BAB VIII MENJADI PEMBAWA DAMAI SEJAHTERA
(Yakobus 3:13-18; Matius 5:9)
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti XII
Tujuan Pembelajaran :
1.
Siswa menjelaskan karakter sebagai pembawa damai.
2.
Siswa memahami damai sejahtera dalam perspektif
Alkitabiah dan Bentuk penerapan dalam hidup.
3. Siswa menjadi pembawa damai
Sepanjang sejarah manusia dan dunia kita tahu bahwa
seringkali terjadi konflik, peperangan maupun perselisihan antar negara, antar
bangsa bahkan dalam keluarga sendiripun tak mustahil terjadi konflik dan
permusuhan. Kehidupan disekitar kita tidak selalu berjalan baik dan damai,
konflik membayang bayangi kehidupan manusia diberbagai level dan konteks. Oleh
karena itu pembelajaran mengenai perdamaian dan menjadi pembawa damai dalam
kehidupan amat dibutuhkan oleh remaja. Terutama ketika kamu diperhadapkan
dengan berbagai pilhan hidup. Dikalangan remaja masa kini, tawuran menjadi
salah satu masalah crusial yang membawa musibah bagi kehidupan mereka. Sudah
banyak peristiwa terjadi, banyak kasus terjadi yang memakan korban jiwa
dikalangan remajaq akibat konflik dan tawuran. Remaja masa kini menghadapi
tekanan dan persoalan-persoalan yang terkadang membuat mereka stress dan
mengambil jalan pintas ataupun memilih menyelesaikan persoalan melalui cara
kekerasan bukan jalan damai. Jiwa muda dan pembentukan karakter yang masih
belum dewasa menyebabkan emosi mereka cepat tersulut.
Melalui pembelajaran ini kamu diharapkan dapat memahami tugas orang kristen sebagai pembawa damai sejahtera dimanapun berada. bahwa solidaritas diantara sesama teman adalah sikap terpuji namun solidaritas harus diletakkan pada porsinya. Misalnya dalam membela teman hendaknya remaja bersikap kritis dan objektif, jika temannya bersalah maka ia memiliki tanggung jawab untuk menegur dan meluruskannya bukannya malahan menunjukkan solidaritas dengan turut berkonflik dengan orang lain demi membela teman. Bahwa bela rasa terhadap teman harus diletakkan pada prosinya sehingga ia tidak perlu ikut tawuran demi membela teman.
Makna Menjadi Pembawa Damai Sejahtera
Pada pelajaran sebelumnya telah dipelajari mengenai damai sejahtera menurut Alkitab. Kini akan dikaji topik menjadi pembawa damai sejahtera. Apa artinya menjadi pembawa damai? Pertama, mari kita lihat apa arti perdamaian. Di dalam Alkitab, kata ini memiliki beberapa arti yang berbeda. kedamaian berkaitan dengan perasaan sejahtera dalam semua aspek kehidupan kita. Kadang-kadang digambarkan sebagai perasaan harmoni atau ketenangan. Dalam Perjanjian Lama, orang Israel menyadari bahwa perdamaian adalah anugerah dari Tuhan. Ada cerita bagus di dalam Kitab Hakim-Hakim yang menggambarkan realisasi ini.
Pada Kitab Hakim-Hakim diceritakan bahwa orang Israel sedang diteror oleh orang Midian karena mereka menyinggung Tuhan. Misalnya, segera setelah orang Israel selesai menabur ladang mereka, orang Midian akan menyerbu dan menghancurkan hasil bumi dan bahkan ternaknya. Orang Israel tidak memiliki apa-apa untuk makan, dan mereka akan sengsara tanpa makanan. Mereka meminta bantuan Tuhan. Tuhan memilih Gideon untuk menolong mereka.
Allah
memilih Gideon
Allah memilih Gideon, anggota
keluarga termuda dan paling tidak penting dalam keluarga Manasye. untuk
menyelamatkan Israel dari orang Midian. Setelah banyak protes, Gideon
mendengarkan Tuhan, karena Tuhan berjanji bahwa dia akan bersama Gideon dan
akan memberinya kekuatan, “Tenanglah, jangan takut. Kamu tidak akan mati. Dalam
“ Hakim-Hakim 6:23 Gideon membangun sebuah mezbah untuk Tuhan dan menyebutnya
Yahwehshalom , yang berarti “Tuhan adalah damai.” Gideon berhadapan langsung
dengan Tuhan perdamaian, yang bisa mengubah yang terendah dari yang rendah
menjadi pemimpin yang hebat. Gideon menyelamatkan Israel dari orang Midian dan
membawa perdamaian ke negeri itu. Kisah ini memperlihatkan pada kita bahwa
orang Israel menyadari bahwa Tuhan adalah sumber perdamaian, bahwa Tuhan
memberdayakan kita untuk menjadi pembawa damai. Terkadang kita mungkin merasa
tidak penting, kita bukan siapa-siapa seperti yang pada mulanya dirasakan oleh
Gideon. Apalagi ketika masalah yang dihadapi sangat besar: hubungan keluarga
yang berada dalam dalam konflik, hubungan antar teman, kekerasan dalam
komunitas kita, atau kemiskinan dan kelaparan. Tidak ada jawaban yang mudah
untuk masalah ini. Terkadang karena tuntutan keadaan seseorang harus tampil
sebagai “pembawa damai, pembawa kebaikan” bagi sesama. Ada orang-orang yang
memang memiliki talenta itu, namun ada orang-orang yang dibentuk oleh situasi
dan kondisi tertentu sebagaimana yang dialami oleh Gideon. Meskipun demikian,
orang beriman harus memiliki keyakinan bahwa hidupnya didunia ini bukanlah
hidup tanpa makna karena kita dititpkan “misi” untuk melakukan semua yang baik
dalam hidup terutama menjadi pembawa damai bukan menjadi provokator.
Terkadang kita dipanggil untuk menangani masalah secara besarbesaran.Ada seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Craig Kielburger dari Canada memulai sebuah organisasi dengan saudara laki-lakinya dan beberapa temannya untuk membantu anak-anak di seluruh dunia yang dieksploitasi dalam dunia kerja. Dia memulai aktifitasnya dengan keyakinan yang besar bahwa apa yang dilakukannya adalah demi kepentingan orang banyak. Craig ingin menunjukkan kasihnya pada sesama. Ia dan saudara lakilakinya dan beberapa temannya mendirikan sebuah organisasi kemanusiaan yang kini ada di 45 negara. Untuk menjadi pembawa damai, remaja kristen tidak harus melakukan hal-hal spectakuler sebagaimana nyang dilakukan oleh Craig Kiehlburger dan sauadaranya. Kita bisa memulai dari hal-hal kecil dan sederhana.
Menjadi Pembawa Damai Sejahtera Dalam Alkitab
Bagaimana
remaja dapat menjadi pembawa damai? Bagaimana remaja kristen dapat membantu
megembangkan kesejahteraan dan harmoni dalam hidup masing-masing dan keluarga?
Masalah sosial apa yang membuat remaja ingin membuat perubahan? Perubahan dan
damai harus dimulai dari diri sendiri hanya pribadi yang damai yang dapat
menjadi pembawa damai. Dalam Matius 5:9 Yesus berkata: “Berbahagialah orang
yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Beberapa
ayat kemudian, Yesus memerintahkan pengikut-Nya untuk berdamai dahulu dengan
orangorang yang kita musuhi barulah beribadah kepada-Nya (Matius 5: 21- 26).
Bahkan perintah Yesus selanjutnya adalah: “Kasihilah musuh mu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu”, agar kita menjadi seperti Bapa kita di surga
yang menyediakan sinar matahari dan hujan kepada orang benar dan yang tidak
benar (5: 43-45). Singkatnya, anakanak Tuhan adalah mereka yang mendamaikan.
Tapi apa maksudnya itu? Yakobus 3: 13-18 memberikan jawaban yang sangat jelas:
Siapakah
diantara kalian yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik
menyatakan perbuatannya yang oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Jika
kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah
kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran. Itu bukanlah
hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia , dari nafsu manusia, dari
setan-setan. Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ
ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas
adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas
kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang
terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan
damai.
Karakter Orang Yang Menjadi Pembawa Damai Sejahtera
Dalam Matius 5:9 Yesus
berkata:“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah.” Beberapa ayat kemudian (Matius 5:22-25) , Yesus memerintahkan
untuk berdamai dengan saudara atau sesama sebelum kita beribadah. Artinya,
hubungan manusia dengan Allah tidak dapat berlangsung dengan baik jika hubungan
manusia dengan sesama buruk, terutama dalam kaitannya dengan “perdamaian”.
Setelah memerintahkan untuk berdamai dengan saudara dan sesama, pada ayat
selanjutnya Yesus minta untuk “mengasihi musuh” dan berdoa bagi mereka yang
menganiaya kita, agar kita menjadi seperti Bapa kita di surga yang menyediakan
sinar matahari dan hujan kepada orang benar dan yang tidak benar (5: 43-45).
Singkatnya, anak-anak Tuhan adalah mereka yang mendamaikan. Tapi apa maksudnya
itu? Yakobus 3: 13-18 memberikan jawaban yang sangat jelas:
Siapakah diantara kalian yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya yang oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran. Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia , dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buahbuah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Menurut Surat Yakobus
3:13-18, adapun karakter sang pendamai adalah sebagai berikut:
1. Kemurnian moral.
Karena asal mula
perselisihan manusia dan perpecahan antarpribadi adalah dosa. Bandingkan cerita
Kain dan Habel, Kain membunuh Habel karena Allah menerima persembahan Habel
sedangkan persembahan Kain ditolak. Karena sakit hati dan dengki, Kain pun
membunuh Habel adiknya. Tidak peduli seberapa kompak suatu hubungan yang
kelihatan tampak mata, pasti akan selalu ada konflik. Sebaliknya, kemurnian dan
ketulusan hati akan selalu mendatangkan kedamaian, karena hati yang murni tidak
akan memberi tempat pada konflik dan perpecahan. Tidak mengherankan, jika
perdamaian disertai oleh kemurnian dan ketulusan hati. lihat Mat 5: 8 dan 5:
9). Jika seseorang ingin menjadi pembawa damai, ia harus memiliki kemurnian
hati. Kemurnian hati yang telah dibasuh oleh darah Kristus dan yang secara
teratur dimurnikan oleh Firman Tuhan.
2. Damai.
Rasa damai dikuti oleh hati yang tenang dan penguasaan diri yang tinggi. Manusia yang damai adalah manusia yang tidak membiarkan emosi menguasai dirinya. Ada semangat yang bertumbuh dalam kelembutan, kesabaran, dan kebaikan. Tidak mengherankan, dalam urutan Ucapan Bahagia, kemurnian hati (ayat 8), kemurahan hati (ayat 7), lapar dan haus akan kebenaran (ayat 6), lemah lembut(ayat 5) dan belas kasihan, miskin dihadapan Allah (ayat 3) semua mendahului panggilan untuk menjadi pembawa damai pada ayat 9. Ucapan bahagia ditutup dengan kata “bersuka cita” kelengkapan dari damai adalah suka cita. Damai sejahtera dan suka cita selalu saling menopang begitu sebaliknya dalam suka cita pasti ada perdamaian.
3. Lembut.
Kelemahlembutan juga diperlukan untuk berdamai. Kelembutan adalah buah Roh (Gal 5: 22-23) dan pemberian dari Yesus Kristus. Yesus sendiri mencontohkan roh yang lembut (Mat 11: 28-30) dan ketika murid-muridnya mengikuti dia, dia meletakkan kuknya ke atas mereka, agar mereka dapat belajar untuk menjadi lembut (atau lemah lembut). Kelembutan mirip dengan kedamaian, tapi tidak persis sama.Yang terakhir terdiri dari sikap pribadi; yang pertama berhubungan dengan cara seorang Kristen menanggapi tantangan atau serangan. Untuk menjadi pembawa damai, kita harus belajar menerima pukulan, tanpa membalas pukulan.
4. Bersikap terbuka dan membela kebenaran
Keterbukaan adalah kesediaan untuk menerima orang lain
apa adanya tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Kitab
Suci memanggil para pengikut Kristus untuk membela kebenaran. Pembawa damai
bukanlah seseorang yang menghindari konflik dengan cara apa pun; mereka adalah
orang-orang yang berusaha untuk menjadi orang yang suka damai dan untuk
mengumumkan Injil kedamaian. Mereka bersedia untuk mendengarkan terlebih dahulu
dan berusaha untuk memahami. Jadi, mereka terbuka untuk mendengarkan tetapi
mereka tidak mau menyimpang dari jalan kebenaran Injil. Terkadang untuk menjadi
pendamai seseorang bisa dimusuhi oleh berbagai pihak namun niat baik dan tekad
yang tulus akan membawa kita pada kebaikan dan mereka yang memusuhi pada
akhirnya akan mengerti.
Pembawa
damai harus selalu mengatakan kebenaran dalam cinta. Seringkali, untuk
mempertahankan kebenaran, kita mungkin perlu mengunjungi kembali “lawan” kita
dan meminta pengampunan untuk kesalahan kita sendiri. Namun, kita tidak pernah
bisa menyangkal kebenaran demi perdamaian. Kedamaian yang datang dengan
mengorbankan kebenaran hanyalah kedamaian palsu. Karena itu, kita harus mencari
kebenaran untuk mengejar perdamaian. Artinya, perdamaian harus dibangun diatas
kebenaran.
5. Penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik.
Memiliki kedamaian dan
berdamai tidaklah sama. Tuhan berjanji kepada anak-anaknya bahwa kita mungkin
mengalami kedamaian. Yesaya 26: 3 mengatakan mereka yang menjaga pikiran mereka
pada Tuhan, Tuhan akan menjaga damai yang sempurna. Seorang pembawa damai
adalah mereka yang penuh belas kasihan dan kebaikan. Mereka pro aktif dalam
mengupayakan perdamaian. Jadi tindakan belas kasihan diperlukan untuk meredakan
amarah yang mungkin dimiliki seseorang; tindakan belas kasih juga memperkuat
cinta kita untuk orang lain.
6. Tidak memihak dan tulus.
Seorang pendamai tidak boleh berpihak pada salah satu kubu atau orang. Pendamai berpihak pada kebenaran bukan pada orangnya. Pendamai memiliki hati yang diatur oleh Roh Kebenaran. Hanya ketika kita dipimpin oleh Roh kita dapat membuat penilaian yang adil dan benar bukan menurut diri kita sendiri dan suka dan tidak suka. Jika kita ingin menjadi pembawa damai, kita harus secara teratur menyerahkan diri kita kepada Tuhan. Sebagaimana telah disebutkan diatas, tanpa kemurnian hati, kita tidak bisa tulus. Dan tanpa pengabdian yang sederhana dan tulus kepada Tuhan, kita akan berpihak dan dengan demikian tidak dapat memelihara perdamaian.
7. Bersedia bersabar
Kesabaran bukanlah
istilah yang ditemukan dalam Yakobus 3, tetapi ini adalah prinsip yang
diturunkan dari ayat 18: “Dan panen kebenaran ditaburkan dengan damai oleh
mereka yang membuat perdamaian.” Singkatnya, perdamaian tidak segera terjadi.
Dalam dunia ini banyak hal membutuhkan waktu untuk sembuh dan terkadang
luka-luka bathin karena perselisihan, konflik dan kekerasan sering kali
meninggalkan bekas yang mendalam dan akan selalu menimbulkan rasa sakit. Oleh
karena itu membutuhkan waktu untuk penyembuahan, apalagi perdamaian, manusia
membutuhkan waktu jeda untuk memulihkan luka-luka bathin, kemarahan, kekecewaan
dll. Ada sebuah lagu yang indah “ waktu Tuhan pasti yang terbaik” sebagaimana
bunyi lagu tersebut, begitu pula upaya perdamaian, membutuhkan waktu. Seorang
pembawa damai akan bersabar menanti kepenuhan waktu Tuhan untuk terciptanya
rekonsiliasi dan perdamaian.
8. Tumbuh dari Injil.
Terakhir, pembawa damai sejahtera
adalah seseorang yang menabur dalam damai. Ketika kita dipimpin oleh Roh
Kristus dan hikmat yang datang dari atas, maka kita akan mencari kedamaian yang
selaras dengan Injil. Lebih sederhananya lagi, kedamaian sejati tumbuh dari
benih Injil. Dengan kata lain, dengan kekudusan, kedamaian, kelembutan,
keyakinan teguh dan telinga terbuka untuk mendengar, pembawa damai akan
bertindak dengan belas kasihan, ketidakberpihakan, dan ketulusan. Hasil dari
tindakan tersebut akan memulihkan hubungan yang rusak dan menjadi model bagi
orang lain semacam kehidupan yang bertekad untuk tidak merusak perdamaian.
Secara keseluruhan, sifat
terakhir ini adalah landasan dan batu penjuru bagi yang lainnya. Beberapa
karakter pembawa damai yang telah disebutkan sebelumnya merupakan hasil dari
ajaran iman yang datang dari dalam Alkitab dan yang dikuatkan oleh Roh untuk
berjalan sesuai dengan isi Alkitab. Bahwa Injil Kerajaan Allah menghasilkan
pengaruh yang luar biasa pada mereka yang benar-benar percaya, tetapi
perdamaian harus menjadi salah satu yang paling terlihat dan menarik bagi
dunia. Mengapa? Melalui perdamaian itu menjadi nyata bahwa pengikut Kristus
adalah manusia-manusia cinta damai.
Di dunia yang tidak bersahabat ini, semoga kita berjalan sebagai pembawa damai, sehingga Kristus mendapatkan semua kemuliaan. Karena sebenarnya, dia sendiri yang bisa membuat perdamaian abadi.
Tugas : Unduh disini
Makna Damai Sejahtera Bagi Tiap Orang
Rasanya semua orang
memimpikan hidup dalam damai. Kita dapat membuat catatan alasan kita tidak
merasa damai dan catatan itu pasti amat panjang. Ada berbagai alasan yang
menyebabkan rasa damai hilang dari kehidupan. Siapa manusia yang tidak ingin
hidup dalam damai? Rasanya nyaman bukan, jika hidup kita adem, semua hal
berjalan lancar sesuai rencana, sejalan dengan semua impian dan keinginan kita.
Tapi sayang sekali hidup tidak selalu berjalan menurut apa yang kita kehendaki.
Penulis Kitab Pengkhotbah menulis bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya.
Bahwa berbagai peristiwa
datang silih berganti dalam hidup, ada yang membawa suka cita dan
keberuntungan, ada yang membawa mala petaka ataupun kerusakan dan kepedihan,
konflik dan perpecahan. Itulah dinamika hidup, Yakobus 3:13-18 menulis tentang
bagaimana kita harus menghadapi hidup ini. Kita dilarang untuk membenci, hidup
orang percaya haruslah berhikmat, berbudi dan bijak. Itulah landasan untuk
hidup damai. Bagi guru PAK sendiri, apa makna materi ini bagi Anda? Sebelum
menyampaikannya pada siswa guru PAK harus terlebih dahulu merenungkan makna
materi ini dan membandingkan dengan hidupnya. Apakah telah bersikap sebagai
pendamai diantara sesama teman guru PAK? Dalam relasi dengan siswa dan orang
tuanya? Dalam kehidupan berkeluarga? Tiap-tiap orang dapat mengevaluasi diri
sendiri berdasarkan paparan karakter sang pendamai sebagaimana tercantum dalam
Yakobus 3:13- 18. Menjadi pembawa damai merupakan intisari dari seluruh
pembelajaran PAK di sekolah dari SD sampai dengan SMA.
Menjadi pembawa damai
sejahtera merupakan indikator utama yang menjadi ukuran keberhasilan pembelajaran
PAK di sekolah. Anak-anak dan remaja Kristen di Indonesia hendaklah menjadi
remaja yang “cinta damai” dan yang pro aktif sebagai “pembawa damai sejahtera”
dimanapun kita berada. Yesus pun mengatakan: “Damai Sejahtera Bagi mu...Damai
Sejahtera Ku , Kutinggalkan bagi mu” sebuah ungkapan yang merupakan warisan
iman bagi kita semua, sekaligus perintah supaya tiap orang beriman yang mengaku
percaya pada Kristus harus menjadi pembawa damai sejahtera. Apakah menjadi
pembawa damai berarti harus terus mengalah dan membiarkan dibully dan didakiti
orang? Tidak juga. Keadilan dan kebenaran harus kita perjuangkan tapi dengan
cara yang baik yang sesuai dengan berbagai prosedur dan terutama dengan cara
damai.
Belajar dari Lagu
Tahukah kamu lagu
“Rindukan Damai” oleh Gigi ini? Kalau tahu, cobalah nyanyikan bersama-sama di
kelas, dipimpin oleh gurumu. Jika kalian tidak hafal lagu ini bisa diganti
dengan lagu yang lain yaa... Klik untuk dengarkan lagu
Kesan apa yang kamu peroleh dari lagu karya Dewa Budjana dari kelompok Gigi di atas? Apa yang dimaksudkan ketika nyanyian itu mengatakan “Kita semua saling bersaudara”? Bukankah ini sebuah pernyataan yang sangat dalam maknanya? Kesaksian Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita mempunyai satu nenek moyang yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Itu berarti bahwa siapapun juga manusia yang kita jumpai, sebetulnya dia adalah saudara kita sendiri. Lalu, apa sebabnya kita berperang? Mengapa manusia sulit sekali hidup dalam perdamaian? Apakah manusia sudah tidak bisa lagi saling mengasihi?
Pada pelajaran lalu, ada penugasan yang diberikan pada kalian, yaitu menyusun tindakan untuk menjadi pembawa damai sejahtera. Coba kalian lihat kembali langkah-langkah yang sudah dibuat, apakah realistik dan dapat diterapkan? Jika belum, kalian dapat menyempurnakannya. Minta bantuan orang tua atau mereka yang lebih tua untuk membahas langkahlangkah tersebut bersama. Orang tua dan guru akan memberikan penghargaan terhadap tekad kalian. Selesai pembelajaran, ketika akan tidur pada malam hari, berdoalah dengan sungguh-sungguh dan minta Allah mengirimkan Roh Kudus agar membaharui kalian dan memampukan untuk mewujudkannya dalam hidup. Selamat Menjadi Pembawa damai. Salam hangat dan kasih dari saya, Pdt.Janse Belandina Non. Yakinlah..kalian mampu menjadi pembawa damai dalam kehidupan. Tuhan memberkati.
Refleksi
Perdamaian – dan juga kasih – adalah tindakan, bukan kata benda. Artinya, untuk mewujudkan perdamaian dan kasih, kita perlu melakukan langkahlangkah konkret dalam kehidupan kita. Seluruh perbuatan dan gaya hidup kita mestilah mencerminkan perdamaian dan kasih, sehingga keduanya dapat terwujud dalam masyarakat kita, di bumi kita.
Abigail Disney, “Perdamaian adalah sebuah proses. Ini bahkan bukanlah sebuah peristiwa, kejadian. Perdamaian adalah sesuatu yang kita buat, yang kita kerjakan. Perdamaian adalah kata kerja. Perdamaian adalah serangkaian pilihan dan keputusan. Ia harus dipertahankan, diperjuangkan... Perdamaian tidak diamdiam. Perdamaian itu bergemuruh!”
Sumber : KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis:
Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar