpamaan mengenai orang Samaria yang murah hati dikemukakan Yesus untuk menyadarkan orang yahudii yang nampaknya berpikir bahwa sesama manusia adalah sesama orang yahudi. Di luar bangsa Yahudi, bukanlah sesama manusia. Yang disebut sesama kita hanyalah orang-orang yang sebangsa dan seagama dengan kita. Mereka tidak akan menghukum mati seorang Yahudi yang membunuh orang bukan-Yahudi, sebab dia bukanlah sesama manusia bagi mereka. Orang Yahudi memang berkata bahwa mereka tidak boleh membunuh orang bukan-Yahudi yang tidak sedang berperang dengan mereka. Namun, apabila mereka melihat seorang bukan-Yahudi sedang sekarat, mereka tidak merasa berkewajiban untuk menyelamatkan nyawanya. Yesus ingin meluruskan pemahaman yang keliru yang tidak manusiawi itu, bahwa tiap orang yang membutuhkan pertolongan maupun mereka yang memberikan pertolongan adalah sesama manusia tanpa memandang perbedaan bangsa dan agama.
Perumpamaan itu sendiri, yang menggambarkan kepada kita perihal seorang Yahudi malang yang mengalami kesulitan, yang ditolong dan diringankan bebannya oleh seorang Samaria yang baik hati.
Orang itu sedang melakukan perjalanan dan ia melewati jalan raya yang terbentang dari Yerusalem ke Yerikho (ayat. 30). Disebutkannya kedua kota itu menyiratkan bahwa ini adalah kejadian yang nyata, bukan sebuah perumpamaan. Boleh jadi peristiwa itu belum lama terjadi, tepat seperti yang diceritakan di sini. Kejadian-kejadian seperti ini bisa dirancang menyerupai perumpamaan untuk dijadikan sebagai pelajaran, dan akan lebih menyentuh. Laki-laki malang ini jatuh ke tangan penyamun-penyamun. Mereka bukan saja merampas uang orang itu, tetapi juga pakaiannya, dan supaya ia tidak dapat mengejar mereka, atau sekadar untuk memuaskan nafsu jahat, mereka pun memukulnya dan pergi meninggalkannya setengah mati, sekarat karena lukalukanya. Yesus menggambarkan bagaimana orang malang itu telah diabaikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi sahabat-sahabatnya, yang bukan saja sebangsa dan seagama, tetapi juga seorang imam dan yang satu lagi seorang Lewi, tokoh-tokoh masyarakat dengan kedudukan penting. Mereka bahkan dianggap suci oleh orang. Tugas mereka mewajibkan mereka harus bersikap lemah-lembut dan penuh belas kasihan. (Ibr. 5:2) Mereka mengajar orang lain tentang hukum agama tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Dr. Lightfoot mengatakan bahwa banyak kelompok imam bertempat tinggal di Yerikho, dan dari sana mereka pergi ke Yerusalem ketika tiba giliran mereka untuk bertugas di situ, kemudian pulang kembali. Ini artinya bahwa ada banyak imam yang pulang pergi melalui jalan itu, beserta orang-orang Lewi para pembantu mereka. Mereka melewati jalan itu, dan melihat orang malang yang terluka itu. Mungkin mereka mendengar rintihannya dan tidak bisa tidak mereka pasti tahu bahwa jika tidak segera ditolong, ia pasti akan tewas. Orang Lewi itu bukan saja menoleh kepadanya, tetapi datang ke tempat itu dan melihat orang itu (ayat. 32). Namun, keduanya melewatinya dari seberang jalan. Ketika melihat kejadian yang menimpa orang itu, mereka menjaga jaraknya sejauh mungkin, seakan-akan mau berdalih, “Sungguh, kami tidak tahu hal itu.” Sungguh menyedihkan bila orang-orang yang seharusnya menjadi teladan kemurahan hati justru berperilaku sangat jahat. Mereka yang seharusnya menunjukkan rahmat Allah dan menyatakan belas kasihan terhadap orang lain, malah tidak melakukannya.
Korban yang malang itu ditolong dan dirawat oleh seorang asing, seorang Samaria, dari suku bangsa yang paling dianggap hina dan dibenci oleh orangorang Yahudi yang tidak mau berurusan dengan mereka. Orang ini masih memiliki perikemanusiaan dalam dirinya (ay. 33). Imam itu mengeraskan hatinya terhadap salah seorang dari bangsanya sendiri, tetapi orang Samaria itu membuka hati terhadap salah seorang dari bangsa lain. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan sama sekali tidak mempermasalahkan kebangsaannya. Walaupun korbannya seorang Yahudi, dia tetap saja seorang manusia, manusia yang berada dalam penderitaan, dan orang Samaria itu telah diajar untuk menghormati semua orang. Dia tidak tahu kapan kejadian yang menimpa orang malang tersebut akan menimpa dirinya sendiri. Oleh sebab itu ia menaruh iba terhadapnya, sama seperti dia ingin dikasihani seandainya mengalami kejadian seperti ini. Pada saat hatinya tergerak, ia mengulurkan tangannya kepada orang malang ini (Yesaya. 58:7,10; Ams. 31:20), betapa baik hatinya orang Samaria ini.
Pertama, ia mendatangi orang yang malang itu, yang dihindari oleh imam dan orang Lewi itu. Tidak diragukan lagi bahwa orang Samaria itu menanyakan bagaimana ia sampai berada dalam keadaan yang menyedihkan itu, dan turut merasa prihatin terhadapnya.
Kedua, ia melakukan tugas seorang tabib, karena tidak ada lagi siapasiapa di situ. Ia membalut luka-lukanya, mungkin memakai kain lenannya sendiri, lalu menyiraminya dengan minyak dan anggur, yang mungkin dibawa olehnya. Anggur untuk membersihkan luka-luka, dan minyak untuk meredakan rasa sakit, dan setelah itu ia membalutnya. Dia berbuat sebisa-bisanya untuk meredakan rasa sakit dan mencegah bahaya yang disebabkan oleh luka-luka itu, sebagai seseorang yang turut merasakan kepedihan.
Ketiga, Ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri, sementara ia sendiri berjalan kaki, dan membawanya ke tempat penginapan. Sungguh merupakan rahmat bila terdapat tempat penginapan di jalan, sehingga kita bisa memperoleh makanan dan istirahat dengan uang kita. Mungkin malam itu orang Samaria ini bisa mengakhiri perjalanannya seandainya tidak menjumpai rintangan ini. Namun, karena belas kasihannya terhadap orang malang itu, ia turut bermalam di penginapan. Ada yang berpendapat bahwa imam dan orang Lewi itu beralasan tidak dapat tinggal sejenak untuk menolong orang malang itu karena mereka sedang bergegas untuk menghadiri ibadah di Yerusalem. Namun demikian, menolong sesama merupakan ibadah bukan?
Keempat, orang samaria itu merawat korban yang malang itu di penginapan, membaringkannya di tempat tidur, memberikan makanan yang layak baginya, menemaninya.
Kelima, Seolah-olah orang ini adalah anaknya sendiri atau orang yang ada di bawah pemeliharaannya, saat berangkat keesokan paginya, ia menyerahkan uang kepada pemilik penginapan untuk dipergunakan bagi semua keperluan si sakit, serta menjanjikan pengembalian kelebihan uang yang akan dibelanjakan. Uang dua dinar pada masa itu dapat dipergunakan untuk berbagai-bagai keperluan. Namun, di sini uang sebanyak itu pun diperhitungkannya saja seolah-seolah bisa mencukupi semua keperluan orang itu. Semuanya ini sungguh-sungguh merupakan kebaikan dan kemurahan hati yang hanya bisa diharapkan bisa diperoleh dari seorang sahabat atau saudara, padahal ini dilakukan oleh seorang asing yang tidak dikenal.
Perdebatan Tentang Orang Samaria Yang Murah Hati
Bagi diri dalam dua kelompok kemudian lakukan debat berdasarkan cerita orang Samaria yang murah hati. Satu kelompok membela sikap orang Lewi yang pergi meninggalkan orang Yahudi yang tengah terkapar menderita karena dirampok. Kelompok yang satu lagi menentang sikap Orang Yahudi yang telah meninggalkan orang sesama orang Yahudi yang tengah terkapar dan menderita dan ditolong oleh Orang samaria yang murah hati. Dalam perdebatan kemukakan sejumlah bukti dan argumentasi tetapi prinsip-prinsip iman yang telah dipelajari harus dikemukakan sebagai bahagian dari argumentasi.
Refleksi
Manusia dapat mewujudkan hidup yang lebih baik, lebih berpengharapan ketika saling bekerja sama. Namun masih ada manusia-manusia yang memandang rendah sesorang berdasarkan jenis kelamin, suku, bangsa, agama maupun status sosial. Remaja Kristen memiliki tanggung-jawab untuk mewujudkan kerjasama, solidaritas dan penghargaan bagi sesama tanpa memandang perbedaan ras, etis maupun gender.
Sumber : KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XII Penulis: Janse Belandina Non-Serrano ISBN: 978-602-244-702-3 (jil.3)