Bab 1 Kebudayaan dan Iptek sebagai Anugerah Allah
Bahan Alkitab: 1 Korintus 9:19–23; Keluaran 35:30–35; Amsal 1:5
Tujuan Pembelajaran :Pada bab ini, kalian akan belajar tentang perjumpaan sekaligus pergesekan antara kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Disebut perjumpaan karena teknologi akan memberi manfaat yang besar jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab. Disebut pergesekan jika teknologi berada pada orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, pada bab ini kalian akan mendalami kebudayaan dan iptek sebagai anugerah Allah. Kalian akan belajar dari teks Alkitab untuk menyikapi kebudayaan dan iptek, juga dari salah seorang tokoh yang berkarya dalam teknologi.
Pengantar
Kebudayaan dan iptek merupakan realitas yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan setiap orang sejak lama. Kebudayaan telah melahirkan perilaku kehidupan yang mengarahkan banyak orang untuk menghidupinya secara bijaksana. Dari kebudayaan seseorang memahami arti hidup, sekaligus nilai-nilai yang melahirkan tata krama (etika atau moral), yang membuat umat manusia dapat hidup berdampingan dengan nilainilai kehidupan tersebut, saling menghormati dan saling melengkapi.
Mari Berdoa
Allah Sang Pencipta, kami bersyukur atas karya agung-Mu. Bumi, langit, laut, bahkan segala yang ada ini adalah buah karya-Mu yang tak tertandingi. Allah telah menghadirkan berbagai keagungan dan keindahan atas seluruh ciptaan ini. Kini kami mensyukuri keagungan-Mu. Kami menyiapkan hati untuk menyambut karya kasih-Mu, dan kami akan turut berkarya menghasilkan buah-buah terbaik bagi kemuliaan-Mu. Kami berdoa kepada Allah di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Pemaparan Materi
Setiap manusia hidup dari dan dalam kebudayaan. Hal ini menimbulkan atau melahirkan sikap yang oleh Robert A. Baron dan Donn Byrne diterjemahkan sebagai hasil refleksi dari tingkah laku yang tampak (Baron & Byrne 2018, 130–131). Meskipun pernyataan ini menimbulkan perdebatan, hasil penelitian tetaplah berpegang pada pernyataan tersebut. Tentu tingkah laku yang tampak tersebut akan menjadi penilaian atas sikap seseorang. Dalam perjalanannya, tingkah laku yang terus-menerus tersebut menjadi sebuah budaya yang menjadi pola hidup secara menyeluruh, kompleks, dan luas (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat 2006, 25). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi budaya adalah ‘pikiran’, ‘akal budi’, dan ‘adat istiadat’.
Rumusan-rumusan terkait budaya di atas merupakan hasil kajian dan penelusuran para peneliti yang terus dikembangkan. Sebagai manusia yang hidup dengan dan dalam kebudayaan, salah satu tanggung jawab manusia adalah terus-menerus menganalisis perkembangan kebudayaan tersebut sehingga menghadirkan syukur di dalamnya. Salah satu contoh perkembangan kebudayaan saat ini adalah munculnya pola dan kebudayaan baru terkait pandemi Covid-19 yang merambah seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Apakah kehadiran Covid-19 ini perlu disyukuri? Tentu saja tidak. Kita bersama-sama prihatin dan sedih, apalagi dengan banyaknya korban meninggal akibat Covid-19 tersebut. Lalu, apa sisi positif atasnya? Pertama, manusia menjadi makin peduli pada kesehatan diri. Penggunaan alat-alat pengaman diri yang menjadi standar dalam keseharian hidup manusia menjadi perilaku baru. Sikap saling menjaga kesehatan di antara sesama manusia adalah sisi lain dari dampak positif pandemi Covid-19. Secara tegas harus diungkapkan bahwa pandemi Covid-19 sangat tidak layak disyukuri. Kedua, kemajuan teknologi menampakkan hasilnya. Dari teknologi itulah temuan-temuan terjadi. Vaksin yang digunakan untuk menghambat penyebaran Covid-19 dilakukan berkat kemajuan teknologi, yang tentu saja dilakukan melalui percobaan berkali-kali. Di sini kalian bisa menyimak betapa besarnya anugerah Tuhan atas teknologi yang berkembang demikian pesat dan yang berlomba adu cepat dengan Covid-19.
Pada masa lampau, di tengah dunia yang gelap gulita pada malam hari karena tidak ada penerangan lampu, sosok Thomas Alva Edison mencerahkan dunia dengan temuan bohlam lampu pijar praktis pada tahun 1879. Memang, temuannya bukan yang pertama karena sebelumnya telah ada sistem penerangan listrik yang digunakan untuk penerangan jalan di Paris. Akan tetapi, temuan Thomas A. Edison ini menjadi sebuah harapan baru. Akibatnya, rumah tangga pun bisa menikmati penerangan sehari-hari. Saat itu, yang digunakan biasanya adalah lampu tempel dengan minyak. Namun, berkat penemuan ini, mereka dapat menikmati penerangan dengan listrik (Michael H. Hart 2018, 200–203). Ini merupakan sebuah anugerah besar dari teknologi.
Membaca Teks Alkitab
Bacalah 1 Korintus 9:19–23, Keluaran 35:30–35, dan Amsal 1:5, lalu cermati uraian di bawah ini!
Dalam pergulatan iman kristiani, kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu yang harus disikapi dengan cermat. Kebudayaan membawa manusia pada aktivitas kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai yang harus disikapi dengan baik. Salah menggunakan nilai budaya, salah pula nilai hidup manusia. Misalnya, orang Kanaan kuno berjumpa dan berkenalan dengan budaya mempersembahan anak kepada Molokh yakni menyerahkan anak untuk dikorbankan menjadi korban bakaran (lihat Imamat 18:21; 2 Raja-raja 23:10; dan Yeremia 32:35). Budaya ini sangat tua, dan jika diteruskan maka menjadi kekejian bagi Tuhan.
Untuk menyikapi budaya, dan dalam kaitan hidup iman, kalian dapat mempelajari tulisan Richard Niebuhr (baca=Nibur) tentang Kristus dan Kebudayaan (Christ and Culture). Niebuhr memberikan gambaran tentang Kristus dan Kebudayaan dalam paparannya ini untuk menegaskan bahwa budaya bisa didekati secara kristiani. Niebuhr menggambarkan Kristus dan kebudayaan dalam 5 pandangan atau tipologi yakni:
- Kristus lawan kebudayaan (Christ against culture). Dalam konteks ini semua kebudayaan dianggap bertentangan dengan Kristus.
- Kristus dari kebudayaan (Christ of culture). Dalam gambaran ini Kristus pun hadir dalam perjalanan kebudayaan.
- Kristus di atas kebudayaan (Christ above culture). Di sini Kristus tidak dipersepsikan dengan budaya, tidak juga melawan kebudayaan.
- Kristus dan kebudayaan dalam paradoks (Christ and culture in paradox). Pergulatan iman dan kebudayaan terlihat dalam konteks ini yakni kebudayaan yang tidak sejalan dengan iman kristiani atau iman kristiani bertentangan dengan budaya sehingga harus disikapi dengan arif.
- Kristus pengubah kebudayaan (Christ the transformer of culture). Di sini Kristus hadir untuk memberi arah dan membarui kebudayaan.
Sumber :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar