Translate

Selasa, 29 Juli 2025

Melangkah Bersama Allah

Bab II Melangkah Bersama Allah

Mazmur 139:13-14 Roma 8:38-39 2 Petrus 3:2-4


Tujuan Pembelajaran 

  1. Memahami bahwa Allah hadir setiap saat.
  2. Mengakui kuasa Allah yang memberi kekuatan, sukacita dan damai sejahtera.
  3. Mensyukuri penyertaan Allah dalam kelahiran, pende-ritaan, dan kematian manusia 

Apersepsi

        Apakah kamu pernah merasakan sakit yang berat dan merasa tidak berdaya karena tidak yakin apakah bisa sembuh kembali atau tidak? Apakah kamu pernah merasakan kehilangan orang yang sangat dikasihi dan juga mengasihi kalian? Apakah kamu pernah merasakan begitu putus asanya saat menghadapi persoalan yang tidak kunjung selesai? 

        Banyak orang meragukan bahwa Allah betul-betul ada ketika melihat begitu banyaknya penderitaan di dunia ini. Bahkan, banyak orang yang memilih untuk tidak lagi mempercayai Tuhan karena merasa tidak ada gunanya kepercayaan seperti itu: Tuhan tidak membuat keadaan mereka menjadi lebih baik. Bahkan, ada juga yang memilih bunuh diri sebagai cara untuk bebas dari penderitaan dan keputusasaan yang dialami. Kita tidak perlu bingung mencari contoh. Situasi pandemi Covid-19 yang melanda dunia dengan jumlah kematian yang termasuk tinggi, yaitu mencapai 1,9 juta orang terhitung pada tanggal 8 Januari 2021 menjadi bukti bahwa virus ini ganas dan menyerang siapa pun; baik laki-laki, perempuan, muda, tua, kaya, miskin, pejabat, rakyat biasa, tenaga medis, orang awam, dan sebagainya. Bahkan, ada beberapa keluarga yang kehilangan anggota keluarga lebih dari satu karena terinfeksi Covid-19. Hal yang lebih mencengangkan adalah ritual agama yang mencakup ibadah bersama sekumpulan orang justru menjadi sumber menyebarnya virus. Wajar bila pertanyaan yang muncul adalah, “Bukankah Tuhan lebih besar dari Covid-19? Mengapa justru memuji dan menyembah Dia yang menyebabkan kematian?”

Allah Hadir dalam Kehidupan Manusia

        Untuk memahami bahwa Allah sangat peduli terhadap apa yang terjadi pada manusia — suka-duka, senang-susah, sehat-sakit, lahir-mati — kita harus memahami rancangan besar yang Allah sedang siapkan untuk ciptaan-Nya. 

        Sproul (2009) menyatakan bahwa seluruh isi Alkitab menyaksikan Allah adalah kasih. Atas dasar kasih-Nya, Allah menciptakan dunia dan segala isinya. Penciptaan Allah yang digambarkan dalam Kejadian 1, mulai hari pertama hingga hari keenam adalah baik dan membawa sukacita bagi Sang Pencipta. Inilah yang mendasari seluruh karya Allah bagi alam dan ciptaanNya. Apalagi manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, jauh melebihi ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Alkitab memberi gambaran yang jelas dan tegas bahwa Allah adalah kasih dan Allah sungguh mengasihi setiap manusia. Kasih Allah bukan hanya kepada kelompok tertentu saja, melainkan berlaku untuk semua. Pemberitaan para nabi dan kesaksian para penulis kitab yang tercantum di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menggunakan tema yang sama bahwa Allah adalah kasih. Sering juga dikatakan bahwa seluruh isi Alkitab adalah surat cinta Allah kepada manusia.

        Sayangnya, walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kejatuhan ke dalam dosa membuat manusia merusak citra Allah ini. Allah ingin supaya manusia mengalami perubahan sehingga berbalik arah menuju kondisi yang kembali serupa dengan citra Allah. Dengan cara-Nya yang ajaib, yaitu dengan mengorbankan Putra-Nya, Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk kembali berdamai dengan-Nya. Akan tetapi, belum tentu manusia menyadari kebutuhannya untuk kembali didamaikan dengan Allah. Banyak yang tetap memilih untuk berada di jalannya sendiri yang malah membawa pada kehancuran. Allah tetap memberi kesempatan kepada manusia untuk mempraktikkan kehendak bebasnya, tetapi juga menunggu kapan mereka kembali ke jalan-Nya. 

        Bila saja manusia menyadari betapa kasih Allah kepada dirinya, ia tidak lagi mau hidup menurut keinginan dirinya sendiri. Kasih Allah hanya bisa dirasakan ketika manusia hidup dengan penuh ketaatan kepada Allah. Manusia yang menyadari dan merasakan kasih Allah akan mengakui seperti ungkapan Rasul Paulus ini, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39). 

        Perlu kita ketahui bahwa Kitab Roma ditulis oleh Paulus dengan nada berbeda dibandingkan dengan Kitab-kitab lainnya yang juga ditulis oleh Paulus (Witmar, 1985). Rasul Paulus belum pernah mengunjungi jemaat di Roma yang pada saat itu sudah terdiri dari dua kelompok: bangsa Yahudi dan bangsa non-Yahudi. Di antara kedua kelompok ini ada ketegangan. Kelompok Yahudi menganggap diri mereka lebih murni karena merupakan bangsa yang digolongkan sebagai umat Allah. Sebaliknya, mereka yang non-Yahudi menganggap bahwa Hukum Taurat hanya berlaku untuk bangsa Yahudi dan karena itu mereka tidak terlalu mengindahkannya. Paulus menyadari perbedaan pendapat ini dan ia menuliskan intisari tentang percaya kepada Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. Dapat dikatakan bahwa di Kitab Romalah sangat jelas pemahaman iman yang perlu dimiliki oleh setiap orang percaya: keselamatan hanya diperoleh karena iman percaya, dan bukan karena perbuatan baik yang manusia lakukan. Untuk mereka yang hidup dalam Kristus, penderitaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, sama seperti Kristus juga sudah menderita karena menanggung dosa semua umat manusia. Namun, Rasul Paulus mengingatkan bahwa penderitaan karena mempercayai Yesus Kristus tidaklah sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima ketika kita bersama-sama dengan-Nya, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” (Roma 8:18). 

        Rasul Petrus juga menegaskan kuatnya kasih Allah, “Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib. Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” (2 Petrus 3:2-4).

Kini kita akan melihat kehadiran Allah dalam peristiwa-peristiwa penting yang dialami manusia, yaitu lahir, sakit, menderita, dan mati.

Renungkan ungkapan pemazmur seperti berikut, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:13- 14). 

         Apakah kita bersikap seperti pemazmur, sungguh-sungguh menyadari keajaiban yang terjadi ketika kita bisa berwujud karena pembuahan sel telur ibu oleh sperma ayah, lalu bertumbuh menjadi semakin besar dalam kandungan dan lahir, malahan kini bisa hidup sampai saat ini? Apakah kita memang mensyukuri kelahiran kita?

        Atau, kita seperti Ayub yang mengutuki hari kelahirannya karena secara bertubi-tubi mengalami kehilangan harta benda, anak, sakit yang berat, dimarahi istri, dan dijauhi oleh teman-temannya? Ini pertanyaan yang mengusik Ayub, “Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?” (Ayub 3:11).

Ketika mengalami perlakuan yang tidak enak dari orang-orang di sekitar kita, kita bisa memilih: tetap bertahan karena yakin akan hal-hal baik yang sedang direncanakan-Nya, atau memilih menyerah karena sudah tidak sanggup menanggung lebih lama lagi? Di atas telah dituliskan bahwa Tuhan selalu menginginkan yang terbaik untuk kita karena Tuhan sungguh-sungguh sangat mengasihi kita dan tidak ingin kita mengalai kebinasaan. Alkitab juga berisi banyak kisah bagaimana Yesus menyembuhkan yang sakit. Namun, bila kita bertemu dengan orang yang tidak sembuh malahan meninggal karena sakit yang dideritanya, apakah kita masih tetap meyakini bahwa rencana Allah tetap baik? Kisah Joni Eareckson Tada (2010) menolong kita memahami makna di balik sakit yang tidak tersembuhkan.

        Joni Eareckson Tada, lahir tahun 1949, adalah bungsu dari empat anak perempuan yang lahir untuk John dan Lindy Eareckson. Karena ayahnya adalah atlet gulat, sejak masa muda Joni aktif dalam berbagai olahraga: berkuda, naik gunung, tenis, dan berenang. Pada suatu hari, Joni melompat ke Che-sapeake Bay, suatu muara di daerah Virginia, Amerika Serikat, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya airnya tidaklah dalam. Akibatnya, ia mengalami patah tulang punggung yang mengakibatkan kelumpuhan tetraplegia atau quadriplegia (yaitu kelumpuhan pada kedua lengan, tungkai, dan otot dada). Hal ini membuatnya sering mengalami sesak napas. Usia 18 tahun ketika Joni mengalami kecelakaan ini adalah usia lazimnya orang menyelesaikan jenjang SMA dan siap meraih masa depan yang dicita-citakan, entah de-ngan langsung masuk ke dunia kerja atau menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Mengalami quadriplegia menjadi hambatan besar untuk meraih cita-cita. Selain ia tidak bisa membuat dirinya duduk atau berbaring, artinya ia selalu harus menunggu orang lain melakukannya, ia juga bahkan terus-menerus merasakan sakit yang luar biasa.

        Namun, Joni bertekad untuk tidak menggunakan obat pengurang rasa sakit. Ia belajar untuk menerima ini sebagai konsekuensi logis dari penyakitnya. Frustrasi, marah, kesal, tidak berdaya dan bertumpuk perasaan negatif lainnya mewarnai hari-hari Joni. Selama dua tahun menjalani rehabilitasi, tidak jarang Joni meragukan apakah betul Tuhan ada dan apa masih ada gunanya mempercayai Tuhan. Ia sudah tidak tahan mendengarkan penghakiman yang sering diberikan oleh orang-orang lain, bahkan oleh sesama pengikut Kristus yang menyadari betapa parah sakitnya. “Pasti ada dosa tersembunyi yang kamu lakukan. Akui saja di hadapan Tuhan. Minta Tuhan tunjukkan apa dosamu itu dan bertobatlah. Pasti Tuhan sembuhkan.” Ucapan-ucapan seperti ini membuat Joni semakin terperosok jatuh ke dalam keadaan depresi, bahkan ia ingin bunuh diri.

        Selama menjalani terapi, Joni belajar melukis dengan menggunakan kuas yang ditaruh di antara gigi-giginya. Ia berhasil menjual lukisan-lukisannya. Dengan cara yang sama — menjepit alat tulis dengan gigi-giginya — ia juga mulai menulis, tetapi ia lebih sering berbicara di hadapan mikrofon dan mesin yang kemudian mengubah suara menjadi teks. Sampai dengan naskah ini ditulis (8 Januari 2021), Joni sudah menyelesaikan lebih dari 40 buku, sejumlah album musik dengan dia sebagai penyanyi, membuat film yang mengisahkan kehidupannya (diedarkan tahun 1979), dan menjadi motivator untuk mereka dengan disabilitas.

        Bagaimana Joni bisa “sukses” seperti itu? Tentu butuh waktu yang lama untuk mengakui bahwa Allah Maha Pengasih tetap hadir baginya. Pada awalnya, Joni rajin mengikuti berbagai ibadah penyembuhan karena melihat banyak orang yang sakit menjadi sembuh ketika didoakan.

        Namun, pesan yang ia terima dari seorang misionaris, Henry Frost sungguh menguatkannya. Henry mengakui bahwa orang yang sakit pasti ingin kesembuhan dan mereka percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan. Akan tetapi, ternyata tidak semua yang berdoa meminta kesembuhan memperolehnya walaupun mereka sudah sangat sering berdoa. Satu hal yang pasti, yaitu mereka yakin bahwa saat sehat maupun sakit, hal yang jauh lebih penting adalah menggunakan hidup untuk memuliakan Tuhan. Keyakinan mereka bukan terletak pada kesembuhan yang tentunya diharapkan oleh setiap orang yang sakit, melainkan pada keyakinan bahwa Tuhan tetap berkuasa dan mengasihi mereka. Sembuh atau tidak adalah misteri Tuhan. Apakah mereka masih berdoa untuk kesembuhan? Tentu saja! Akan tetapi, merasakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah rasa sakit yang begitu berat adalah jauh lebih membawa damai sejahtera. Salah satu ayat yang menguatkan Joni adalah, “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” (Mazmur 37:4).  


Di sisi yang lain, jawaban Tuhan untuk doa kesembuhan adalah berbeda untuk Samuel Irwan dengan kisahnya sebagai berikut.

        Samuel Irwan sudah melayani Tuhan sejak berusia 14 tahun, bahkan sudah menjadi pengkhotbah cilik pada usia 15 tahun. Keinginan untuk melayani Tuhan sepenuhnya diwujudkan dengan berkuliah di Sekolah Teologi Tawangmangu. Sebelum lulus, ia bernazar untuk siap melayani ke mana pun Tuhan mengutus dan menempatkannya. Setelah lulus, tahun 1993 ia ditempatkan di Kelurahan Mangkupalas, Samarinda, Kalimantan Timur. Ia meninggalkan kehidupan nyaman di Surabaya dan mencukup diri dengan gaji sebesar Rp 80.000,00 per bulan. Setelah dua tahun, saat menjalin hubungan dengan seorang gadis cantik, ia ragu-ragu bagaimana caranya bisa berumah tangga dan menghidupi keluarga. Kesaksian banyak hamba Tuhan yang sukses dalam pekerjaan tetapi tetap setia melayani Tuhan membuatnya berhenti bekerja dan melamar bekerja di tempat lain. Pesan gembala sidang, “Gereja memang nggak bisa memberikan gaji besar, tapi Tuhan mampu pelihara hidupmu.....” tidak berhasil membatalkan niat Samuel.

        Kemahirannya menggunakan berbagai program di komputer serta berbahasa Inggris membuatnya diterima di sebuah perusahaan kayu, di Kalimantan. Lima bulan kemudian ia menjadi kepala produksi log di perusahaan kayu itu. Dengan gajinya, kini ia bisa mengontrak rumah, perabotan rumah tangga dan motor. Perkawinannya juga memberikan seorang putri. Tetapi keinginannya melayani Tuhan semakin redup. 

         Awal Januari 1998, Samuel merasakan masuk angin dengan gejala demam, tenggorokan sakit, dan mata merah. Oleh dokter mata, ia diberikan paracetamol untuk menurunkan demam. Demam tidak hilang dan kini muncul bintik-bintik merah di lengan disertai rasa sakit di telapak tangan dan kaki. Dokter umum memberikannya obat pembunuh virus. Jadi, Samuel minum obat dari dokter mata, dokter umum, dan beberapa obat flu serta jamu. Akan tetapi, bintik-bintik merah itu mulai melepuh dan gosong, dan mulai merambat sampai ke dada, tengkuk, leher, muka dan kondisi mata menjadi makin memburuk, semakin merah. Kerongkongan, rongga mulut dan lidah juga melepuh dan di kulit muncul gelembung berisi air dan nanah. Lima hari kemudian, ia dirawat di rumah sakit. Salah seorang anggota tim dokter yang menangani, seorang dokter kulit, mengatakan bahwa Samuel Irwan mengidap penyakit Stevens-Johnson Syndrome (SJS) stadium 3 dengan kondisi tubuh seperti orang yang terkena luka bakar 80%. Kecuali paha dan betis, seluruh kulit melepuh, gosong, dan bernanah.

        Bayangkan penderitaan Samuel karena kalau ia tidak bergerak dengan hati-hati, sebagian kulit akan terkelupas dan menempel di sprei. Demam 42 derajat Celcius membuatnya menggigil sampai ranjang bergoyang seakanakan ada gempa bumi. Ia harus dimasukkan ke ruang isolasi supaya pasienpasien lain tidak tertular.

        Suatu hari mata yang selalu merah itu seperti kelilipan dan Samuel meminta suster untuk menyiram matanya dengan boorwater. Ketika bangun tidur, ternyata kedua belah mata jadi putih semua. Ia tidak bisa melihat! Samuel marah kepada para dokter, perawat bahkan Tuhan. Di batas akhir kekuatannya, ia meminta ampun kepada Tuhan.

        Dokter yang merawatnya merujuk Samuel ke rumah sakit di Surabaya. Malam sebelum berangkat, ia menyadari panggilannya kembali. Ia menyampaikan ke gembala sidang untuk berdoa minta ampun karena lari dari Tuhan. Ia berjanji jika Tuhan masih memberi kesempatan untuk hidup, ia akan melayani Tuhan sepenuhnya kembali. Saat akan naik tangga pesawat, seorang petugas membopongnya dan tanpa sengaja membuat kulitnya robek tertarik, membuat Samuel menjerit keras sekali.

        Tim dokter yang menanganinya di Surabaya kaget melihat kondisi tubuh Samuel. Sebelumnya mereka pernah menangani pasien serupa dengan keparahan hanya sepertiga dari kondisi Samuel dan kemudian meninggal. Berdasarkan hasil rontgen yang menunjukkan bahwa lambung, pankreas, liver, dan bagian-bagian dalam tubuh semuanya rusak, diperkirakan Samuel hanya bisa bertahan 3 minggu, padahal ia sudah mulai sakit sejak 2 Januari 1998. Jadi, diperkirakan ia hanya bisa bertahan sampai 23 Januari 1998. Istri dan putri mereka yang berusia 2 bulan diminta menemuinya di Surabaya. Kalaupun sembuh, dokter kulit menyatakan butuh waktu dua tahun agar kulit pulih. Dokter mata menyatakan, sekalipun Samuel sembuh, ia akan buta selamanya. Erna, istrinya, mendampingi setiap hari, membersihkan kotoran dan merawat dengan penuh cinta kasih. Namun yang lebih penting, ia menguatkan Samuel untuk selalu berharap kepada Tuhan. Keluarga besar menjalankan doa puasa memohon kesembuhan dari Tuhan. Akan tetapi, kondisi Samuel bertambah parah. Semua kuku di jari-jarinya copot; telapak tangan dan kaki menggelembung berisi air, telinga dan hidung melepuh mengeluarkan darah. Berat badannya menyusut hingga mencapai 25 kg.

        Samuel kembali bernazar, “Tuhan ampuni saya, ... kalau saya sembuh, saya akan kembali melayani Engkau sepenuh waktu. Saya akan tinggalkan pekerjaan saya, saya akan bayar nazar saya. Terimalah tubuhku yang sudah busuk ini. Ampuni saya Tuhan....” Ia teringat “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mazmur 51:19)

        Tanggal 23 Januari 1998, yaitu tanggal Samuel diperkirakan akan meninggal dunia, justru menjadi titik balik dalam proses kesembuhannya. Pagi itu, ternyata kulitnya mulai mengering dan sembuh. Matanya juga sudah bisa melihat walaupun masih agak buram. Bagian dalam tubuh seperti ginjal, lever, lambung, dan lain-lain semua normal kembali, dan ini sangat mengherankan semua tim dokter dan perawat. Bahkan, dua hari kemudian ia bisa berjalan. Kecuali matanya yang harus diteteskan air mata buatan, ia sudah pulih. Sejak tahun 1998-2010, biaya untuk membeli obat tetes mata ini sudah sekitar 1,6 milyar rupiah. Walaupun ia harus memakai binocular karena jarak pandangnya yang hanya 1 meter, Samuel mulai melayani Tuhan, bahkan sampai ke luar negeri. Ketika kondisinya membuat seorang polisi di bandara bertobat, ini doa Samuel, “Tuhan....kalau memang mata ini bisa membuat orang yang suka mengeluh menjadi bisa bersyukur, bisa membuat orang berdosa diselamatkan...., mata saya tidak disembuhkan tidak apa-apa Tuhan..., karena saya bersyukur mata ini bisa memuliakan Tuhan....” Pendeta Samuel Irwan Santoso, S.Th., MA, sejak tahun 2006 hingga sekarang menggembalakan jemaat di GBI Bontang, Kalimantan Timur. (Disadur dari tulisan Berty J. Waworuntu) 


Rangkuman

Allah hadir dalam kehidupan setiap manusia sejak dalam kandungan sampai kepada kematiannya. Bahkan, rencana Allah untuk tiap orang sudah ada jauh sebelum dia dilahirkan. Mengakui kehadiran Allah dalam kehidupan kita, membuat kita dapat merasakan kekuatan, sukacita, dan damai sejahtera, sekalipun kita berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan atau penuh dengan penderitaan. Hanya hidup dekat dengan-Nya yang membuat kita dapat menghargai hidup dengan kelimpahan anugerah-Nya, baik di saat suka maupun duka, bahkan saat menghadapi kematian. Bagi mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, kematian di dunia merupakan jalan masuk menuju ke kehidupan kekal. 


Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X Penulis: Julia Suleeman ISBN 978-602-244-465-7 (jil.1)

Allah Menganugerahkan Talenta kepada Manusia

 Bab 2 Allah Menganugerahkan Talenta kepada Manusia

Bahan Alkitab: Keluaran 4:10–16; 31:1–11

Tujuan Pembelajaran 

  1. Mendeskripsikan sedikitnya tiga cara Allah merawat hidup manusia.
  2. Mendaftarkan sedikitnya tiga talenta yang Tuhan anugerahkan.
  3. Merancang sedikitnya dua aktivitas, sesuai dengan talenta yang kalian miliki, sebagai sumbangsih bagi Indonesia.
  4. Mengidentifikasi talenta untuk pengembangan dan talenta yang disalahgunakan.
  5. Mengelola talenta yang Tuhan anugerahkan. 


        Talenta adalah anugerah yang Tuhan percayakan untuk dikembangkan secara bertanggung jawab. Dengan talenta, setiap orang dapat menjalani kehidupannya dengan gembira. Dengan talenta pula setiap orang dapat saling menolong dan memberdayakan. 

        Namun, talenta bisa juga digunakan untuk menghancurkan. Alih-alih merawat, talenta yang baik malah digunakan untuk hal yang kurang baik. Contohnya, seseorang yang memiliki talenta melukis merusak fasilitas (umum) yang tersedia dengan mencoret-coret dinding tempat umum. Contoh lain, talenta untuk orasi disalahgunakan dan mendorong orang lain bertindak anarkis sehingga terjadi pengrusakan saat demonstrasi. Dengan demikian, tujuan demonstrasi tidak tercapai dan justru berbagai fasilitas rusak karenanya. Semoga kita menjadi umat Allah yang mensyukuri talenta dan mengembangkannya untuk membangun (konstruktif), dan bukan menghancurkan (destruktif). 

Pemaparan Materi 

        Pada masa pelayanan Yesus, talenta digunakan sebagai ukuran timbangan yang setara dengan 3.000 syikal (sekitar 34 kilogram). Nilainya menjadi sangat besar jika dikaitkan dengan hitungan uang, yakni setara dengan 6.000 dinar.

        Tahukah kalian, berapakah harga 6.000 dinar itu? Satu dinar adalah upah atau harga kerja seorang tukang sehari (lihat Mat. 20:2). Jika disetarakan dengan kondisi saat ini, angkanya menjadi sangat besar. Jika upah seorang tukang saat ini di Indonesia sebesar Rp150.000 per hari, maka dengan Rp150.000 x 6.000 = Rp900.000.000. Ini merupakan angka yang sangat besar, bukan? Apalagi jika digunakan ukuran timbangan, dan timbangan itu dikenakan pada emas. betapa besarnya talenta yang Tuhan anugerahkan kepada setiap orang, tidak terkecuali kepada kalian yang tengah menjangkau masa depan yang dirintis sejak proses studi saat ini.

        Berdasarkan perhitungan di atas, talenta menjadi sesuatu yang harus dihargai dan dinilai sangat tinggi. Jumlah yang sangat besar itu secara nominal menjadi lebih besar lagi jika dilekatkan pada manusia karena manusia tidak bisa dinominalkan. Manusia melebihi angka-angka. Oleh karena itu, penghargaan terhadap talenta sebagai anugerah Tuhan harus disambut gembira. Itu sebabnya manusia harus mengasah, melatih, dan mengembangkan talenta yang Tuhan anugerahkan agar menjadi optimal. 

        Talenta berbeda dengan ketertarikan. Bisa saja seseorang tertarik pada bidang tertentu, tetapi ia sebenarnya tidak memiliki talenta di bidang tersebut. Contohnya, seseorang yang secara alamiah tidak memiliki bakat seni, tetapi ia memiliki ketertarikan pada bidang seni tersebut sebagai penikmat semata. Maka, talentanya bukanlah pada pelaku seni tersebut. Talenta tentu bisa diasah, dilatih, dan dikembangkan.

        Pada Perjanjian Baru, kata talenta ditemukan sebanyak 14 kali yang menunjuk pada satuan ukuran berat. Dalam bahasa aslinya ditulis talanton atau talanta yang kemudian digunakan untuk ukuran uang logam yang nilainya tergantung pada zaman, tempat, dan jenis logamnya (Hasan Sutanto 2002, 744). Pada Perjanjian Baru, talenta diterakan pada sejumlah ukuran dan dinilai dengan uang. Namun, dalam bahasan pada Bab 2 ini, talenta lebih dilekatkan pada potensi yang harus dikembangkan bagi kemuliaan Tuhan. Ini akan ditampakkan pada diri Musa yang cenderung menghindari potensinya—sekalipun kemudian ia bersedia juga menjalaninya—dan pada Bezaleel dan Aholiab yang telah diberikan keahlian (baca = talenta) oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan yang dikehendaki Tuhan. 

Membaca Teks Alkitab

Bacalah Keluaran 4:10–16 dan 31:1–11!

        Dua bacaan dari Kitab Keluaran tersebut menggambarkan dua posisi yang berbeda. Pertama adalah Musa. Musa menjadi pribadi yang “kehilangan” kepercayaan diri sehingga ia sulit mengembangkan kemampuannya. “Lalu kata Musa kepada Tuhan: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah” (Kel. 4:10).

        Kitab Keluaran 4:10–16 menggambarkan tentang Musa yang menolak ketika ia diperintah Tuhan untuk berangkat ke Mesir. Situasi ini demikian mencekam karena Tuhan mempercayakan kekuatan, namun Musa justru mengabaikannya. Boleh jadi hal ini karena dilandasi masa lalu Musa yang memiliki pengalaman buruk dengan Mesir (lihat Kel. 2:11–15). Sebagaimana diketahui, Musa pernah bermasalah dengan prajurit Mesir, dan dalam teks ini ia mendapat perintah untuk kembali ke Mesir.

        Pernyataan Musa ini berpotensi menimbulkan gambaran negatif. Sebagaimana diketahui, Musa pernah memiliki masa lalu yang suram di Mesir, yakni pernah membunuh salah seorang pengawas pekerjaan (lihat Kel. 2:11–15). Pengalaman itu membuatnya harus bergulat dengan perasaan bersalah dan ketakutan. Ini tentu harus diatasi dengan kekuatan besar. Namun, Allah justru memilihnya untuk menjadi negosiator ketika berhadapan dengan kerajaan Mesir. Di sini pengembangan talenta benarbenar harus dikukuhkan.

        Namun, yang sangat penting untuk disimak adalah respons Musa. Ia harus bergulat antara potensi yang dimilikinya dengan perasaan takut yang dihadapinya. Apalagi kepercayaan Tuhan kepadanya dengan pernyataan Tuhan, “Aku akan menyertai lidahmu”, menjadi sebuah anugerah yang sangat besar. Di sini Musa disadarkan bahwa talenta yang Tuhan anugerahkan itu tidak semestinya ditolak. Syukurlah, Musa kemudian menyambut perintah Tuhan tersebut.

        Pada sisi lain, Kitab Keluaran 31 menggambarkan hal yang bertolak belakang dengan Musa. Bezaleel dan Aholiab justru melaksanakan pekerjaan besar yang dilakukan dengan komitmen kuat. Mereka mengerjakan dengan setia. Tiap hal yang dikerjakan dengan tulus berpotensi berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik.

        Situasi kedua ditunjukkan oleh Bezaleel dan Aholiab pada Keluaran 31:1– 11. Berbeda dengan Musa yang gamang dan memiliki ketakutan sehingga mengabaikan talenta yang Tuhan anugerahkan, Bezaleel dan Aholiab justru menindaklanjuti pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka. Kisah ini tergambar juga dalam Keluaran 35:30–36:1. Kedua orang ini menerima dan mengerjakan talenta berupa keterampilan yang Tuhan anugerahkan kepada mereka. 

Rangkuman

        Talenta adalah anugerah Tuhan. Dengan talenta setiap orang bisa mengembangkan diri dan semakin berkualitas dalam melaksanakan peran hidupnya.

        Talenta berbeda dengan minat. Talenta adalah sesuatu yang Allah lekatkan dalam diri seseorang. Namun, tentu saja talenta pun tetap harus diasah dan dilatih agar berkembang dan dapat memberi dampak pada pertumbuhan hidup seseorang.



Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)


Minggu, 27 Juli 2025

Praktik demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) pada Konteks global dan di Indonesia

 BAB II

PRAKTIK DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA PADA KONTEKS GLOBAL DAN DI INDONESIA

(Bilangan 35:9-34; Mazmur 133)


Tujuan Pembelajaran :

  1. Menjelaskan cara mewujudkan demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia. 
  2. Mendiskusikan bagian Alkitab yang menulis tentang demokrasi dan hak asasi manusia.
  3. Menceritakan praktik demokrasi dan HAM pada konteks global dan lokal.
  4. Mendata berbagai permasalahan yang berkaitan dengan praktik demokrasi dan HAM di Indonesia. 
  5. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab remaja Kristen dalam mewujudkan demokrasi dan hak asasi manusia.
  6. Membuat karya sebagai wujud kepedulian terhadap demokrasi dan HAM.
  7. Melakukan kegiatan sebagai bukti peduli demokrasi dan HAM


Pengantar

        Pelajaran ini membimbing kamu untuk mempelajari fakta mengenai praktik pelaksanaan demokrasi dan HAM di dunia dan di Indonesia. Ada banyak kenyataan yang harus dibuka dalam membahas mengenai praktik demokrasi dan HAM. Pembahasan ini tidak bertujuan menyudutkan para pemimpin ataupun kelompok lainnya. Sebagai generasi muda, kamu perlu mengetahui secara transparan seperti apakah wajah demokrasi dan HAM di dunia dan di Indonesia dengan demikian kamu tergerak untuk selalu menghargai dan melaksanakan demokrasi dan HAM. Dalam cara yang paling sederhana dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah, yaitu hidup dalam suasana damai, menghargai dan menghormati diri sendiri dan orang lain

        HAM merupakan hak yang dimiliki oleh setiap orang sebagai manusia makluk ciptaan Allah. Hak yang paling mendasar adalah hak untuk hidup. Hanya Tuhanlah pemberi kehidupan dan Dia jugalah yang berhak mengambil kehidupan itu. Dalam kenyataannya, masih banyak orang yang belum menyadari dirinya memiliki hak yang tidak dapat dilanggar ataupun diambil oleh orang lain. Bukan hanya manusia sebagai individu, bahkan institusi atau lembaga negarapun dapat melanggar HAM warga negaranya ketika Negara tidak dapat menjamin terpenuhinya HAM warga Negara sebagai individu maupun kelompok. Pembahasan mengenai HAM tidak dimaksudkan mengambil alih isi mata pelajaran PKN justru memperkuat pembahasan HAM dalam mata pelajaran lainnya.

        Dalam kehidup sehari-hari terkadang sadar ataupun tidak kita melakukan tindakan yang menjurus kearah pelanggaran terhadap hak asasi seseorang. Berita-berita yang tersebar di media massa baik cetak maupun elektronik telah menggambarkan berbagai peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh remaja terhadap teman maupun orang lain bahkan sampai kehilangan nyawa. Oleh karena itu, pembahasan mengenai HAM dapat memberikan pencerahan kepada peserta didik untuk terpanggil menghargai demokrasi dan HAM sesama dan memperjuangkan HAM bagi diri sendiri dan orang lain.

Kaitan Antara Demokrasi dan HAM

HAM hanya akan terlaksana dalam pemerintahan yang demokratis. Pemerintahan yang demokratis akan menjadi wahana bagi tegaknya HAM dalam kehidupan semua warga negara. Dengan kata lain diterimanya demokrasi secara luas jelas memperkuat upaya pelaksanaan HAM. Esensi dari demokrasi sebagaimana yang diperjuangkan sejak revolusi Perancis 1789 adalah kebebasan dan persamaan. Kebebasan dan persamaan ini merupakan entry-point dalam setiap wacana atau diskursus tentang upaya penegakan HAM baik di tingkat domestik maupun global. Puncak hubungan antara demokrasi dengan upaya penegakan HAM terjadi dalam Konferensi Hak Asasi Manusia yang berlangsung di Wina tahun 1993. Dalam Deklarasi Wina inilah untuk pertamakalinya demokrasi dan HAM dinyatakan secara eskplisit sebagai dua aspek yang saling bergantung dan memperkuat. Dalam tataran empiris hubungan antara demokrasi dengan HAM dapat dicermati melalui praktik penyelenggaraan negara oleh pemerintahnya. Beberapa indikator penjelas adanya penegakan HAM dalam suatu pemerintahan adalah sebagai berikut : 

  1. Kebebasan berpendapat dan berkumpul dijamin oleh negara.
  2. Kebebasan politik dalam memilih dan dipilih termasuk partisipasi politik.
  3. Pers yang bebas dan tidak dikekang.
  4. Kebebasan beragama.
  5. Kebebasan untuk hidup.

Demokrasi dan Hak Asasi Manusia pada Konteks Global

        Kesadaran akan HAM berawal dari lahirnya magna carta pada tahun 1215 di Inggris. Sebuah piagam yang dikeluarkan di Inggris guna membatasi monarki kekuasaan absolut sejak masa raja John. Magna Carta dianggap sebagai lambang perjuangan hak-hak asasi manusia. Menyusul lahirnya bill of rights di inggris pada tahun 1689, yaitu undang-undang yang dicetuskan dan diterima oleh parlemen inggris yang isinya mengatur tentang kebebasan memilih dan mengeluarkan pendapat. UU ini dipercaya mendorong lahirnya negara-negara demokrasi, persamaan hak asasi, dan kebebasan. Pada perkembangan kemudian, di Amerika lahir declaration of independent yang mepertegas bahwa kemerdekaan itu ialah hak sejak manusia lahir, sehingga tidak logis apabila setelah lahir ia terbelenggu. 

        Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah the french declaration (deklarasi prancis), di mana hak-hak lebih rinci dilahirkan dari dasar the rule of law. Hak-hak ini dikenal dengan liberte (kebebasan), egalite (kesamaan), fraternite (persaudaraan).

        Pada tanggal 6 januari 1941, presiden Amerika serikat F.D Roosevelt berpidato di depan kongres Amerika dan mengemukakan 4 kebebasan yang dikenal dengan the four freedom, yaitu : bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat (freedom of speech and expression), bebas memilih agama (freedom of religion), bebas dari rasa takut (freedom from fear), dan bebas dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want). Pada saat pidato tersebut disampaikan, masyarakat dunia berada dalam bayang-bayang kehancuran karena Perang Dunia II sudah di ambang pintu. Ada beberapa peristiwa menyedihkan yang terjadi, yaitu Perang Dunia II yang membunuh cukup banyak umat manusia serta menghancurkan berbagai tempat di dunia. Pembantaian etnis Yahudi oleh Jerman Nazi di bawah pemerintahan Adolf Hitler. Perang Dunia II telah meninggalkan bekas-bekas yang pahit bagi sejarah umat manusia, yaitu penghancuran terhadap tatanan masyarakat serta pelanggaran besar-besaran terhadap Hak Asasi Manusia. Belajar dari kepahitan itu, pada tahun 1948 bangsa-bangsa di dunia sepakat untuk memberlakukan Deklarasi Universa Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights). Kesepakatan itu ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di New York pada tahun 1948.

Dari semua rangkaian pengakuan hak asasi manusia di atas, tepatnya setelah perang dunia II, yaitu pada tahun 1948 PBB melahirkan rumusan HAM yang kemudian dikenal dengan the universal declaration of human rights. Piagam Hak-hak Asasi Manusia tersebut berisi 30 pasal di antaranya mencantumkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk hidup, kemerdekaan dan keamanan badan, diakui kepribadiannya, memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum, masuk dan keluar wilayah suatu negara, mendapatkan asylum, mendapatkan suatu kebangsaan, bebas memeluk agama, mengeluarkan pendapat.

Hak asasi manusia adalah komponen yang integral dari kekuatan politik, ekonomi, dan budaya dalam globalisasi. Perlindungan Hak Asasi Manusia tidak lagi dipandang sebagai isu nasional, tapi juga lingkup global. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap ekspansi dan komitmen dalam agenda-agenda global hak asasi manusia, yaitu pembentukan institusi global yang peduli terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia.

        Semakin diterimanya hak interdependen dan indivisibility, dimana pelanggaran hak asasi dalam suatu negara akan berimplikasi terhadap orang di negara lain. Penekanan terhadap penegakan demokrasi yang dianggap penting untuk mewujudkan perdamaian internasional. Pandangan bahwa kepedulian terhadap HAM difasilitasi oleh perkembangan ekonomi yang berbasis pasar.

        Konsep Hak Asasi Manusia secara signifikan semakin dikuatkan dengan kemunculan NGO (Non Governmental Organization) multilateral yang peduli terhadap penegakan Hak Asasi Manusia. Contohnya adalah Amnesty International, Human Rights Watch, dan institusi internasional yang berbasis pada Hak Asasi Manusia seperti International Criminal Court dan United States Commission on Human Right. Peran institusi dan NGO dalam penegakan Hak Asasi Manusia tidak dapat dipungkiri justru lebih signifikan dibandingkan peran negara, misalnya Human Rights Watch (HRW). HRWadalah organisasi hak asasi manusia non pemerintahan yang nonprofit. HRW memiliki staf sebanyak lebih dari 275 di seluruh dunia yang mereka sebut sebagai defender yang memiliki keahlian di bidang masing-masing seperti pengacara, jurnalis, akademisi dari berbagai studi dan kebangsaan. HRW, yang didirikan pada tahun 1978, terkenal dengan penemuan fakta yang akurat, laporan yang nonparsial, penggunaan efektif terhadap media, dan memiliki target advokasi. Setiap tahunnya, HRW mempublikasikan lebih dari 100 laporan tentang kondisi hak asasi manusia di berbagai negara. HRW mengadakan pertemuan dengan pemerintah negara yang bersangkutan, PBB, kelompok regional seperti Uni Afrika atau Uni Eropa, institusi finansial, dan perusahaan untuk menekan agar terjadi perubahan kebijakan yang membantu penegakan hak asasi manusia dan keadilan di seluruh dunia.

Negara-negara barat seperti Amerika dan Inggris sejak dulu telah menerapkan pemerintahan demokrasi dan pemenuhan hak asasi warga negaranya. Negara-negara yang dulunya dijajah oleh imperialis harus berjuang keras untuk mewujudkan demokrasi dan HAM. Masih banyak kelompok masyarakat di negara-negara tertentu yang menerima perlakuan diskriminatif. Di beberapa negara ada tokoh-tokoh tertentu yang mempelopori perjuangan demokrasi dan HAM. Sebut saja, Marthin Luther King Junior di Amerika Serikat, Aung San Syu Ki di Mianmar dan tokoh fenomenal dari Afrika Selatan, Nelson Mandela.

Hak Asasi Manusia di Indonesia

        Indonesia dibentuk sebagai sebuah negara yang demokratis. Hak asasi manusia diakui seperti yang tersirat dalam rumusan Pancasila. Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dan sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sebenarnya sudah mencakup ayat-ayat yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang diangkat oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

        Namun sekadar pernyataan bahwa negara Indonesia berdiri di atas dasar negara Pancasila dan dipandu oleh UUD 1945 tidak dengan sendirinya menjamin perwujudan hak asasi manusia. HAM tidak dapat terwujud secara otomatis namun melalui sebuah proses yang panjang dalam pembelajaran, pembiasaan serta penghayatan. Pelajari berita dibawah ini, kemudian buatlah catatan kritis terhadap berita ini dan kaitkan dengan HAM.

Catatan HAM Indonesia Merosot selama Tahun 2019

29/05/2020

WASHINGTON DC (VOA)

Catatan HAM Indonesia selama tahun 2019, dinilai merosot oleh organisasi pemantau HAM dunia, Human Rights Watch (HRW). Sembilan isu penegakan HAM di Indonesia dipaparkan dalam laporan yang dirilis pertengahan bulan Januari 2020, termasuk kebebasan beragama, hak-hak perempuan dan anak perempuan sampai kebebasan pers di Papua.

Pemerintah enggan mengakui sepenuhnya laporan ini sebaliknya organisasi pemantau HAM di Indonesia menekankan kemunduran dan kegagalan upayaupaya penegakan HAM yang sebelumnya dijanjikan pemerintah.

Sembilan isu HAM di Indonesia yang disorot HRW adalah Kebebasan Beragama, Kebebasan Berekspresi dan Berkumpul, Hak-hak perempuan dan anak perempuan, Papua, Orientasi Seksual dan Identitas Gender, Hakhak difabel, Hak-hak Lingkungan, Hak-hak Masyarakat Adat, Sikap terhadap negara pelanggar HAM. Laporan di atas jelas menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dijalankan oleh bangsa Indonesia, supaya kita benar-benar dapat menunjukkan kerinduan kita akan sebuah negara dan bangsa yang benar-benar menjunjung tinggi HAM sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh Pancasila dan UUD 1945.

reformator utama:

Martin Luther (1483-1546):

Pemisahan Dua Kerajaan (Two Kingdoms Doctrine): Luther membedakan antara "kerajaan Allah" (pemerintahan spiritual gereja) dan "kerajaan duniawi" (pemerintahan sipil). Kedua kerajaan ini memiliki otoritasnya masing-masing yang diberikan Tuhan.

Ketaatan pada Otoritas: Luther menekankan pentingnya ketaatan kepada penguasa sipil (Roma 13). Ia melihat pemerintah sebagai alat Tuhan untuk menjaga ketertiban di dunia yang berdosa.

Bukan Pendukung Demokrasi Langsung: Luther bukanlah pendukung demokrasi dalam arti modern. Ia cenderung mendukung pemerintahan "top-down" (dari atas ke bawah) dan menolak perlawanan individu terhadap penguasa, bahkan jika penguasa itu tiran. Namun, ia juga berargumen bahwa penguasa harus bertanggung jawab kepada Tuhan dan rakyatnya.

Peran Individu: Meskipun demikian, penekanan Luther pada hati nurani individu dan akses langsung umat kepada Alkitab tanpa perantara gerejawi, secara tidak langsung mendorong gagasan tentang hak-hak individu yang menjadi penting dalam pemikiran demokrasi.

Yohanes Calvin (1509-1564):

Pemerintahan Campuran (Mixed Regime): Calvin menunjukkan preferensi untuk bentuk pemerintahan campuran, yang menggabungkan elemen aristokrasi dan "polity" (bentuk pemerintahan yang didasarkan pada partisipasi warga negara). Ia lebih kritis terhadap monarki absolut dan demokrasi murni.

Perlawanan Terhadap Tirani: Meskipun Calvin menekankan ketaatan kepada pemerintah, ia juga mengajarkan bahwa dalam keadaan tertentu, para pejabat bawahan (magistrates) yang sah dapat menolak tirani. Ini menjadi cikal bakal pemikiran tentang hak untuk melawan penindasan.

Aturan Hukum (Rule of Law): Calvin sangat mendukung prinsip aturan hukum, di mana hukum harus bertujuan untuk kebaikan bersama. Kekuasaan politik harus dibatasi oleh hukum.

Pendidikan Politik: Calvin melihat pentingnya pendidikan politik untuk menumbuhkan kewarganegaraan yang demokratis, yang memungkinkan partisipasi dan perlawanan politik yang efektif jika diperlukan.

Kontribusi pada Demokrasi Modern: Meskipun ia tidak secara eksplisit mendukung demokrasi penuh, penekanannya pada pemerintahan yang bertanggung jawab, pembatasan kekuasaan, dan partisipasi publik melalui perwakilan, seringkali dianggap sebagai kontribusi signifikan terhadap perkembangan ide-ide demokrasi modern.

Huldrych Zwingli (1484-1531):

Komunitas Kristen: Zwingli memiliki pandangan yang kuat tentang komunitas Kristen di mana gereja dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Ia melihat negara Kristen sebagai komunitas gereja dan politik di bawah pemerintahan Tuhan.

Ketaatan dan Pembangkangan Sipil: Zwingli percaya bahwa negara memerintah dengan sanksi ilahi, dan umat Kristen wajib menaati pemerintah. Namun, ia juga menyatakan bahwa pembangkangan sipil diizinkan jika pihak berwenang bertindak melawan kehendak Tuhan.

Preferensi Aristokrasi: Mirip dengan Calvin, Zwingli cenderung lebih menyukai aristokrasi daripada monarki atau demokrasi murni.

Perlawanan Terhadap Tirani: Zwingli juga mengembangkan gagasan tentang perlawanan terhadap tirani, di mana para tiran dapat digulingkan dari jabatannya.

Pergulatan Bangsa Indonesia di Bidang Hak Asasi Manusia

        Ketika Undang-Undang Dasar 1945 disusun, muncul perdebatan tentang tempat hak asasi manusia di dalam UUD. Moh. Hatta mengusulkan agar hak asasi manusia dimuat secara jelas di dalam UUD 1945.

        Masa Orde Baru yang menggantikan pemerintahan Soekarno, dimulai dengan peristiwa 1965 pemberontakan PKI dan penumpasan PKI yang hingga kini masih menghantui kehidupan bangsa dan menjadi topik diskusi yang belum tuntas.

        Pemerintahan Orde Baru bersifat represif. Berbagai bidang kegiatan ekonomi juga dikuasai oleh keluarga Soeharto beserta kroni-kroninya, sehingga kemudian terjadilah gerakan “Reformasi” yang dirintis oleh para mahasiswa, pemuda, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat pada tahun 1997-1998.

        Pada akhirnya pemerintahan Orde Baru tumbang dengan mundurnya Suharto pada tanggal 28 Mei 1998. Dengan demikian, menandai era baru yang disebut masa transisi menuju Reformasi. Beberapa mahasiswa dari Universitas Trisakti dan Universitas Indonesia gugur sebagai pahlawan Reformasi.

        Di masa Orde Reformasi, pelanggaran prinsip-prinsip hak asasi manusia pun masih terjadi. Rakyat Sidoarjo, Jawa Timur yang menderita sejak 27 Mei 2006 karena luapan lumpur akibat pengeboran gas yang salah oleh PT Lapindo Brantas. Masyarakat di tiga kecamatan telah kehilangan tempat tinggal dan tanah mereka. Kesehatan dan kehidupan mereka terganggu dan bahkan rusak sama sekali. Hingga kini penanganan terhadap kasus ini belum memperoleh ketuntasan.

        Dari berbagai pembahasan di atas kita dapat melihat bahwa praktikpraktik hak asasi manusia di negara kita memang masih jauh dari yang kita idam-idamkan. Bila di masa Perjanjian Lama Allah memerintahkan Musa mendirikan kota-kota perlindungan, sehingga orang yang tidak bersalah dapat hidup dengan aman, maka di Indonesia hal itu masih jauh dari kenyataan. Banyak orang yang belum bisa menikmati hidup yang aman dengan jaminan pemerintah atas hak-hak asasi mereka. Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah berusaha keras untuk menjamin hak-hak asasi tiap warga negara namun upaya mewujudkan HAM di sebuah negara tidaklah semudah dengan membalikkan telapak tangan saja.

        Ada seorang Pendeta GKI dan Dosen STF Jakarta yang selalu setia menemani jemaat GKI Yasmin dalam memperjuangkan hak mereka untuk mendirikan rumah ibadah, Pdt.Stephen Suleeman. Beliau dikenal sebagai pejuang bagi mereka yang termarginalkan. Persoalan GKI Yasmin telah diselesaikan oleh Pemerintah dalam dialog dengan pihak gereja pada tahun 2021.

Kota Perlindungan Dalam Kitab Perjanjian Lama

        Meskipun Alkitab tidak berbicara tentang hak asasi manusia, kita dapat menemukan di sana-sini konsep-konsep yang merujuk kepada hak asasi manusia. Dalam Bilangan 35:9-34 Allah memberikan perintah kepada Musa untuk membangun “kota-kota perlndungan” agar orang yang tidak sengaja menyebabkan kematian orang lain tidak dibalas dengan dibunuh. Ia dapat melarikan diri ke kota-kota perlindungan. Jumlahnya cukup banyak, yaitu enam buah, tiga di sebelah barat sungai Yordan, dan tiga lagi di sebelah timurnya.  

        Kota-kota itu adalah Kadesh, Sikhem dan Hebron di sebelah barat, dan Golan, Ramot di Gilead, dan Bezer di sebelah timur.

        Bila seseorang membunuh atau mengakibatkan seseorang lainnya tewas, dan ia merasa tidak bersalah atau tidak sengaja telah menyebabkan kematian itu, maka ia dapat melarikan diri ke kota-kota tersebut untuk berlindung. Ia tidak akan dibunuh. Ia harus tinggal di kota itu “sampai matinya imam besar yang telah diurapi dengan minyak yang kudus.” (ay. 25) 

        Konsep ini kemudian diambil alih oleh gereja Kristen dengan menetapkan gereja sebagai tempat perlindungan. Pada tahun 511, dalam Konsili Orleans, di hadapan Raja Clovis I, setiap orang yang mencari suaka akan diberikan apabila ia berlindung di sebuah gereja, dalam gedung-gedung lain milik gereja itu, atau di rumah uskup. Perlindungan diberikan kepada orang-orang yang dituduh mencuri, membunuh, atau berzinah. Juga budak yang melarikan diri akan diberikan perlindungan, namun ia akan dikembalikan kepada tuannya bila sang tuan mau bersumpah di atas Alkitab bahwa ia tidak akan bertindak kejam.

        Pemahaman tentang “kota-kota perlindungan” seperti yang dibicarakan dalam Kitab Bilangan 35:9-34 menjamin perlakuan yang lebih adil bagi orang-orang yang terlibat dalam kasus seperti di atas.Dasar keadilan inilah yang dapat kita lihat dalam hukum modern, ketika hakim mempertimbangkan berbagai sisi dari sebuah kasus kriminalitas. 

        Sebagai contoh, ada link di internet yang memuat seorang Hakim tua yang selalu memutuskan perkara dengan adil. Hak asasi manusia dan demokrasi bertujuan memberikan perlindungan yang paling dasar kepada setiap orang, apapun juga jenis kelamin, warna kulit, agama dan keyakinan, usia, kondisi fisik dan mental, dan lain-lain.  

Refleksi

        Sebagai peserta didik SMA kelas 12 kalian dapat memberikan penilaian terhadap pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia. Sebagai remaja Kristen dan warga negara Indonesia kalian mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memantau praktik-praktik demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia. Berbicaralah, bertindak dan berjuanglah demi demokrasi dan hak asasi manusia, karena semua itu adalah bagian dari tanggung jawab iman kepada Allah yang menginginkan agar kita semua hidup dalam damai dan sejahtera. Contoh paling sederhana adalah turut serta melaporkan tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh seseorang. Ataupun praktik politik uang yang biasa terjadi ketika pilkada maupun pilpres. 

Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XII Penulis: Janse Belandina Non-Serrano ISBN: 978-602-244-702-3 (jil.3)

Rabu, 23 Juli 2025

HAK ASASI MANUSIA

Bab 1 Hak Asasi Manusia

(Mazmur 133 I Raja-Raja 21) 


Tujuan Pembelajaran :

  1. Memahami praktik Demokrasi dan HAM sebagai wujud iman. 
  2. Menjelaskan cara mewujudkan hak asasi manusia di Indonesia.
  3. Mendiskusikan bagian Alkitab yang menulis tentang hak asasi manusia. 
  4. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab remaja Kristen dalam mewujudkan hak asasi manusia. 
  5. Membuat karya sebagai wujud kepedulian terhadap HAM 6. Melakukan kegiatan sebagai bukti peduli HAM

Pengantar

        Pembahasan mengenai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (selanjutnya disingkat HAM) merupakan topik yang sangat penting karena menyangkut hak paling mendasar yang diberikan Allah bagi manusia, misalnya hak untuk hidup dan dihargai sebagai manusia makluk mulia ciptaan Allah. Dalam kenyataan terjadi banyak pelanggaran terhadap demokrasi dan HAM. Oleh karena itu, pembahasan mengenai demokrasi dan HAM diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi remaja Kristen untuk menyadari bahwa manusia diciptakan Allah sebagai makluk mulia yang memiliki martabat dan hak sejak dalam kandungan ibu. Pada sisi lain, pembahasan ini sekaligus memotivasi remaja Kristen untuk mampu membela HAM-nya maupun HAM orang lain.

        Pembahasan mengenai demokrasi dan HAM tidak dimaksudkan mengambil alih isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) justru memperkuat pembahasan demokrasi dan HAM dalam mata pelajaran lainnya. Pembahasan demokrasi dan HAM dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen lebih terfokus pada tinjauan dari segi ajaran iman Kristen. Hal ini penting agar tiap remaja Kristen menyadari bahwa dirinya terpanggil untuk turut serta mewujudkan demokrasi dan HAM sebagai orang yang telah ditebus dan diselamatkan oleh Yesus Kristus.

        Pembahasan topik ini akan dilakukan secara berseri dalam dua kali pembahasan. Pada topik pertama, akan mempelajari demokrasi dan HAM sebagai anugerah Allah. Pada topik kedua, akan mempelajari demokrasi dan HAM dalam konteks global dan lokal. Pembahasan mengenai demokrasi dan HAM sebagai anugerah Allah memberikan pencerahan bagi kamu bahwa Allah telah meletakkkan dasar-dasar HAM dan demokrasi yang dapat dijadikan acuan bagi orang Kristen dalam melaksanakan demokrasi dan HAM.

Pengertian Demokrasi dan HAM

        Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi, baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia di sini letak titik kait yang erat antara demokrasi dan HAM. Hanya pemerintahan demokrasilah yang dapat menerapkan HAM dan sebaliknya HAM hanya dapat terlaksana di tempat di mana ada pemerintahan yang demokratis.

        Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan hak yang dimiliki oleh setiap orang sebagai manusia makluk ciptaan Allah. Hak yang paling mendasar adalah hak untuk hidup. Hanya Tuhanlah pemberi kehidupan dan Dia jugalah yang berhak mengambil kehidupan itu. Namun, sayang sekali dalam kenyataannya, masih banyak orang yang belum menyadari dirinya memiliki hak yang tidak dapat dilanggar ataupun diambil oleh orang lain. Bukan hanya manusia sebagai individu, bahkan institusi atau lembaga negarapun dapat melanggar HAM warga negaranya ketika Negara tidak dapat menjamin terpenuhinya HAM warga Negara sebagai individu maupun kelompok.

        Dalam sikap hidup sehari-hari terkadang sadar ataupun tidak kamu melakukan tindakan yang menjurus ke arah pelanggaran terhadap hak asasi seseorang. Berita-berita yang tersebar di media massa baik cetak maupun elektronik telah menggambarkan berbagai peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh remaja terhadap teman maupun orang lain bahkan sampai kehilangan nyawa. Oleh karena itu, pembahasan mengenai demokrasi dan HAM dapat memberikan pencerahan kepada kamu untuk terpanggil menghargai demokrasi dan HAM sesama dan memperjuangkan demokrasi dan HAM bagi diri kalian dan orang lain.

        Hak Asasi Manusia adalah hak dasar semua orang tanpa kecuali. Prinsip demokrasi adalah semua warga negara bebas untuk mengemukakan pendapat bahkan untuk berkumpul dan bermusyawarah. Demontrasi merupakan bagian dari cara orang menyampaikan pendapat. Sudah ada saluran hukum yang menjamin hak warga negara. Namun, pemanfaatan hak harus diikuti dengan rasa tanggung jawab. Jika cara kita mengemukakan pendapat dilakukan dengan cara kekerasan, hal itu sudah merupakan penyimpangan. Merusak fasilitas umum merupakan tindakan kriminal. Tujuan yang baik jika disampaikan dengan cara yang salah dan menyimpang maka akan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Tiap orang dapat menyampaikan sikapnya melalui demonstrasi tapi secara tertib dan damai tanpa provokasi dan kekerasan.


Memahami Demokrasi dan HAM dalam Alkitab

Di dalam Alkitab kita tidak menjumpai praktik Demokrasi dan HAM seperti yang kita kenal sekarang. Namun di situ kita dapat menemukan benihbenihnya, misalnya dalam penghargaan terhadap kehidupan dan nyawa seseorang, dalam perintah-perintah agar manusia hidup saling memperlakukan sesamanya dengan baik.

        Mazmur 133 berbicara tentang suatu masyarakat yang hidup rukun bagai saudara. Masyarakat yang hidup rukun seperti ini tentu akan saling menghargai sesamanya. Mereka tidak akan saling menekan, menindas, memeras, apalagi menganiaya. Menurut pemazmur, masyarakat seperti itu akan tampak indah. Sudah tentu, karena masyarakat seperti itu tidak akan banyak mengalami konflik. Konflik atau perbedaan pendapat akan mereka selesaikan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, kepada masyarakat seperti itulah Tuhan Allah akan melimpahkan berkat-Nya. Mengapa demikian? 

Jika Mazmur 133 bicara tentang masyarakat yang hidup rukun, maka Kitab I Raja-Raja pasal 21 bicara tentang bagaimana Raja dan Isterinya menggunakan kekuasaan untuk menindas dan merampas hak warga negaranya. 

Cakupan HAM

        Hak Asasi Manusia adalah hak paling mendasar yang dimiliki oleh manusia dan tidak dapat diambil oleh orang lain bahkan oleh negara sekali pun. Hak untuk hidup adalah salah satu bentuk hak paling mendasar yang diberikan Tuhan pada manusia. Hak-hak asasi mencakup:

  1. Hak warga negara, yang mencakup hak untuk hidup dan merasa aman, untuk memiliki privasi, untuk berkeluarga, hak milik pribadi, menyatakan pendapat dengan bebas, memeluk dan melaksanakan agama/kepercayaan, dan berkumpul dengan damai. 
  2. Hak-hak politik, mencakup hak untuk berserikat, membentuk partai politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, menduduki jabatan pemerintahan, dan sebagainya. 
  3. Hak-hak ekonomi dan sosial, mencakup hak untuk bebas dari kemiskinan, hak untuk diterima dalam masyarakat dan bangsa-bangsa, dan hak untuk menentukan nasib sendiri 
Sejarah Singkat Demokrasi dan HAM
Menurut Diane Revitch dan Abigail Thernstrom (ed.) dalam buku “Demokrasi Klasik dan Modern”, pada tahun 1941 Franklin Delano Roosevelt menyampaikan pidatonya yang terkenal mengenai empat kebebasan yang diharapkannya diberlakukan di seluruh dunia, yaitu:
  1. Kebebasan berbicara dan berpendapat di mana pun juga di dunia. 
  2. Kebebasan kepada setiap orang untuk beribadah kepada Tuhan dengan caranya sendiri di mana pun juga di dunia.
  3. Kebebasan dari kekurangan. Artinya setiap negara berhak untuk hidup damai dan memberikan kedamaian bagi masyarakatnya serta kesehatan yang baik.
  4. Kebebasan dari rasa takut. Artinya tiap negara dan masyarakatnya memiliki hak untuk bebas dari serangan dan intimidasi maupun invasi negara lain maupun negara tetangganya.

        Pada saat pidato tersebut disampaikan, masyarakat dunia berada dalam bayang-bayang kehancuran karena Perang Dunia II sudah di ambang pintu. Ada beberapa peristiwa menyedihkan yang terjadi, yaitu Perang Dunia II yang membunuh cukup banyak umat manusia serta menghancurkan berbagai tempat di dunia. Pembantaian etnis Yahudi oleh Jerman Nazi di bawah pemerintahan Adolf Hitler. Perang Dunia II telah meninggalkan bekas-bekas yang pahit bagi sejarah umat manusia, yaitu penghancuran terhadap tatanan masyarakat serta pelanggaran besar-besaran terhadap hak asasi manusia. Belajar dari kepahitan itu, pada tahun 1948 bangsa-bangsa di dunia sepakat untuk memberlakukan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights). Kesepakatan itu ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di New York pada tahun 1948. Nampaknya pidato Presiden Roosevelt mempengaruhi dan menginspirasi lahirnya deklarasi hak asasi manusia yang dicanangkan oleh PBB. 

Demokrasi dan HAM di Indonesia

        Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cukup banyak mengalami kepahitan akibat kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia melalui penjajahan selama tiga setengah abad. Termotivasi oleh kesadaran HAM maka para pejuang mendirikan organisasi Budi Utomo sebagai organisasi pertama yang menjadi titik awal pergerakan nasional atau organisasi pertama yang menggugah kesadaran nasional. Mereka memperjuangkan adanya kesadaran untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat sebagai hak yang harus dijalankan oleh setiap orang. Tentu saja gerakan ini ditentang oleh pemerintahan Belanda yang menjajah Indonesia. Selanjutnya, perjuangan kemerdekaan Indonesia dimotivasi oleh adanya kesadaran akan hak-hak asasi manusia. Perkembangan perjuangan akan pemenuhan hak-hak asasi manusia di dunia, khususnya di Eropa dan Amerika turut mempengaruhi para pejuang Indonesia untuk memperjuangkan hak mendasarnya sebagai manusia yaitu kebebasan atau kemerdekaan. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mempersiapakan UUD 1945 negara RI dan dasar negara pun menyusun UUD 1945 dan dasar negara berdasarkan pemahaman tentang demokrasi dan Hak-hak asasi manusia.

        Simak sila-sila dalam Pancasila yang dimulai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sampai dengan sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semuanya menyiratkan keberpihakan pada hak-hak asasi manusia. UUD 1945 memberikan jaminan bagi terpenuhinya hak-hak mendasar bagi rakyat Indonesia terutama menyangkut demokrasi dan HAM.

        Setelah kemerdekaan, tidak dengan sendirinya rakyat dapat menikmati pemenuhan hak-haknya. Hal itu terjadi karena situasi bangsa dan negara yang masih ada dalam perjuangan untuk mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) maupun karena penyalahgunaan kekuasaan serta kekuasaan mutlak pemerintah yang berlindung di balik kedok demokrasi.

        Dibawah Pemerintahan Presiden Suharto Indonesia memasuki era yang disebut sebagai Orde Baru, yaitu orde yang dipandang berbeda dengan Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden Sukarno. Pemerintahan Orde Baru menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila. Mereka menyebut sebagai penjaga kemurnian Pancasila, menjunjung tinggi Demokrasi dan HAM. Dalam kenyataannya, pemerintahan Orde Baru sangat represif. Banyak terjadi pelanggaran HAM yang dilakukan pada zaman itu.

        Akhirnya lahirlah kesatuan gerakan untuk menghancurkan rezim Orde Baru. Dipelopori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat dan Maha Siswa dari seluruh Indonesia, mereka menduduki gedung DPR/MPR menuntut :

  1. Presiden Suharto mundur. 
  2. Pelaksanaan Demokrasi dan HAM secara total

        Pemerintahan Orde Baru tumbang dengan mundurnya Suharto pada tanggal 28 Mei 1998. Dengan demikian, menandai era baru yang disebut masa transisi menuju Reformasi. Beberapa mahasiswa Universitas Tri Sakti gugur sebagai pahlawan Reformasi.

        Banyak orang menyebut masa setelah Orde Baru sebagai era Reformasi karena adanya gerakan reformasi yang berhasil meruntuhkan pemerintahan Orde Baru. Dalam kenyataannya, hingga kini bangsa dan Negara Indonesia masih terus berjuang untuk mewujudkan tuntutan yang sama ketika menjatuhkan pemerintahan Orde Baru.

Demokrasi dan HAM adalah Anugerah Allah

        Sebagai mahluk mulia ciptaan Allah, manusia memiliki hak untuk diterima dan dihargai di manapun ia hidup. Implikasi dari prinsip ini adalah semua manusia dari berbagai latar belakang memiliki hak untuk diterima, dihargai dan menjalani kehidupan yang telah dianugerahkan Allah baginya. Di dalam Alkitab kita tidak akan menjumpai praktik hak asasi manusia seperti yang kita kenal sekarang. Namun di situ kita dapat menemukan benih-benihnya, seperti misalnya dalam penghargaan terhadap kehidupan dan nyawa seseorang, dalam perintah-perintah agar manusia hidup saling memperlakukan sesamanya dengan baik.

        Meskipun Alkitab menulis tentang manusia yang dianugerahi kehidupan dan berhak menjalani hidupnya, namun Alkitab juga menulis tentang terjadinya pelanggaran HAM dan ketidakadilan terhadap manusia. Ataupun tentang pemerintahan yang korup dan menindas rakyat sebagaimana dilakukan oleh Ratu Izabel dan suaminya, Raja Ahab terhadap Nabot (1 Raja-raja 21:1- 29). Berbagai bagian Alkitab menulis bagaimana manusia memperlakukan sesamanya secara tidak adil, menindas, memeras dan merampas hak mereka, sedangkan Mazmur 133 berbicara tentang suatu masyarakat yang hidup rukun bagai saudara. Masyarakat yang hidup rukun seperti ini tentu akan saling menghargai sesamanya. Mereka tidak akan saling menekan, menindas, memeras, apalagi menganiaya. Menurut pemazmur, masyarakat seperti itu akan tampak indah. Karena masyarakat seperti itu tidak akan banyak mengalami konflik. Konflik atau perbedaan pendapat akan mereka selesaikan dengan baik. Hal lebih penting lagi, kepada masyarakat seperti itulah Tuhan Allah akan melimpahkan berkat-Nya. Mengapa demikian? Jika Mazmur 133 bicara tentang masyarakat yang hidup rukun, maka Kitab I Raja-Raja pasal 21 bicara tentang bagaimana Raja dan isterinya menggunakan kekuasaan untuk menindas dan merampas hak warga negaranya. Atas penindasan yang mereka lakukan maka Allah menghukum mereka.

Refleksi

        Hak Asasi manusia adalah hak yang harus dipenuhi oleh setiap orang sebagai makluk mulia ciptaan Allah. Begitu pula demokrasi merupakan prinsip asasi bahwa tiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan Tuhan dan negara. Sebagai remaja Kristen terpanggil untuk memiliki kesadaran demokrasi dan HAM serta mewujudkannya dalam kehidupan. Perwujudan demokrasi dan HAM bukan hanya sekadar memenuhi tuntutan Negara, masyarakat maupun ajaran iman namun menjadi bagian dari sikap hidup.

Closing statement

"Pendidikan Agama menjadi sarana perjumpaan dengan Allah yang diimani. Perjumpaan itu menghasilkan perubahan hidup yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dan kebenaran."

(Janse Belandina Non)


Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XII Penulis: Janse Belandina Non-Serrano ISBN: 978-602-244-702-3 (jil.3)















Selasa, 22 Juli 2025

Menjadi Dewasa dalam Segala Aspek

Bab I Menjadi Dewasa dalam Segala Aspek

Ayat Alkitab: Lukas 2:52



Tujuan Pembelajaran :

  1. Menjelaskan arti dewasa dalam keenam aspek perkembangan 
  2. Memahami pentingnya menjadi dewasa dalam tiap aspek perkembangan 
  3. Menganalisis pertumbuhan diri dalam tiap aspek perkembangan 
  4. Mengkritik perilaku yang tidak mencermikan kedewasaan 
  5. Memiliki rencana untuk bertumbuh menjadi semakin dewasa

Aresepsi

        Kapan terakhir kamu berulang tahun? Apakah ada perayaan untuk itu? Kalaupun bukan perayaan besar-besaran, mungkin ada masakan istimewa yang disajikan, ada hadah, atau ada doa syukur yang dinaikkan? Mengapa perlu berdoa syukur? Tanggal kelahiran adalah semacam tonggak yang membuat kita bisa melihat pada hari-hari yang telah kita lewati dalam setahun terakhir, lalu membuat penilaian, apakah betul kita sudah melewati saat itu dengan bergantung kepada Tuhan sepenuhnya, atau ternyata ada saat-saat kita merasakan Tuhan jauh dari kita. Apa pun juga pengalaman kita, tiap kali berulang tahun, kita bertambah usia menjadi semakin dewasa. Mungkin pada saat kita masih kecil dan belum bersekolah, kita begitu ingin cepat menjadi besar agar bisa bersekolah, memakai seragam, menyandang tas sekolah berisi bukubuku, alat tulis dan bekal makanan, sama seperti kakak-kakak yang sudah lebih dulu bersekolah.

        Pada saat ini kalian sudah jauh lebih dewasa dibandingkan dengan saat pertama kali bersekolah di usia 5-6 tahun. Namun, keinginan menjadi lebih dewasa tetap ada, malah mungkin semakin kuat karena ada keinginan yang dapat dipenuhi ketika kamu bertambah dewasa. Mungkin ada yang sudah mendapatkan izin untuk menuju ke sekolah dan pulang sekolah sendiri, tidak perlu diantar oleh orang tua, atau ada yang sudah boleh mengendarai sepeda motor sendiri, bahkan mungkin sudah ada yang mulai berani mengenal lebih dekat lawan jenis!

Enam Aspek Perkembangan

        Umumnya, para ahli psikologi memahami perkembangan manusia dalam enam aspek, yaitu fisik, intelektual atau kognitif, emosi, sosial, moral/spiritual, dan identitas diri (Lewis & Garnic, 2002; McLean & Syed, 2015; Sigelman & Rider, 2008). Mari kita pahami pengertian kedewasaan untuk tiap aspek ini. 

        Dewasa secara fisik merujuk pada tercapainya tinggi badan dan berat badan yang cocok untuk tiap tahapan usia. Ini dapat diperoleh bila kita makan dengan gizi yang cukup, tidak terlalu kurang atau tidak berlebihan. Hal penting lainnya adalah mampu menyalurkan dorongan seksual ke arah yang positif, sehat, dan tepat. Kesehatan diperoleh bila ada keseimbangan antara kerja dan olahraga serta istirahat yang cukup. Ternyata banyak orang yang menderita penyakit tertentu karena memiliki pola hidup yang salah. Misalnya, penyakit diabetes melitus tipe 2, yaitu yang diderita ketika seseorang sudah berusia dewasa. Penyebabnya antara lain karena yang bersangkutan memiliki pola makan yang salah, terlalu banyak memakan yang manis-manis dan unsur lainnya yang mengandung glukosa, kurang gerak, selain memiliki riwayat penyakit diabetes di dalam keluarga.

        Dewasa secara kognitif merujuk pada memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang logis dan memahami apa yamg terjadi di lingkungan nya. Untuk itu, bekal pendidikan menjadi penting karena individu disiapkan untuk mengembangkan kemandirian, menjadi kritis, dan kreatif.

        Dewasa secara emosional merujuk pada kemampuan menyatakan emosi, baik positif maupun negatif, dengan alasan yang tepat, cara yang tepat, dalam situasi yang tepat, dan terhadap orang yang tepat. Ini dapat diperoleh bila sejak kecil seorang anak diberikan kesempatan menyatakan emosinya, tidak memendam sendiri apa yang ia rasakan, apalagi bila perasaan itu negatif, seperti sedih, takut, atau khawatir. Peran orang tua penting agar anak dapat merasakan bahwa ia dikasihi, dilindungi, dan dihargai sehingga dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

        Dewasa secara sosial merujuk pada kemampuan seseorang yang dapat berinteraksi dengan orang lain (lebih muda, sebaya, dan lebih tua) tanpa memanipulasi atau dimanipulasi. Manipulasi artinya dimanfaatkan. Jadi, pengertian dewasa secara sosial dikenakan pada orang yang tidak memanfaatkan orang lain untuk keuntungannya sendiri, dan juga tidak dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan orang tersebut. Hal penting lainnya dalam dewasa secara sosial adalah mengambil peran positif untuk memberi sumbangsih berarti bagi lingkungannya. Tidak ada orang yang bisa hidup sendirian; ia selalu membutuhkan keberadaan orang lain dan mengambil bagian untuk saling berbagi. 

        Dewasa secara moral atau spiritual merujuk pada pengertian mampu menjalin hubungan dengan Tuhan dan sesama, menggunakan standar nilai yang berlaku universal dan konsisten. Ia mengakui bahwa ia membutuhkan Tuhan, merasa dikasihi Tuhan, bahkan bergantung pada Tuhan dan mengasihi-Nya. Dengan modal kedekatan hubungan dengan Tuhan ini, ia memiliki idealisme atau cita-cita luhur untuk memberikan sumbangsih positif bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik, terutama mereka yang hidup dalam keadaan kurang menguntungkan, misalnya karena miskin, terbatasnya akses untuk mendapatkan air yang cukup agar bisa hidup bersih, terbatasnya akses untuk mendapatkan pendidikan, dan sebagainya.

        Dewasa dalam identitas diri merujuk pada kesadaran tentang keberadaan diri, bahwa dirinya memiliki beberapa kekuatan, tetapi juga sejumlah kelemahan. Kekuatan dan kelemahan ini merujuk pada sifat, bukan penampilan fisik. Harus diakui bahwa orang tua lebih sering memberikan komentar negatif daripada komentar positif terhadap anak. Bila demikian halnya, sulit bagi anak untuk menemukan apa kekuatan yang dimilikinya. Orang yang menyadari keberadaan dirinya juga diharapkan bertanggung jawab untuk konsekuensi dari tindakan atau perbuatannya, dan tidak malah berbalik menyalahkan orang lain.

        Ternyata cukup banyak yang harus disiapkan untuk menjadi orang yang dewasa dalam keenam aspek ini, ya? Akan tetapi, ini bukan pergumulan kamu sendiri saat ini. Tiap orang menghadapi pergumulan yang sama, yaitu bagaimana dewasa bukan hanya secara usia yang otomatis terjadi ketika kita berulang tahun, melainkan dewasa dalam aspek-aspek perkembangan lainnya. Mari kita melihat kepada pesan Alkitab tentang menjadi dewasa. 

Pesan Alkitab tentang Menjadi Dewasa

        Kisah yang diceritakan dalam Lukas 2:42-52 adalah tentang Yesus yang sudah berusia 12 tahun. Untuk pertama kalinya Ia ikut orang tua-Nya beribadah ke Bait Allah di Yerusalem. Akan tetapi, ketika dalam perjalanan kembali ke Nazaret, orangtua Yesus tidak menemukan Yesus. Ini membuat orang tuaNya kembali ke Yerusalem dan mereka menemukan Yesus sedang bercakapcakap dengan para alim ulama di Bait Allah. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan-Nya membuat para alim ulama terheran-heran akan kecerdasan Yesus. Memang pada usia 12 tahun, seorang anak laki-laki sudah mendapatkan cukup banyak pembekalan untuk menyiapkannya menjadi dewasa. Akan tetapi, bahwa Yesus mampu bertanya jawab tentang hal-hal yang membuat para alim ulama terkagum-kagum menunjukkan bahwa Yesus memang sedang menjalani persiapan untuk kemudian memasuki pelayanan-Nya yang hanya berlangsung selama 3 tahun.  

        Dari usia 12 tahun hingga ke usia 30 tahun — saat Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengumpulkan sejumlah murid — bukanlah waktu yang pendek. Dalam Alkitab juga tidak ada cerita tentang kehidupan Yesus pada masa-masa itu. Meskipun demikian, saat ini kita cukup mehami bahwa Yesus menggunakan kesempatan yang ada untuk menyiapkan diri. Perhatikan ayat ke-52, “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Dari ayat ini kita dapat mengenali bahwa Yesus bertumbuh dalam aspek fisik (bertambah besar), kognitif (bertambah hikmat), emosi (tidak marah kepada orang tua-Nya ketika orangtua menegur), sosial (dikasihi oleh manusia), spiritual (dikasihi oleh Allah), dan identitas diri (perhatikan ayat ke-49), “Jawab-Nya kepada mereka, “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” 

        Rasul Paulus memberikan pesan di dalam 1 Korintus 14:20 tentang perlunya pertumbuhan menjadi semakin dewasa secara spiritual. Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa bertumbuh menjadi dewasa secara spiritual hanyalah dapat diperoleh bila seseorang menjaga hubungan yang akrab dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan firman (Sproul, 1998). Dengan kata lain, dewasa secara spiritual akan diperoleh bila kita menjadikan Tuhan sebagai prioritas dalam kehidupan kita. Tidak pernah seseorang terlalu muda untuk mulai mengenal Tuhan secara pribadi. Seluruh pembahasan materi di Kelas X ini membekali kalian untuk melihat karya Tuhan dalam berbagai isu kehidupan yang kalian sudah, sedang, dan akan jalani.

Rangkuman

        Bertumbuh menjadi dewasa adalah tugas tiap orang. Sebagai pengikut Kristus, kita memaknai pertumbuhan ini seturut dengan teladan yang sudah diperlihatkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Janganlah puas bila kita masih bertahan pada sikap kekanak-kanakan.

Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X Penulis: Julia Suleeman ISBN 978-602-244-467-1 (jil.1)

Kebudayaan dan Iptek sebagai Anugerah Allah

Bab 1 Kebudayaan dan Iptek sebagai Anugerah Allah

Bahan Alkitab: 1 Korintus 9:19–23; Keluaran 35:30–35; Amsal 1:5

Tujuan Pembelajaran :

1. Menganalisis kebudayaan dan iptek sebagai anugerah Allah. 
2. Membangun sikap kritis terhadap kebudayaan dan iptek. 
3. Mempresentasikan kajian atas kebudayaan dan iptek sesuai dengan iman Kristen. 
4. Merancang kegiatan pentas seni dengan menggunakan iptek.

        Pada bab ini, kalian akan belajar tentang perjumpaan sekaligus pergesekan antara kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Disebut perjumpaan karena teknologi akan memberi manfaat yang besar jika berada di tangan orang yang bertanggung jawab. Disebut pergesekan jika teknologi berada pada orang yang tidak bertanggung jawab. Namun, pada bab ini kalian akan mendalami kebudayaan dan iptek sebagai anugerah Allah. Kalian akan belajar dari teks Alkitab untuk menyikapi kebudayaan dan iptek, juga dari salah seorang tokoh yang berkarya dalam teknologi. 


Pengantar

        Kebudayaan dan iptek merupakan realitas yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan setiap orang sejak lama. Kebudayaan telah melahirkan perilaku kehidupan yang mengarahkan banyak orang untuk menghidupinya secara bijaksana. Dari kebudayaan seseorang memahami arti hidup, sekaligus nilai-nilai yang melahirkan tata krama (etika atau moral), yang membuat umat manusia dapat hidup berdampingan dengan nilainilai kehidupan tersebut, saling menghormati dan saling melengkapi. 

Mari Berdoa

        Allah Sang Pencipta, kami bersyukur atas karya agung-Mu. Bumi, langit, laut, bahkan segala yang ada ini adalah buah karya-Mu yang tak tertandingi. Allah telah menghadirkan berbagai keagungan dan keindahan atas seluruh ciptaan ini. Kini kami mensyukuri keagungan-Mu. Kami menyiapkan hati untuk menyambut karya kasih-Mu, dan kami akan turut berkarya menghasilkan buah-buah terbaik bagi kemuliaan-Mu. Kami berdoa kepada Allah di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Pemaparan Materi

        Setiap manusia hidup dari dan dalam kebudayaan. Hal ini menimbulkan atau melahirkan sikap yang oleh Robert A. Baron dan Donn Byrne diterjemahkan sebagai hasil refleksi dari tingkah laku yang tampak (Baron & Byrne 2018, 130–131). Meskipun pernyataan ini menimbulkan perdebatan, hasil penelitian tetaplah berpegang pada pernyataan tersebut. Tentu tingkah laku yang tampak tersebut akan menjadi penilaian atas sikap seseorang. Dalam perjalanannya, tingkah laku yang terus-menerus tersebut menjadi sebuah budaya yang menjadi pola hidup secara menyeluruh, kompleks, dan luas (Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat 2006, 25). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi budaya adalah ‘pikiran’, ‘akal budi’, dan ‘adat istiadat’.

        Rumusan-rumusan terkait budaya di atas merupakan hasil kajian dan penelusuran para peneliti yang terus dikembangkan. Sebagai manusia yang hidup dengan dan dalam kebudayaan, salah satu tanggung jawab manusia adalah terus-menerus menganalisis perkembangan kebudayaan tersebut sehingga menghadirkan syukur di dalamnya. Salah satu contoh perkembangan kebudayaan saat ini adalah munculnya pola dan kebudayaan baru terkait pandemi Covid-19 yang merambah seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Apakah kehadiran Covid-19 ini perlu disyukuri? Tentu saja tidak. Kita bersama-sama prihatin dan sedih, apalagi dengan banyaknya korban meninggal akibat Covid-19 tersebut. Lalu, apa sisi positif atasnya? Pertama, manusia menjadi makin peduli pada kesehatan diri. Penggunaan alat-alat pengaman diri yang menjadi standar dalam keseharian hidup manusia menjadi perilaku baru. Sikap saling menjaga kesehatan di antara sesama manusia adalah sisi lain dari dampak positif pandemi Covid-19. Secara tegas harus diungkapkan bahwa pandemi Covid-19 sangat tidak layak disyukuri. Kedua, kemajuan teknologi menampakkan hasilnya. Dari teknologi itulah temuan-temuan terjadi. Vaksin yang digunakan untuk menghambat penyebaran Covid-19 dilakukan berkat kemajuan teknologi, yang tentu saja dilakukan melalui percobaan berkali-kali. Di sini kalian bisa menyimak betapa besarnya anugerah Tuhan atas teknologi yang berkembang demikian pesat dan yang berlomba adu cepat dengan Covid-19.

        Pada masa lampau, di tengah dunia yang gelap gulita pada malam hari karena tidak ada penerangan lampu, sosok Thomas Alva Edison mencerahkan dunia dengan temuan bohlam lampu pijar praktis pada tahun 1879. Memang, temuannya bukan yang pertama karena sebelumnya telah ada sistem penerangan listrik yang digunakan untuk penerangan jalan di Paris. Akan tetapi, temuan Thomas A. Edison ini menjadi sebuah harapan baru. Akibatnya, rumah tangga pun bisa menikmati penerangan sehari-hari. Saat itu, yang digunakan biasanya adalah lampu tempel dengan minyak. Namun, berkat penemuan ini, mereka dapat menikmati penerangan dengan listrik (Michael H. Hart 2018, 200–203). Ini merupakan sebuah anugerah besar dari teknologi. 

Membaca Teks Alkitab

Bacalah 1 Korintus 9:19–23, Keluaran 35:30–35, dan Amsal 1:5, lalu cermati uraian di bawah ini!

        Dalam pergulatan iman kristiani, kebudayaan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu yang harus disikapi dengan cermat. Kebudayaan membawa manusia pada aktivitas kehidupan sehari-hari dengan nilai-nilai yang harus disikapi dengan baik. Salah menggunakan nilai budaya, salah pula nilai hidup manusia. Misalnya, orang Kanaan kuno berjumpa dan berkenalan dengan budaya mempersembahan anak kepada Molokh yakni menyerahkan anak untuk dikorbankan menjadi korban bakaran (lihat Imamat 18:21; 2 Raja-raja 23:10; dan Yeremia 32:35). Budaya ini sangat tua, dan jika diteruskan maka menjadi kekejian bagi Tuhan.

        Untuk menyikapi budaya, dan dalam kaitan hidup iman, kalian dapat mempelajari tulisan Richard Niebuhr (baca=Nibur) tentang Kristus dan Kebudayaan (Christ and Culture). Niebuhr memberikan gambaran tentang Kristus dan Kebudayaan dalam paparannya ini untuk menegaskan bahwa budaya bisa didekati secara kristiani. Niebuhr menggambarkan Kristus dan kebudayaan dalam 5 pandangan atau tipologi yakni: 

  1. Kristus lawan kebudayaan (Christ against culture). Dalam konteks ini semua kebudayaan dianggap bertentangan dengan Kristus. 
  2. Kristus dari kebudayaan (Christ of culture). Dalam gambaran ini Kristus pun hadir dalam perjalanan kebudayaan.
  3. Kristus di atas kebudayaan (Christ above culture). Di sini Kristus tidak dipersepsikan dengan budaya, tidak juga melawan kebudayaan. 
  4. Kristus dan kebudayaan dalam paradoks (Christ and culture in paradox). Pergulatan iman dan kebudayaan terlihat dalam konteks ini yakni kebudayaan yang tidak sejalan dengan iman kristiani atau iman kristiani bertentangan dengan budaya sehingga harus disikapi dengan arif.
  5. Kristus pengubah kebudayaan (Christ the transformer of culture). Di sini Kristus hadir untuk memberi arah dan membarui kebudayaan.
        Dalam pemaparan Niebuhr di atas tampak bahwa iman kristiani harus berhadapan dengan budaya. Ada budaya-budaya yang memang harus dihindari, seperti banyak orang yang masih melakukan pemujaan terhadap benda-benda keramat, termasuk orang-orang yang masih melakukan penyembahan-penyembahan ke kuburan-kuburan khusus, seolah-olah benda dan tempat tersebut memiliki kekuatan.
        
        Untuk menyikapi hal tersebut, Paulus menegaskan agar hidup umat Allah dilandaskan pada Kristus. Paulus menegaskan hal ini dalam realitas yang dihadapinya. Ia berjumpa dengan pola hidup masyarakat yang menjalankan kebudayaan, baik orang-orang Yahudi, maupun orang-orang lainnya yang juga hidup dalam nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan iman Kristen. Sungguh indah karena perjalanan hidup Paulus selalu berhadapan dengan aneka ragam kebudayaan, dan Paulus menegaskan agar manusia yang beriman kepada Allah tidak terseret di dalamnya. Kebudayaan justru harus mengantar manusia untuk datang kepada Allah, membuat iman semakin kuat, dan bukan sebaliknya, kebudayaan justru menjerumuskan.
        
        Selain kebudayaan, sisi lain yang harus diperhatikan adalah perkembangan iptek. Kebudayaan mengatur pola hidup manusia, sedangkan teknologi mengantar manusia pada perkembangan jaman yang harus juga disikapi secara kristiani. Misalnya, setiap uji coba teknologi harus dilakukan untuk kesejahteraan manusia, dan bukan untuk menghancurkannya. Untuk ini kitab Amsal 1:5 menunjukkan sikapnya. Penting untuk dipahami bahwa menambah ilmu merupakan sebuah langkah yang perlu dilakukan. Namun kitab Amsal mengingatkan juga bahwa pemahaman tentang perkembangan ilmu pengetahuan itu pun harus disertai dengan pertimbangan. Ini penting bagi setiap orang sehingga perjalanan hidupnya benar-benar mengarah pada kualitas yang dapat diandalkan. Iptek membawa seeorang pada keandalan hidup, sekaligus berhati-hati pada penyimpangan yang potensial terjadi atasnya.
    
        Pola dan cara dalam perkembangan iptek tampaknya pernah berkembang jauh sebelumnya. Pada masa Perjanjian Lama, Musa pernah melakukan karya dengan teknologi tinggi. Bersama orang-orang di sekelilingnya Musa melakukan proses pembangunan secara luar biasa. Landasannya bukan sekadar pada pembangunan itu sendiri melainkan pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kitab Keluaran 35:30–35 melukiskan tentang langkah dan perkembangan teknologi secara luar biasa. Ada langkahlangkah yang disiapkan, ada proses pengembangan yang dilakukan, bukan hanya pada skill atau kemampuan para pekerjanya, melainkan juga pada kualitas karya yang dihasilkannya, termasuk nilai seni yang ada di dalamnya yang dituangkan dalam warna-warni tenunan mereka.

        Dalam konteks Musa dapat kalian saksikan bahwa perjalanan teknologi justru disikapi dengan nilai awal yang penting yakni “Tuhan menanam dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan kepandaian untuk mengajar” (Keluaran 35:34). Penting bagi kalian untuk memahami bahwa apa pun perkembangan iptek dan kebudayaan tanamkanlah hikmat Allah sehingga perkembangan iptek dan kebudayaan tidak membawa kalian kepada hal-hal yang jauh dari Tuhan.

Rangkuman
        Kebudayaan dan teknologi merupakan anugerah Allah. Keduanya memberi dampak bagi perkembangan hidup manusia. Kebudayaan telah melahirkan nilai dan kultur kehidupan, sedangkan teknologi telah membawa manusia pada temuan-temuan yang patut disyukuri.

Refleksi
    Aku telah belajar dari 1 Korintus 9:19–23, Keluaran 35:30–35, dan Amsal 1:5. Aku terpanggil untuk makin berhikmat menyikapi perkembangan kebudayaan dan teknologi. Melalui kebudayaan, aku menjadi makin arif menyikapi hidup. Melalui teknologi aku juga makin arif untuk menggunakannya sehingga semua berguna bagi kemuliaan Allah.

Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)

RAS, ETNIS, DAN GENDER

(Kejadian 1-2; Keluaran 22:21; Lukas 10:25-36; Roma 10:12;)  Pendidikan Agama Kristen dan Budipekerti Kelas XII  Tujuan Pembelajaran  Mengan...