Translate

Selasa, 22 Juli 2025

Kebudayaan dan Iptek sebagai Anugerah Allah

Bab 1 Kebudayaan dan Iptek sebagai Anugerah Allah

Bahan Alkitab: 1 Korintus 9:19–23; Keluaran 35:30–35; Amsal 1:5

Tujuan Pembelajaran :

1. Menganalisis kebudayaan dan iptek sebagai anugerah Allah. 
2. Membangun sikap kritis terhadap kebudayaan dan iptek. 
3. Mempresentasikan kajian atas kebudayaan dan iptek sesuai dengan iman Kristen. 
4. Merancang kegiatan pentas seni dengan menggunakan iptek.

        Pada bab ini, kalian akan belajar tentang perjumpaan sekaligus pergesekan antara kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Disebut perjumpaan karena teknologi akan memberi manfaat yang besar jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab. Disebut pergesekan jika teknologi berada pada orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, pada bab ini kalian akan mendalami kebudayaan dan iptek sebagai anugerah Allah. Kalian akan belajar dari teks Alkitab untuk menyikapi kebudayaan dan iptek, juga dari salah seorang tokoh yang berkarya dalam teknologi. 


Pengantar

        Kebudayaan dan iptek merupakan realitas yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan setiap orang sejak lama. Kebudayaan telah melahirkan perilaku kehidupan yang mengarahkan banyak orang untuk menghidupinya secara bijaksana. Dari kebudayaan seseorang memahami arti hidup, sekaligus nilai-nilai yang melahirkan tata krama (etika atau moral), yang membuat umat manusia dapat hidup berdampingan dengan nilainilai kehidupan tersebut, saling menghormati dan saling melengkapi. 

Mari Berdoa

        Allah Sang Pencipta, kami bersyukur atas karya agung-Mu. Bumi, langit, laut, bahkan segala yang ada ini adalah buah karya-Mu yang tak tertandingi. Allah telah menghadirkan berbagai keagungan dan keindahan atas seluruh ciptaan ini. Kini kami mensyukuri keagungan-Mu. Kami menyiapkan hati untuk menyambut karya kasih-Mu, dan kami akan turut berkarya menghasilkan buah-buah terbaik bagi kemuliaan-Mu. Kami berdoa kepada Allah di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Pemaparan Materi

        Setiap manusia hidup dari dan dalam kebudayaan. Hal ini menimbulkan atau melahirkan sikap yang oleh Robert A. Baron dan Donn Byrne diterjemahkan sebagai hasil refleksi dari tingkah laku yang tampak (Baron & Byrne 2018, 130–131). Meskipun pernyataan ini menimbulkan perdebatan, hasil penelitian tetaplah berpegang pada pernyataan tersebut. Tentu tingkah laku yang tampak tersebut akan menjadi penilaian atas sikap seseorang. Dalam perjalanannya, tingkah laku yang terus-menerus tersebut menjadi sebuah budaya yang menjadi pola hidup secara menyeluruh, kompleks, dan luas (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat 2006, 25). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi budaya adalah ‘pikiran’, ‘akal budi’, dan ‘adat istiadat’.

        Rumusan-rumusan terkait budaya di atas merupakan hasil kajian dan penelusuran para peneliti yang terus dikembangkan. Sebagai manusia yang hidup dengan dan dalam kebudayaan, salah satu tanggung jawab manusia adalah terus-menerus menganalisis perkembangan kebudayaan tersebut sehingga menghadirkan syukur di dalamnya. Salah satu contoh perkembangan kebudayaan saat ini adalah munculnya pola dan kebudayaan baru terkait pandemi Covid-19 yang merambah seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Apakah kehadiran Covid-19 ini perlu disyukuri? Tentu saja tidak. Kita bersama-sama prihatin dan sedih, apalagi dengan banyaknya korban meninggal akibat Covid-19 tersebut. Lalu, apa sisi positif atasnya? Pertama, manusia menjadi makin peduli pada kesehatan diri. Penggunaan alat-alat pengaman diri yang menjadi standar dalam keseharian hidup manusia menjadi perilaku baru. Sikap saling menjaga kesehatan di antara sesama manusia adalah sisi lain dari dampak positif pandemi Covid-19. Secara tegas harus diungkapkan bahwa pandemi Covid-19 sangat tidak layak disyukuri. Kedua, kemajuan teknologi menampakkan hasilnya. Dari teknologi itulah temuan-temuan terjadi. Vaksin yang digunakan untuk menghambat penyebaran Covid-19 dilakukan berkat kemajuan teknologi, yang tentu saja dilakukan melalui percobaan berkali-kali. Di sini kalian bisa menyimak betapa besarnya anugerah Tuhan atas teknologi yang berkembang demikian pesat dan yang berlomba adu cepat dengan Covid-19.

        Pada masa lampau, di tengah dunia yang gelap gulita pada malam hari karena tidak ada penerangan lampu, sosok Thomas Alva Edison mencerahkan dunia dengan temuan bohlam lampu pijar praktis pada tahun 1879. Memang, temuannya bukan yang pertama karena sebelumnya telah ada sistem penerangan listrik yang digunakan untuk penerangan jalan di Paris. Akan tetapi, temuan Thomas A. Edison ini menjadi sebuah harapan baru. Akibatnya, rumah tangga pun bisa menikmati penerangan sehari-hari. Saat itu, yang digunakan biasanya adalah lampu tempel dengan minyak. Namun, berkat penemuan ini, mereka dapat menikmati penerangan dengan listrik (Michael H. Hart 2018, 200–203). Ini merupakan sebuah anugerah besar dari teknologi. 

Membaca Teks Alkitab

Bacalah 1 Korintus 9:19–23, Keluaran 35:30–35, dan Amsal 1:5, lalu cermati uraian di bawah ini!

        Dalam pergulatan iman kristiani, kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu yang harus disikapi dengan cermat. Kebudayaan membawa manusia pada aktivitas kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai yang harus disikapi dengan baik. Salah menggunakan nilai budaya, salah pula nilai hidup manusia. Misalnya, orang Kanaan kuno berjumpa dan berkenalan dengan budaya mempersembahan anak kepada Molokh yakni menyerahkan anak untuk dikorbankan menjadi korban bakaran (lihat Imamat 18:21; 2 Raja-raja 23:10; dan Yeremia 32:35). Budaya ini sangat tua, dan jika diteruskan maka menjadi kekejian bagi Tuhan.

        Untuk menyikapi budaya, dan dalam kaitan hidup iman, kalian dapat mempelajari tulisan Richard Niebuhr (baca=Nibur) tentang Kristus dan Kebudayaan (Christ and Culture). Niebuhr memberikan gambaran tentang Kristus dan Kebudayaan dalam paparannya ini untuk menegaskan bahwa budaya bisa didekati secara kristiani. Niebuhr menggambarkan Kristus dan kebudayaan dalam 5 pandangan atau tipologi yakni: 

  1. Kristus lawan kebudayaan (Christ against culture). Dalam konteks ini semua kebudayaan dianggap bertentangan dengan Kristus. 
  2. Kristus dari kebudayaan (Christ of culture). Dalam gambaran ini Kristus pun hadir dalam perjalanan kebudayaan.
  3. Kristus di atas kebudayaan (Christ above culture). Di sini Kristus tidak dipersepsikan dengan budaya, tidak juga melawan kebudayaan. 
  4. Kristus dan kebudayaan dalam paradoks (Christ and culture in paradox). Pergulatan iman dan kebudayaan terlihat dalam konteks ini yakni kebudayaan yang tidak sejalan dengan iman kristiani atau iman kristiani bertentangan dengan budaya sehingga harus disikapi dengan arif.
  5. Kristus pengubah kebudayaan (Christ the transformer of culture). Di sini Kristus hadir untuk memberi arah dan membarui kebudayaan.
        Dalam pemaparan Niebuhr di atas tampak bahwa iman kristiani harus berhadapan dengan budaya. Ada budaya-budaya yang memang harus dihindari, seperti banyak orang yang masih melakukan pemujaan terhadap benda-benda keramat, termasuk orang-orang yang masih melakukan penyembahan-penyembahan ke kuburan-kuburan khusus, seolah-olah benda dan tempat tersebut memiliki kekuatan.
        
        Untuk menyikapi hal tersebut, Paulus menegaskan agar hidup umat Allah dilandaskan pada Kristus. Paulus menegaskan hal ini dalam realitas yang dihadapinya. Ia berjumpa dengan pola hidup masyarakat yang menjalankan kebudayaan, baik orang-orang Yahudi, maupun orang-orang lainnya yang juga hidup dalam nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan iman Kristen. Sungguh indah karena perjalanan hidup Paulus selalu berhadapan dengan aneka ragam kebudayaan, dan Paulus menegaskan agar manusia yang beriman kepada Allah tidak terseret di dalamnya. Kebudayaan justru harus mengantar manusia untuk datang kepada Allah, membuat iman semakin kuat, dan bukan sebaliknya, kebudayaan justru menjerumuskan.
        
        Selain kebudayaan, sisi lain yang harus diperhatikan adalah perkembangan iptek. Kebudayaan mengatur pola hidup manusia, sedangkan teknologi mengantar manusia pada perkembangan jaman yang harus juga disikapi secara kristiani. Misalnya, setiap uji coba teknologi harus dilakukan untuk kesejahteraan manusia, dan bukan untuk menghancurkannya. Untuk ini kitab Amsal 1:5 menunjukkan sikapnya. Penting untuk dipahami bahwa menambah ilmu merupakan sebuah langkah yang perlu dilakukan. Namun kitab Amsal mengingatkan juga bahwa pemahaman tentang perkembangan ilmu pengetahuan itu pun harus disertai dengan pertimbangan. Ini penting bagi setiap orang sehingga perjalanan hidupnya benar-benar mengarah pada kualitas yang dapat diandalkan. Iptek membawa seeorang pada keandalan hidup, sekaligus berhati-hati pada penyimpangan yang potensial terjadi atasnya.
    
        Pola dan cara dalam perkembangan iptek tampaknya pernah berkembang jauh sebelumnya. Pada masa Perjanjian Lama, Musa pernah melakukan karya dengan teknologi tinggi. Bersama orang-orang di sekelilingnya Musa melakukan proses pembangunan secara luar biasa. Landasannya bukan sekadar pada pembangunan itu sendiri melainkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kitab Keluaran 35:30–35 melukiskan tentang langkah dan perkembangan teknologi secara luar biasa. Ada langkahlangkah yang disiapkan, ada proses pengembangan yang dilakukan, bukan hanya pada skill atau kemampuan para pekerjanya, melainkan juga pada kualitas karya yang dihasilkannya, termasuk nilai seni yang ada di dalamnya yang dituangkan dalam warna-warni tenunan mereka.

        Dalam konteks Musa dapat kalian saksikan bahwa perjalanan teknologi justru disikapi dengan nilai awal yang penting yakni “Tuhan menanam dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan kepandaian untuk mengajar” (Keluaran 35:34). Penting bagi kalian untuk memahami bahwa apa pun perkembangan iptek dan kebudayaan tanamkanlah hikmat Allah sehingga perkembangan iptek dan kebudayaan tidak membawa kalian kepada hal-hal yang jauh dari Tuhan.

Rangkuman
        Kebudayaan dan teknologi merupakan anugerah Allah. Keduanya memberi dampak bagi perkembangan hidup manusia. Kebudayaan telah melahirkan nilai dan kultur kehidupan, sedangkan teknologi telah membawa manusia pada temuan-temuan yang patut disyukuri.

Refleksi
    Aku telah belajar dari 1 Korintus 9:19–23, Keluaran 35:30–35, dan Amsal 1:5. Aku terpanggil untuk makin berhikmat menyikapi perkembangan kebudayaan dan teknologi. Melalui kebudayaan, aku menjadi makin arif menyikapi hidup. Melalui teknologi aku juga makin arif untuk menggunakannya sehingga semua berguna bagi kemuliaan Allah.

Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)

Tidak ada komentar:

RAS, ETNIS, DAN GENDER

(Kejadian 1-2; Keluaran 22:21; Lukas 10:25-36; Roma 10:12;)  Pendidikan Agama Kristen dan Budipekerti Kelas XII  Tujuan Pembelajaran  Mengan...