Translate

Selasa, 23 September 2025

Menjadi Pribadi yang Dewasa

 Bab 6 

Menjadi Pribadi yang Dewasa

Bahan Alkitab: Efesus 4:11–16 Pendidikan Agma Kristen dan Budhipekerti Kelas XI

Tujuan Pembelajaran :

  1. Membandingkan sedikitnya tiga sikap hidup kekanakkanakan dan sikap hidup dewasa dengan penjelasannya.
  2. Mendaftarkan sedikitnya tiga kategori tentang kedewasaan hidup.
  3. Membuat kolase tentang kedewasaan hidup. 



kedewasaan bukanlah karena usia semata. Kedewasaan juga terbentuk karena kematangan seseorang secara jasmani dan terutama kematangan pikiran, yang melahirkan kematangan pandangan dan kerohanian.


Pengantar

                Kematangan hidup seseorang ditentukan oleh banyak faktor, di antaranya adalah pendidikan, terutama pendidikan informal seperti pendidikan di rumah dan pergaulan. Teks Alkitab menekankan bahwa “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Kor. 15:33). Teks tersebut hendak menegaskan tentang betapa pentingnya seseorang berada dalam lingkungan yang baik agar ia mencapai kematangan hidup dalam sikap dan tindakan yang baik tersebut.

                David W. Johnson dan Frank P. Johnson (selanjutnya ditulis Johnson & Johnson) mengungkapkan bahwa salah satu persoalan yang muncul dalam sebuah tim adalah kurang matangnya tim. Hal ini terjadi karena perilaku individu. Jadi, hal yang membuat tim tidak bisa efektif adalah perilaku individu yang merusak sehingga kualitas dan kerja sama tim tidak dapat terbentuk dengan baik (Johnson & Johnson 2012, 560–561). Jika kalian membayangkan bahwa tim adalah kesatuan anggota masyarakat yang hidup dalam ketidakmatangan, dapat dibayangkan bahwa situasi dan kondisi masyarakat tidak akan pernah menjadi dewasa.

                Salah satu bentuk kedewasaan seseorang adalah kesiapannya melaksanakan tanggung jawab kehidupan dengan penuh kesadaran. Orang yang dewasa bahkan mampu memengaruhi masyarakat dan lingkungannya untuk turut bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dihadapi oleh masyarakat tersebut. Pada sisi lain, seorang yang dewasa adalah orang yang memiliki pemahaman diri yang kuat sehingga ia mengupayakan agar dirinya menjadi pribadi yang bertanggung jawab pada berbagai hal yang dijalaninya. Dalam kondisi demikian, ia akan berusaha untuk mengembangkan diri dan membangun kualitas diri. Salah satu contoh, yang dapat dikemukakan di sini, jika seseorang merasa dirinya termasuk yang kurang cekatan, ia akan berusaha mendekatkan diri dengan orang-orang yang cekatan yang potensial membangunnya menjadi cekatan. Atau, jika seseorang menyadari dirinya mudah tersulut emosi negatif sehingga menjadi mudah marah, maka ia mengupayakan untuk bergaul dengan orang-orang yang sabar dan mampu mengendalikan diri. Dalam bahasa sederhana dapat digambarkan bahwa seseorang perlu membangun diri ke arah yang lebih baik dan berkualitas sehingga ia menjadi pribadi yang matang. Hal sebaliknya bisa terjadi. Jika seseorang terbiasa hidup serba gampang dan kekanak-kanakan, ia berpotensi untuk membiarkan dirinya hidup manja dan mengabaikan perubahan menuju kedewasaan.

                Jika kalian memahami konteks kedewasaan demikian, yang harus kalian lakukan adalah mengembangkan kedewasaan tersebut dalam praktik kehidupan di rumah, di masyarakat, dan di sekolah. Caranya? Mulailah dengan mengerjakan segala sesuatu dengan kesadaran penuh, mengerti apa yang harus dilakukan, dan mengerjakannya dengan sukacita. Contoh nyata dalam hidup sehari-hari adalah tatkala keadaan rumah berantakan. Apa yang mestinya kalian lakukan? Sebagai pribadi yang dewasa, kalian sadar akan panggilan untuk membereskan atau membenahi. Jika tidak paham atau khawatir kalau-kalau ada yang keliru, bertanyalah atau diskusikanlah hal-hal apa yang harus dikerjakan supaya sesuai dengan harapan! Demikian halnya di sekolah. Ada berbagai hal yang bisa kita lakukan di sekolah. Namun, hendaklah kita melaksanakan seluruh kewajiban kita dengan bertanggung jawab!

Berikut ini adalah sejumlah contoh sikap dewasa.

  1. Mampu memilah antara yang baik dengan yang buruk.
  2. Memiliki kesiapan diri untuk menerima kritik dan siap melakukan perbaikan, bahkan berterima kasih atas kritik yang disampaikan. Hal ini tentu membangun kehidupan baru.
  3. Siap mengakui kesalahan dan membangun kehidupan yang lebih baik sebagai wujud belajar dari kesalahan tersebut.
  4. Memandang setiap hal dari sisi yang positif. Tentu hal ini berdampak pada cara kalian menindaklanjuti pandangan dan sikap kalian terhadap setiap masalah yang dihadapi. Berpikir dan bersikap negatif justru meruntuhkan peluang untuk maju.

                Keempat hal di atas tentu masih dapat dikembangkan. Banyak teori tentang perilaku hidup dewasa yang dapat dipelajari. Dengan demikian, kalian bisa terus bertumbuh dan berkembang menuju kedewasaan yang penuh sehingga kalian menjadi pribadi yang dapat diandalkan dalam membangun kehidupan.


                Pada Bab 4 kalian telah belajar tentang Surat Efesus, yakni sebuah surat yang ditulis Paulus dari dalam penjara (silakan perhatikan dan pelajari kembali latar belakang Surat Efesus pada Bab 4 tersebut). Sebagai jemaat baru yang membutuhkan pendampingan dan pengajaran, tentu saja jemaat Efesus sangat bersyukur atas surat dari Rasul Paulus. Surat Paulus kepada jemaat di Efesus ditujukan agar masyarakat memahami makna hidup mereka dalam melaksanakan panggilan untuk menjadi dewasa dalam iman yang diwujudkan dalam tindakan.

                Salah satu sisi penting dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus adalah agar mereka melepaskan diri dari kehidupan lama, yakni sebagai penyembah dewa-dewi dan hidup dalam kekerasan. Paulus ingin agar mereka beriman kepada Allah, dan melalui pekerjaan pelayanan mereka tumbuh menuju pada kedewasaan penuh. Untuk itulah Paulus perlu memperlengkapi warga jemaat Efesus agar mereka mampu melaksanakan pekerjaan pelayanan tersebut. Proses memperlengkapi dalam Efesus 4:12 digunakan istilah katartismon yang berarti juga ‘mempersatukan’. Dengan demikian, setiap orang di jemaat tersebut saling mengisi dan saling melengkapi sehingga terbangun kehidupan masyarakat yang matang dan dewasa.

                Untuk mewujudkan kelengkapan sebagaimana digambarkan dalam Efesus 4:12, Paulus menggunakan istilah pelayanan atau diakonia. Istilah ini menunjuk dan merujuk pada panggilan agar setiap umat bertumbuh menjadi dewasa dan saling melayani serta saling melengkapi. Di sini warga gereja awal dipersiapkan oleh Paulus agar terus bertumbuh menjadi dewasa, menyiapkan diri untuk melepaskan kebiasaan lama, dan memasuki kehidupan baru yang penuh tantangan untuk mencapai kedewasaannya.


Rangkuman

                Allah telah memanggil semua orang agar memiliki kesadaran diri. Allah juga merindukan agar semua orang bertanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap Allah. Untuk membangun kehidupan yang makin dewasa dan berkualitas, semua orang harus rela melepaskan perilaku lama yang buruk, mengembangkan diri, dan membangun kehidupan baru.


Refleksi

                Aku telah belajar tentang kedewasaan hidup. Aku juga telah belajar tentang hidup yang diperbarui dan membangun sebuah kehidupan baru dengan melakukan segala sesuatu secara bertanggung jawab. Aku harus mampu menguasai diriku untuk membangun kesadaran diri dan menjadi pribadi yang berkualitas.


Sumber:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)

Minggu, 21 September 2025

KEADILAN SEBAGAI DASAR DEMOKRASI DAN HAM (KAJIAN KRITIS TERHADAP SIKAP GEREJA)

Bab VI 

KEADILAN SEBAGAI DASAR DEMOKRASI DAN HAM (KAJIAN KRITIS TERHADAP SIKAP GEREJA)

(Injil Matius 22:37-40, 5:21-24)

Pendidikan AgamaKristen dan Budhi Pekerti Kelas XII

Tujuan Pembelajaran:

  1. Menganalisis kasus pelanggaran terhadap hak asasi manusia serta memberikan penilaian kritis atasnya sebagai remaja Kristen.
  2. Siswa menjelaskan tugas gereja dalam mewujudkan demokrasi dan HAM. Siswa mewawancarai pendeta di gereja masing-masing tentang peran gereja dalam demokrasi dan hak asasi manusia
  3. Menjelaskan kaitan antara keadilan dengan demokrasi dan HAM
  4. Menulis kajian terhadap 1 orang tokoh dunia dan 1 orang tokoh Indonesia yang memperjuangkan demokrasi dan HAM.
  5. Membuat refleksi pribadi berkaitan dengan demokrasi dan HAM
  6. Membuat slogan sebagai tekad untuk menggunakan hak pilihnya secara bertanggungjawab: memilih partai politik dan pemimpin lainnya yang memiliki integritas.


Pengantar

                Pelajaran ini merupakan bagian yang amat penting ketika kita membahas mengenai Demokrasi dan HAM. Judul materi ini bisa menimbulkan salah tafsir karena tertulis kajian kritis terhadap sikap gereja. Masih banyak orang yang anti pati terhadap kritikan yang ditujukan pada gereja seolah-olah gereja adalah lembaga “suci” yang tak mungkin melakukan penyimpangan ataupun kesalahan dalam menjalankan fungsinya. Jangan lupa bahwa gereja berada di dunia dan bergumul bersama dunia, oleh karena itu gereja dapat saja keliru dalam menerapkan aturan maupun tanggung jawab sosial kemasyarakatan. Salah satu tugas penting gereja adalah mendidik umatnya termasuk mendidik dalam hal bersikap sebagai orang kristen, khususnya dalam menjalankan tanggung jawab sebagai warga negara dan warga gereja. Peran orang kristen sebagai warga negara adalah menjalankan tugas dan kewajibannya termasuk dalam bidang demokrasi dan HAM. Dalam menjalankan perannya itu, acuan orang kristen adalah Alkitab yang berisi ajaran iman Kristen.

                Remaja SMA perlu dibekali dengan prinsip-prinsip iman kristen khususnya keadilan menurut Alkitab yang berkaitan dengan demokrasi dan HAM. Bahwa keadilan merupakan dasar penting bagi terwujudnya demokrasi dan HAM. Pelaksanaan demokrasi dan HAM adalah dalam rangka mewujudkan keadilan bagi semua orang tanpa kecuali. Keadilan bagi semua orang Indonesia dari berbagai latar belakang agama, suku, budaya, kelas sosial dan lain-lain. Dengan demikian, mereka merasa terpanggil untuk pro aktif dalam mewujudkan demokrasi dan HAM. 


Makna Keadilan Menurut Alkitab

                Allah adalah pelindung orang miskin, orang asing, janda, dan anak yatim. Hakikat keadilan juga bisa berarti “pembebasan,” “kemenangan,” “pembenaran,” atau “kemakmuran”, keadilan adalah bagian dari tujuan Allah dalam penebusan. Keadilan, kebenaran dan shalom Allah selalu berada bersama-sama. Shalom termasuk “keutuhan,” atau segala sesuatu yang membuat kesejahteraan, keamanan rakyat, dan, khususnya, restorasi hubungan yang telah rusak. Keadilan, oleh karena itu, adalah tentang memperbaiki hubungan yang rusak baik dengan orang lain dan struktur - pengadilan dan hukuman, uang dan ekonomi, tanah dan sumber daya, dan lainnya.

                Dalam Alkitab shalom adalah keadilan yang berkaitan dengan hubungan dan peran sosial. Kita bisa membayangkan bagaimana reformasi sistem peradilan pidana kita dapat didasarkan pada “keadilan restoratif” daripada sekadar retribusi. Hubungan majikan-karyawan bisa dibawa ke ide shalom juga sehingga seharusnya tidak ada eksploitasi dalam hubungan kerja. Dengan demikian, terwujudlah keadilan. 

                Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah itu adil. Ayat-ayat berikut ini menunjukkan kebenaran tersebut: Mazmur 145:17: “Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Zefanya 3:5: “Tetapi Tuhan adil di tengah-tengahnya, tidak berbuat kelaliman. Pagi demi pagi Ia member hukum-Nya; itu tidak pernah ketinggalan pada waktu fajar. Tetapi orang lalim tidak kenal malu!”. Dari berbagai pemaparan tersebut di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa adil berarti bertindak dengan benar sesuai dengan standar kebenaran atau ketetapan hukum yang berlaku. Allah itu adil. Artinya, Allah akan selalu berlaku benar sesuai dengan prinsip kebenaran-Nya. Dia tak akan pernah melanggar ketetapan-ketetapan hukum yang telah dibuat-Nya.

                Keadilan Allah dapat kita rasakan dalam berbagai cara, antara lain: 

  • Allah mencintai kebenaran dan menolak kejahatan, Allah mencintai mereka yang taat dan setia pada jalan-Nya.
  • Allah menghukum orang-orang yang tidak hidup dalam jalan-Nya, mereka yang tidak taat pada perintah-Nya. Menghukum tidak berarti Allah adalah Allah penghukum, Ia menghukum karena keadilan-Nya. keadilan Allah dinyatakan dengan menjatuhkan hukuman atas setiap pelanggaran dan dosa. Dia tidak akan membiarkan pelanggaran dan dosa berlalu begitu saja dari hadapan-Nya. Dia akan mengganjarnya dengan hukuman.
  • Allah memberikan tempat bagi mereka yang taat dan setia pada perintah-Nya. Semua yang dilakukan oleh manusia tidak luput dari penilaian Allah. Jika setiap kejahatan memperoleh ganjaran atau hukuman, maka setiap kebaikan dan pekerjaan baik yang kita lakukan dihargai oleh-Nya.

                Demikianlah, keadilan Allah nyata dalam setiap tindakan-Nya. Dia mencintai kebenaran, tetapi membenci kejahatan. Dia mengganjar setiap dosa dengan hukuman, tetapi menghargai setiap kebajikan dengan pahala. Dia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran yang telah Dia tetapkan. Tak ada kecurangan sama sekali dalam diri-Nya. Keadilan Allah menjadi amat nyata melalui kedatangan Yesus Kristus yang telah menebus dan mempermaikan manusia dengan Allah. Dalam keadilan-Nya, Allah mengirim Yesus Kristus untuk merestorasi hubungan manusia dengan-Nya. Anugerah keselamatan merupakan bukti keadilan Allah bagi umat-Nya. Dasar dari keadilan Allah adalah kasih dan pengampunan begitupun seharusnya dilakukan oleh umat-Nya.


Orang Beriman Terpanggil Untuk Mewujudkan Keadilan dan Kebenaran

                Ketika Allah bertanya kepada Salomo apakah yang ia minta dari-Nya, maka Salomo meminta hikmat sebagai hadiah dari Allah. Sebagai seorang raja, Salomo sadar bahwa hikmat dibutuhkan bukan hanya sebagai bekal untuk memimpin rakyatnya, namun terutama supaya ia dapat membuat keputusan yang adil dan benar. Tidak mudah bagi manusia untuk memiliki kemampuan bertindak benar dan adil jika Tuhan tidak memberikan hikmat-Nya. Allah memenuhi permintaannya, hikmat Allah pun dianugrahkan bagi Salomo, memiliki hikmat dari Allah membuat Salomo mampu mengambil keputusan adil dan benar. Hal itu terbukti ketika orang membawa kepadanya dua orang perempuan yang memperebutkan bayi, Salomo mampu mengambil keputusan yang adil benar, dengan hikmat yang berasal dari Tuhan, ia tahu manakah diantara dua orang perempuan itu yang merupakan ibu dari bayi yang sedang diperebutkan.

Keadilan, Demokrasi dan HAM

                Beberapa prinsip mendasar yang dapat menghubungkan keadilan, demokrasi dan HAM adalah sebagai berikut:

  • Pengakuan terhadap kesetaraan, bahwa semua orang sama harkat dan martabatnya. Kesetaraan akan mendorong lahirnya kerjasama yang erat antar warga masyarakat dan mempunyai itikad baik secara fungsional dan profesional. Prinsip inilah yang membedakan demokrasi dengan sistemsistem yang lain. Sekaligus kesetaraan ini, semua orang sama di hadapan hukumn, semua orang berhak memperoleh apa yang menjadi haknya.
  • Kemerdekaan dan kebebasan (freedom). Prinsip inilah yang seringkali menjadi momok bagi demokrasi sendiri. Banyak orang cenderung menyalahgunakan kekuasaan sebagai alat untuk menindas sesama serta merampas kemerdekaan dan hak-hak asasinya. Berbeda dengan Salomo yang dipimpin oleh hikmat Allah sehingga ia memimpin dengan adil dan bijaksana.
  • Ketiga, prinsip kesadaran terhadap adanya kemajemukan dalam masyarakat. Penghargaan terhadap keberagaman menjadi penopang bagi terwujudnya keadilan, demokrasi dan HAM. Pada masa kini pergerakan manusia dari berbagai belahan dunia amat tinggi sehingga dalam satu negara hidup berbagai bangsa, suku bangsa, budaya maupun agama. Keberagaman ini dapat melahirkan konflik, namun potensi konflik dan perpecahan dapat diminimalisir oleh adanya kesadaran terhadap keberagaman manusia. Sekaligus memupuk penghargaan terhadap sesame manusia sebagai makluk mulia ciptaan Allah.
  • Prinsip kebebasan menyatakan pendapat dan penegakan HAM. Jadi, keadilan akan menopang kebebasan tiap orang untuk memilih pemimpin yang baik dan benar serta mengemukakan pendapat demi kesejahteraan bersama.
  • Integritas. Kesesuaian antara kata dengan perbuatan, antara cara dengan pencapaian pencapaian . Cara yang benar jujur dan adil akan menghasilkan buah yang baik. Tujuan yang baik tentu ditempuh dengan cara-cara yang baik dan rasional. Implikasinya adalah politik yang mengandalkan moral dan hati nurani.
  • Demokrasi dan HAM akan menjamin pemenuhan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Memandang HAM sebagai Tanggung Jawab Bersama : Warga Negara dan Warga Gereja

                Indonesia memiliki lembaran-lembaran hitam dalam sejarah berkaitan dengan demokrasi dan HAM. Ada berbagai peristiwa konflik dan kekerasan dimana peristiwa-peristiwa itu Peristiwa itu telah menorehkan lembaran hitam dalam perjalanan HAM di Indonesia. Ada banyak kasus pelanggaran HAM yang sampai dengan saat ini belum terungkap siapa yang menjadi otak pelanggaran berat hak-hak asasi manusia, khususnya peristiwa pada bulan Mei-Juni 1998 yang diadili dan dijatuhi hukuman barulah prajurit-prajurit pelaksana di lapangan. Karena itu vonis yang diberikan pun hanya sebatas pemecatan dan hukuman penjara untuk para pelaku penembakan di Universitas Trisakti dan Semanggi. Sementara itu, siapa para pelaku pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan atas sekian ribu korban lainnya mungkin akan tetap gelap dan tidak terungkapkan. Berbagai peristiwa pelanggaran HAM yang diungkapkan dalam bahan pelajaran ini tidak bertujuan mendiskreditkan pihak mana pun. Dengan membuka peristiwa ini, generasi muda dapat belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan oleh generasi terdahulu dan termotivasi untuk mewujudkan demokrasi dan HAM dalam kehidupannya. Hal ini perlu ditegaskan karena meskipun Indonesia telah bertumbuh menjadi Negara demokrasi namun masih ada pihak tertentu yang tidak ingin berbagai peristiwa pelanggan HAM dibuka dan dipercakapkan secara terbuka. Seolah-olah percakapan terbuka akan memprovokasi rakyat untuk memandang pemerintah secara negative. Padahal dengan membuka kasus-kasus pelanggaran HAM akan memberikan pembelajaran kepada generasi muda untuk tidak mengulang hal yang sama sekaligus sebagai bentuk peringatan dan solidaritas kita bagi para korban pelanggaran HAM.


Sikap Gereja Terhadap Demokrasi dan HAM

                Dengan bekal pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, orang Kristen harus bertanya, bagaimana cara memperlakukan orang-orang yang berada di sekitarnya. Begitu pula hubungan yang ada ada dalam organisasi gerejawi? Dalam hubungan gereja dan orang Kristen dengan sesamanya yang berbeda keyakinan, apakah telah terbangun hubungan yang saling memanusiakan? Apakah gereja dan orang Kristen cenderung memperjuangkan hak-haknya semata dan tidak peduli ketika orang yang beragama lain kehilangan hakhaknya? 

            Pada skala nasional ada banyak masalah yang membelit para tenaga kerja Indonesia di luar negeri menyangkut hak asasi mereka. Ada yang meninggal disiksa majikan, ada yang diperlakukan tidak manusiawi dll. Ada juga pelecehan seksual yang dilakukan oleh pejabat gereja.

            Apa yang harus dilakukan?

                Selama masa Orde Baru bangsa kita dibiarkan menjadi bodoh, tidak bertanyatanya apakah hak asasi manusia itu, dan mengapa kita tidak memilikinya. Bangsa kita hanya diajarkan bahwa hak asasi manusia adalah konsep barat yang tidak cocok dengan bangsa Indonesia. Karena itu kepada kita hanya diingatkan akan kewajiban-kewajiban kita, bukan hak-hak kita. 

                Berkaitan dengan penegakan HAM serta tugas panggilan gereja, kitapun bertanya apakah gereja sudah melakukan tugas-tugasnya seperti yang telah dibahas di atas? Tampaknya ada beberapa pola partisipasi gereja dalam perjuangan demi keadilan dan kebenaran. Misalnya:

  1. Gereja paham bahwa ia mempunyai tugas dan panggilan yang utama dalam mendidik warga gereja dan memberikan kesaksian melalui keberpihakan pada mereka yang diperlakukan secara tidak adil. 
  2. Gereja melakukan pelayanan rohani saja karena untuk pelayanan sosial bukankah sudah ada Kementerian Sosial dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat? Penyebab utama dari pemikiran ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan yang jasmani, dengan tubuh manusia dan bukan jiwanya, dianggap remeh, rendah, dan duniawi.
  3. Gereja paham akan panggilannya untuk membela orang miskin dan tertindas, tapi khawatir karena jumlah orang Kristen sangat sedikit. Bagaimana kalau nanti gereja dan orang Kristen ditindas?
  4. Gereja terjebak pada praktik-praktik politik praktis. Ketika gereja aktif dalam kegiatan membela rakyat miskin, sehingga gereja malah aktif mendukung partai politik tertentu, berkampanye untuk calon-calon tertentu. Keadaan seperti ini bisa berbahaya bagi gereja. Gereja bisa menutup mata ketika pihak yang didukungnya melakukan hal-hal yang negatif, seperti korupsi, membohongi rakyat dengan janji-janji kosong, atau bahkan merampas hak-hak rakyat baik secara halus maupun terangterangan. 

                Di kalangan gereja-gereja di dunia ada tokoh-tokoh yang tampil dan memperjuangkan HAM. Misalnya, Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dari Amerika Serikat, Nelson Mandela dan Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan, Kim Dae Jung dari Korea Selatan yang pernah menjabat presiden negara itu. Dari Indonesia ada Dr. Yap Thiam Hien, Pdt. Rinaldy Damanik dari Poso, Sulawesi Tengah, Ibu Yosepha Alomang atau Mama Yosepha, dari Papua, Ibu Ade Rostina Sitompul dari Jakarta, Pdt. Solagratia Lummy, Dr. Mokhtar Pakpahan yang memperjuangkan hak-hak buruh/pekerja di Indonesia.

Pejuang Demokrasi dan HAM 

Foto Nelson Mande

Marthin Luther King Junior

Yap Thiem Hien

Dr. Muchtar Pakpahan


Ade Rostina Sitompul


Refleksi

                Gereja ada di dunia untuk memberitakan keadilan dan kebenaran, dalam pemberitaannya, gereja berpihak pada mereka yang tertindas. Mereka yang dimarginalkan. Gereja bukanlah gedungnya ataupun organisasinya, tetapi peran gereja dalam menegakkan keadilan dan kebenaran nyata melalui orangorang yang ada didalamnya. Artinya semua orang beriman terpanggil untuk ,mewujudkan keadilan dan kebenaran.Setiap anggota gereja, termasuk kalian sebagai remaja Kristen, harus ikut serta di dalam tugas ini. Kita semua perlu berjuang dalam pembebasan banyak orang Indonesia dari keterkungkungan dan belenggu oleh berbagai hal: kemiskinan, konsep tentang kedudukan lakilaki dan perempuan yang keliru, pemahaman yang keliru tentang seks dan seksualitas, konsep tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan, dll. 


Sumber: 

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XII Penulis: Janse Belandina Non-Serrano ISBN: 978-602-244-702-3 (jil.3)

Rabu, 17 September 2025

Allah Pembaru Kehidupan

Bab V Allah Pembaru Kehidupan 

Ratapan 3:22-23

Pendidikan Agama Kristen dan Budhipekerti Kelas X

Tujuan Pembelajaran :

• Mengakui bahwa Allah adalah pembaru hidup manusia 

• Mengidentifikasi perubahan pada diri sendiri sebagai suatu proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik.



            Apa yang kita rasakan bila melihat padang rumput luas dipenuhi bunga aneka warna seperti gambar di atas? Tentunya menyenangkan, bukan? Pemeliharaan Tuhan meliputi pemeliharaan terhadap keindahan alam yang tiap hari muncul. Sebelum kita mulai pembahasan topik ini, mari kita nyanyikan lagu “Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara” (Pelengkap Kidung Jemaat No. 138). klik Link ini https://www.youtube.com/watch?v=O-3vaaK4oxQ&list=RDO-3vaaK4oxQ&start_radio=1   

            Salah satu kalimat dalam lagu ini menyatakan, “Setia-Mu Tuhanku, mengharu hatiku.” Dalam Bahasa Inggris sebagai bahasa asli lagu ini, tertulis, Great is thy faithfulness! Great is thy faithfulness! Tampak agak berbeda, ya? Inilah keahlian E. L. Pohan dalam menerjemahkan lirik lagu bahasa asing ke dalam kalimat bahasa Indonesia yang sungguh menggetarkan hati. Jadi, bukan sekadar menerjemahkan kata demi kata, melainkan menuliskan ulang sesuai dengan konteksnya. Tanpa pemahaman tentang konteks di balik kalimat yang diungkapkan Nabi Yeremia dan kisah di balik penulisan lirik lagu ini, penerjemah lainnya mungkin akan menerjemahkan seperti ini, “Sungguh besar kesetiaanMu!” 

            Nabi Yeremia yang dianggap menjadi penulis Kitab Ratapan ini. Kini, kita kaji dulu penjelasan Alkitab tentang bagaimana Allah membaharui hidup kita.


Dasar Alkitab tentang Allah sebagai Pembaru Hidup

                Kitab Ratapan adalah sebuah kumpulan puisi yang ditulis oleh Nabi Yeremia di Perjanjian Lama. Kitab ini ditulis pada saat orang Yehuda tinggal di pembuangan di Babel. Pembuangan itu dimulai oleh kehancuran Kota Yerusalem pada tahun 586 SM. Saat itu, bangsa Israel terpecah menjadi dua kerajaan, yaitu Israel di utara dan Yehuda di selatan. Israel sudah lebih dahulu dihancurkan oleh Kerajaan Asyur pada tahun 721 SM. Asyur kemudian dikalahkan oleh Babel dalam peperangan panjang pada 626-609 SM. Babel menggantikan Asyur, muncul sebagai imperium yang baru yang sangat besar kekuasaannya. Babel kemudian memperluas kekuasaannya hingga akhirnya berhasil menghancurkan Yerusalem, ibukota Yehuda. Banyak orang Yehuda yang ditangkap dan diangkut ke Babel.

                Kitab Ratapan adalah sebuah kumpulan puisi yang meratapi kehancuran Yerusalem dan kerajaan Yehuda. Muncul pertanyaan, pada bangsa itu, bagaimana mungkin Yehuda dikalahkan oleh Babel, bahkan harus menderita di pembuangan di Babel? Bukankah mereka bangsa pilihan Allah? Lalu, bagaimana mungkin mereka bisa dikalahkan oleh bangsa kafir seperti Babel? Penulis Ratapan, yang diduga adalah Nabi Yeremia, berkesimpulan bahwa itu semua disebabkan oleh dosa-dosa Yehuda. Yehuda telah mengabaikan Tuhan, Allah Israel. Mereka telah berdosa besar, kata Yeremia, “Sebab itu juga engkau membiasakan segala jalanmu kepada kejahatan. Sampai-sampai pada bajumu terdapat darah orang-orang miskin yang tidak bersalah; bukan waktu mereka membongkar untuk mencuri kaudapati mereka!” (Yeremia 2:33-34)

                Di atas dijelaskan kesalahan Yehuda, di mana baju mereka berlumuran darah orang miskin yang tidak bersalah, yang mereka tuduh masuk membongkar rumah untuk mencuri. Dengan kata lain, bangsa Yehuda telah menjungkirbalikkan hukum negara. Yang salah dibiarkan merampok, sementara yang tidak bersalah mereka jatuhi hukuman berat, hingga darah mereka ditumpahkan. Sungguh kejahatan yang sangat mengerikan! 

                Meskipun demikian, yang menarik dari Kitab Ratapan ini ialah pengakuan penulis Kitab terhadap Tuhan, Allah Israel, yang penuh kasih. Ayat yang menjadi dasar bahan ini memperjelas pemahaman penulis Kitab tentang Allah, “Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23). Walaupun kesengsaraan yang dialami oleh bangsa Israel adalah penghukuman Allah terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, tetap ada pengharapan bagi mereka yang mau berpaling kepada-Nya. Dyer (2004) mengingatkan bahwa walaupun Allah menghukum mereka yang berbuat dosa, pengampunan Allah yang sempurna tersedia bagi mereka yang mau mengakui dosa-dosa mereka dan kembali berbalik kepada Allah. Mengakui bahwa diri berdosa ini yang seringkali tidak dilakukan karena banyak yang tetap menganggap diri mereka benar! Kecenderungan manusia adalah untuk melupakan bahwa Allah sebagai Pencipta Semesta adalah yang tetap berkuasa.


Pembahasan Materi 

            Pada abad XVI, muncul sebuah pemahaman baru yang disebabkan oleh Abad Pencerahan. Pemahaman itu disebut Deisme. Deisme didasarkan pada pemahaman bahwa Allah bekerja seperti seorang tukang jam. Tukang jam membuat jam dan setelah selesai, ia akan membuat jam itu berputar. Setelah itu, ia menjualnya dan tidak berurusan lagi dengan jam karyanya itu. Begitu juga cara Allah bekerja. Ia menciptakan dunia dan segala isinya. Akan tetapi, setelah tugas-Nya selesai, Ia tidak berurusan lagi dengan dunia.

            Deisme didasarkan pada perkembangan pemahaman tentang agama yang muncul pada abad XVII. Abad Pencerahan membuat manusia memandang dirinya sebagai pusat seluruh hidupnya. Ia tidak lagi memandang dirinya sebagai sosok yang sangat takut akan kekuatan alam yang mahadahsyat, yang tidak dapat ia kuasai. Revolusi Industri yang menyusul Abad Pertengahan semakin meyakinkan manusia bahwa ia berkuasa atas alam. Penyakit bukan lagi dipahami sebagai hukuman Tuhan, melainkan disebabkan oleh virus dan bakteri. Kalau manusia mengalami penderitaan di dunia, itu adalah salahnya sendiri. Kelaparan terjadi karena bencana alam yang memang di luar kendali manusia. Namun, manusia masih dapat mencegahnya apabila mereka mampu dan mau merencanakan hidupnya dengan lebih baik.

            Kaum Deis juga tidak menganggap bahwa Allah masih dibutuhkan oleh manusia. Wahyu dan mukjizat dianggap tidak perlu dan tidak diyakini ada karena tidak bisa dibuktikan. Pandangan kaum Deis ini sangat berpengaruh terhadap sejumlah tokoh awal Amerika Serikat. Orang-orang seperti George Washington, Benjamin Franklin, Alexander Hamilton, dan lain-lain diakui sebagai Deis (lihat misalnya pengakuan Benjamin Franklin dalam bukunya The Authobiography of Bendyamin Franklin). Kalian dapat menemukan berbagai foto Benjamin Franklin dengan mudah di internet. 

1. Harapan Pembaruan Allah di Amerika Serikat 

            Apa masalahnya dengan Deisme? Jelas bahwa para penganut Deisme tampak seolah-olah sebagai orang yang beragama. Akan tetapi, pada kenyataannya mereka sudah mengangkat diri mereka sebagai Tuhan. Tuhan sudah mereka singkirkan dari hidup manusia di dunia. Mari kita dalami sedikit pemahaman Thomas Jefferson, penyusun Declaration of Independence Amerika Serikat. Dalam deklarasinya itu, Jefferson mengatakan bahwa tujuan bangsa Amerika Serikat adalah kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan. 

            Sebuah catatan di Museum Jefferson mengatakan bahwa gagasan “mengejar kebahagiaan” yang ditulisnya tampaknya dipengaruhi oleh Deklarasi Hak-hak Virginia, yang ditulis George Mason yang berbunyi “kenikmatan hidup dan kebebasan, yang dicapai dengan memperoleh hak milik dan mengejar serta mendapatkan kebahagiaan dan keamanan.” Namun, Jefferson adalah seorang pemilik budak. Ada 600 orang budak yang dipeliharanya untuk mengerjakan ladangnya yang sangat luas. Setelah Abraham Lincoln mengumumkan emansipasi kaum kulit hitam, para budak tidak secara otomatis merdeka. Tidak mengherankan apabila setelah ratusan tahun merdeka, Amerika belum juga mencapai kebahagiaan itu. Semangat keunggulan orang kulit putih yang hidup dengan menindas orang kulit hitam belum sepenuhnya hilang dari jiwa mereka.

            Kita baru memahami apa sebabnya ketika Dr. Martin Luther King, Jr. menuliskan kata-kata perjuangannya, “Busur moral sejagad memang panjang, tetapi lengkungannya mengarah kepada keadilan” (Smith, 2018). King menunjuk pada kenyataan yang ia hadapi di dalam hidupnya bahwa keadilan sama sekali tidak dirasakan oleh kaum kulit hitam pada masa hidupnya di tahun 1950-an hingga ia ditembak mati pada tahun 1968.

            Amerika mungkin memiliki segala-galanya dan patut disebut sebagai bangsa terkaya di dunia. Namun, selama ketidakadilan dirasakan oleh sebagian bangsanya, kekayaan itu tidak akan berarti. Itulah sebabnya King berjuang bersama dengan rekan-rekannya untuk menuntut keadilan. Sampai sekarang perjuangan itu belum selesai walaupun Barack Obama dan Kamala Harris masing-masing sudah terpilih menjadi presiden (tahun 2009-2017) dan wakil presiden Amerika Serikat (terpilih pada tahun 2020). Orang kulit hitam di Amerika masih terus berseru kepada Allah menuntut keadilan supaya peristiwa seperti yang dialami George Floyd tidak terjadi lagi. George Floyd adalah seorang pria kulit hitam yang ditangkap dengan tuduhan menggunakan uang palsu saat membeli rokok pada tanggal 25 Mei 2020. Malam itu juga, ia meninggal setelah seorang polisi menindih lehernya selama hampir 9 menit. Kisah lengkapnya dapat kalian ikuti di portal kompas. com (2020) dengan tautan lengkap di Daftar Pustaka.

            Tema “Allah Pembaru Kehidupan” ini didasarkan pada keyakinan yang berlawanan dengan pandangan kaum Deis tentang Allah. Allah yang kita kenal bukanlah Allah yang tidak peduli dengan hidup manusia dan seluruh alam semesta. Allah yang kita kenal bukanlah Allah yang jauh, terasing, atau tidur.

2. Peranan Allah di dalam Kemerdekaan Indonesia

            Alinea ketiga Mukadimah UUD RI tahun 1945 kita berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia me-nyatakan dengan ini kemerdekaannya.”

            Pernyataan di atas memuat sebuah pengakuan dari para pendiri negara kita tentang perjuangan bangsa kita dalam mencapai kemerdekaan dan membentuk suatu negara yang terdiri dari ratusan suku bangsa, kelompok etnis, puluhan atau ratusan agama di luar keenam agama yang diakui resmi (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu). Pada awal pembentukan negara Republik Indonesia, negara kita menghadapi berbagai pergolakan yang bahkan berulang-ulang mengancam keberlanjutan bangsa kita, antara lain DI/TII, PERMESTA, Gerakan 30 September, dan lain-lain. Tentu dari pelajaran Sejarah Indonesia kalian sudah membahas beberapa ancaman ini. Bahkan sampai saat ini, ancaman terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih terus terjadi dengan munculnya beberapa gerakan yang ingin mengubah Pancasila sebagai dasar negara menjadi lebih sesuai dengan keinginan mereka. Namun sejauh ini kita masih tetap bertahan sebagai satu bangsa. Hal ini tidak mungkin lepas dari pimpinan Tuhan di dalam kehidupan berbangsa kita. Sebagai generasi muda, kalian juga harus terlibat dalam mempertahankan keutuhan NKRI dengan mengembangkan semangat patriot (membela negara). Di Kelas XII tema ini akan dibahas kembali.

3. Karya Pembaruan Allah dalam Penyelamatan Dunia

                Allah tetap bekerja menyelamatkan dunia. Alkitab memberi kesaksian bahwa karya pembaruan Allah sudah direncanakan jauh sebelum kelahiran Yesus Kristus. Ketika kita membaca Alkitab dengan menerima tema bahwa Allah menciptakan, menyelamatkan dan membarui, maka seluruh kesaksian Alkitab menjadi bukti bahwa janji Allah sungguh nyata dan berlaku, bukan hanya pada masa lalu, untuk bangsa Israel, tetapi juga pada saat ini, untuk seluruh umat manusia yang percaya kepada Kristus (Sproul, 1993). Ini dapat kita lihat dari kata-kata Rasul Paulus dalam Surat Galatia, “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Galatia 4:4-5). 

            Paulus mengatakan bahwa kedatangan Yesus ke dunia juga terjadi karena “telah genap waktunya”. Dalam tafsirannya, Jackson (2020) mengatakan bahwa yang Paulus maksudkan genap waktunya adalah sejumlah faktor yang mendukung kelahiran Yesus di dunia. Orang-orang Yahudi sudah memperkenalkan konsep monoteisme dan Kitab Suci Ibrani yang mempersiapkan kedatangan Yesus. Berikutnya, orang-orang Yunani menyediakan bahasa yang digunakan oleh seluruh masyarakat di daerah Laut Tengah dan Palestina, tempat kelahiran Yesus. Yunani merupakan bahasa yang tepat, yang dipahami oleh semua bangsa pada saat itu. Beberapa waktu kemudian, orang-orang Romawi menciptakan perdamaian serta sarana transportasi dan komunikasi yang sangat penting saat itu. Julius Caesar, misalnya, memerintahkan pembangunan jalan-jalan raya di seluruh Eropa yang dikenal memiliki jaringan yang meluas hingga ke Palestina. Ini semua telah menjadi persiapan yang sangat tepat untuk pemberitaan Injil Kristus ke seluruh dunia yang sudah dikenal saat itu.

            Penyertaan Allah atas dunia saat ini bisa kita saksikan dari berbagai upaya perdamaian yang terus diupayakan terjadi di Timur Tengah. Beberapa negara Arab telah mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Kendati demikian, kita masih berharap agar masalah Palestina dapat diselesaikan juga dengan damai dan adil. Tentu kita berharap agar rakyat Palestina pun akhirnya kelak dapat menikmati hidup di dalam kemerdekaan.

            Kita menyaksikan juga sejumlah negara berhasil mengatasi wabah Covid-19 dengan baik, seperti Vietnam, Taiwan, Selandia Baru, Finlandia, Jerman. Walaupun ada perdebatan tentang ukuran yang dipakai untuk menyatakan bahwa suatu negara berhasil dan negara lainnya gagal dalam mengatasi pandemik ini (https://www.bbc.com/news/world-europe-54391482). Allah memberikan hikmat kepada para pemimpin yang bekerja dengan keras dan berhasil membangun kepercayaan rakyat kepada negara.

4. Pembaruan Allah dalam Kehidupan Bangsa Indonesia

            Masa Reformasi dalam kehidupan bangsa Indonesia juga kita perlu pahami dalam kaitannya dengan karya pembaruan Allah. Pada awal tahun 1990-an, Indonesia mulai membuka dirinya dengan komunikasi dunia. Saat itu, bangsa kita hanya mengenal satu stasiun televisi, yaitu TVRI. Akibatnya, kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi bangsa kita sesungguhnya karena banyak hal yang terjadi tanpa sempat diketahui oleh masyarakat luas. Namun, kehadiran TVRI sebagai satu-satunya sumber informasi kita, tidak bisa lagi bertahan. Mulailah muncul stasiun-stasiun televisi swasta. Awalnya, semua ini dikuasai oleh orang-orang yang dekat dengan penguasa. Namun, ketika stasiun-stasiun komersial itu terancam kebangkrutan karena kekurangan pelanggan, pemerintah kemudian membuka televisi-televisi swasta itu menjadi televisi umum yang tidak lagi mengandalkan uang iuran langganan.

            Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia ikut ke dalam penggunaan internet yang sudah berkembang di negara-negara lain. Kehadiran internet membuka wawasan orang Indonesia tentang apa yang selama ini ditutup-tutupi oleh penguasa pada saat itu. Kini rakyat tahu bahwa pemerintahan Orde Baru ternyata tidak sehebat yang mereka promosikan. Ada banyak utang yang harus ditanggung pemerintah tanpa kejelasan bagaimana pengembaliannya. Akibatnya, muncul berbagai demonstrasi di seluruh Indonesia memprotes pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Semua ini dijawab dengan kekerasan oleh penguasa. Lalu jatuhlah beberapa korban yang semakin memicu kemarahan rakyat. Akhirnya, pada 21 Mei 1998, rezim Orde Baru rontok dan digantikan dengan Era Reformasi. 

            Yang menarik bagi orang Kristen, hari Kamis, 21 Mei 1998 itu bertepatan dengan Hari Kenaikan Yesus Kristus ke surga. Ada satu kesaksian indah dari Nancy Samola yang pada tanggal 21 Mei 1998 itu menaikkan doa syafaat saat mengikuti ibadah Kenaikan Yesus Kristus di gerejanya. Ini doanya, ”Ya Tuhan, jika Engkau menginginkan Indonesia aman kembali, ketuklah hati Presiden Soeharto, agar bersedia turun dari jabatannya. Saya serahkan doa ini kedalam tangan-Mu, ya Tuhan. Amin.” Sesampainya di rumah, ia melihat di televisi bahwa Presiden Soeharto mengundurkan diri dan kepemimpinan diambil oleh Bapak B.J. Habibie. Tidak ada pertumpahan darah, peralihan kekuasaan berlangsung dengan damai. Tak pelak lagi, orang Kristen mengakui bahwa kejadian ini merupakan campur tangan Allah di dalam kehidupan bangsa Indonesia. Masihkah kita menyangkal bahwa Allah memperbarui kehidupan bangsa kita? Kesaksian Nancy Samola dapat dibaca di kompasiana.com dengan tautan yang tertera di Daftar Pustaka.

5. Pembaruan yang Berkelanjutan

            Setelah Allah memimpin bangsa kita keluar dari Orde Baru dan memasuki Era Reformasi, apakah tugas-Nya sudah selesai atas bangsa ini? Tentu saja tidak! Kita percaya bahwa Allah terus memimpin bangsa kita dalam berbagai langkah pembaruan yang terus kita jalani. Saat ini, kita bisa menyaksikan perubahan-perubahan fisik di negara yang kita yakini sebagai bagian dari karya Allah untuk memperbarui bangsa kita. Ada pembangunan infrastruktur di mana-mana, sehingga membangkitkan gairah ekonomi bangsa. 

            Kalian dapat mencari di internet sejumlah jalan tol yang sudah dibangun oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jalan tol Trans Sumatera, misalnya, menghubungkan Lampung di Sumatera Selatan dengan berbagai wilayah lainnya di Sumatera. Keberadaan jalan tol seperti ini sangatlah menguntungkan secara ekonomis karena aliran berbagai produk antar wilayah menjadi lebih mudah. Dengan demikian, kehidupan rakyat yang berada di daerah yang semula sulit dijangkau menjadi terangkat secara ekonomis. Pembangunan tol ini sudah dimulai sejak tahun 2015 pada saat kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan masih akan terus berlanjut di berbagai wilayah Indonesia lainnya, termasuk wilayah Papua. 

           Pada saat ini kita masih menyaksikan berbagai pergolakan di berbagai wilayah yang menunjukkan bahwa masih banyak orang yang belum merasa puas dengan perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan selama ini. Namun, kita harus jujur melihat banyaknya perubahan yang sudah terjadi dibandingkan dengan keadaan sebelum Indonesia merdeka di tahun 1945, atau bahkan sebelum mengalami reformasi di tahun 1998. 

            Akan tetapi, ketimpangan tetap ada di antara mereka yang kaya dengan yang miskin. Cukup banyak rakyat yang mengharapkan perlakuan yang lebih adil, kesempatan yang lebih luas untuk menikmati kekayaan wilayahnya, serta kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang lebih setara dengan saudara-saudara sebangsa mereka di bagian lain wilayah Indonesia. Itu sebabnya kita masih mengharapkan pertolongan Allah untuk terus menciptakan kedamaian dan perdamaian dalam kehidupan berbangsa kita sehingga hak asasi manusia bagi seluruh bangsa bisa ditegakkan (BBC.com, 2019).

            Sebagai warga negara yang baik, kita tidak bisa hanya bersikap pasif menunggu datangnya perubahan, tetapi kita harus mengambil peran yang lebih aktif dalam mengupayakan terjadinya perubahan menjadi lebih baik. Tanggung jawab membuat negara dan bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera tidak bisa diletakkan hanya kepada para pimpinan negara dan pejabat publik. Kita semua harus siap sedia untuk bekerja keras mengusahakan hal-hal yang baik itu terjadi.

            Sebagai siswa kelas X hal sederhana yang dapat kalian lakukan adalah belajar dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan bekal sebanyak mungkin sehingga wawasan kalian semakin luas dan cara berpikir kalian pun semakin kritis dan kreatif melihat berbagai kesempatan untuk melakukan perubahan. Pada tataran praktis, kalian bisa terlibat dalam berbagai aktivitas yang membuat lingkungan sekitar kalian menjadi lebih baik. Misalnya, kalian dapat mengajak teman-teman sebaya untuk menjaga agar lingkungan tetap bersih sambil tetap memberikan pembekalan agar tumbuh kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

            Pada hari Proklamasi tahun 2020, kita diingatkan bahwa bangsa kita terancam oleh virus Covid-19 yang sangat ganas dan berbahaya. Sudah ribuan saudara kita yang tewas karena virus ini. Di antara mereka, lebih dari 200 orang dokter dan ribuan tenaga kesehatan lain yang terserang virus dan tewas. Per tanggal 9 Januari 2021 (saat buku ini ditulis), di Indonesia ada sejumlah 808.340 penderita Covid-19, meninggal sebanyak 23.753 orang dan yang sembuh 666.883 orang. Sisanya masih dalam perawatan (worldometers, 2021). Penambahan jumlah penderita meningkat terutama pada saat liburan Natal dan Tahun baru yang baru saja kita lewati. Namun, kita percaya bahwa Allah belum dan tidak akan pernah meninggalkan kita. Ia terus bekerja melalui anak-anak-Nya yang diberikan-Nya hikmat dan kebijaksanaan untuk melindungi dan menciptakan vaksin anti-Covid-19, yang pemberiannya di Indonesia akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.

Refleksi 

            Sebelum bertanya kepada orang lain, tanyakan kepada diri kalian sendiri, seberapa besar keyakinan kalian bahwa Allah masih tetap bekerja membarui hidup manusia saat ini dan untuk seterusnya. Nyatakan besarnya keyakinan kalian dalam skala di bawah ini. 


Rangkuman

            Allah sebagai Pencipta alam semesta dan segala isinya, bukanlah Allah yang kemudian lepas tangan menonton bagaimana ciptaan-Nya melewati hari demi hari. Allah terus bekerja untuk menghasilkan perubahan seperti apa yang Ia inginkan dan membawa kebaikan bagi semua. Seluruh isi Alkitab menceritakan tentang karya Allah dalam penciptaan, pemeliharaan, dan penyelamatan manusia. Baiklah kita memahami apa yang Allah inginkan sehingga kita berperan serta menghasilkan perubahan untuk menjadikan dunia ini lebih baik untuk semua manusia dan alam ciptaan. 

Sumber: 

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X Penulis: Julia Suleeman ISBN 978-602-244-465-7 (jil.1) 

Sabtu, 06 September 2025

ALLAH MEMULIHKAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

 BAB V ALLAH MEMULIHKAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

(Galatia 3:28 , Kolose 3: 11)

Pendidikan Agama Kristen dan Budhipekerti Kelas XII


Tujuan Pembelajaran : 

  1. Menjabarkan makna pembaharuan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. 
  2. Menjelaskan alasan Indonesia membutuhkan pembaharuan Kehidupan berbangsa dan bernegara.
  3. Mendaftarkan persoalan-persoalan yang ada dalam kehidupan bernegara dan berbangsa kemudian mendiskusikan jalan keluarnya.
  4. Mendaftarkan sikap dan kontribusi remaja kristen dalam turut serta menanggulangi berbagai persoalan yang ada. 

            Pada tahun 2025 negara kita memasuki usianya yang ke-80 tahun. Ini adalah usia yang cukup panjang. Namun kalau kita perhatikan, selama perjalanan bangsa kita yang sedemikian panjang, kita masih terus mengalami berbagai pergolakan yang ditimbulkan oleh berbagai hal. Ada praktik korupsi yang terjadi selama berpuluh tahun di masa Orde Baru, bahkan sampai sekarang pun kita masih menyaksikan perbuatan sejumlah pejabat yang tidak bertanggung jawab dan hanya ingin memperkaya diri sendiri. Ada masalah yang timbul karena keberagaman suku bangsa dan agama, yang kadang-kadang menimbulkan gesekan-gesekan di antara sesama warga bangsa. Ada masalah kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah, ketidaksetaraan perlakuan antara laki-laki dan perempuan (gender), ada berbagai peristiwa yang dapat dinilai diskriminatif terhadap kelompok-kelompok minoritas, dll.  

            Pembelajaran ini akan mendorong pemiikiran kritis remaja Kristen untuk memahami persoalan-persoalan yang dihadapi oleh bangsanya dan muncul kecintaan serta tekad untuk turut serta menggumuli masalah-masalah tersebut. Pembahasan ini juga memotivasi remaja untuk menyadari tanggung-jawabnya sebagai warga negara dalam turut serta berperan dalam menanggulangi persoalan yang ada. Paling tidak melalui berbagai kegiatan yang ada dalam sekolah maupun di luar sekolah.

A. Persoalan-persoalan yang Dihadapi oleh Bangsa Kita

 1. Kemiskinan dan korupsi

            Tingkat kemiskinan di negara kita sesungguhnya masih sangat tinggi. Ketika bahan ini ditulis, Indonesia mengalami krisis yang hebat yang disebabkan oleh merebaknya virus COVID-19 yang menyebabkan bukan hanya kematian banyak orang, tetapi juga kematian kehidupan ekonomi baik di kalangan perusahaan-perusahaan besar dan mereka yang bergerak di aktivitas ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). 

            Kesenjangan ekonomi di negara kita masih terlihat lebar sekali. Ada orangorang yang sangat kaya, sehingga mereka bisa dengan mudah melakukan wisata ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dll. Kelas pesawat terbang yang mereka tumpangi pun adalah kelas yang mahal, bukan kelas ekonomi yang murah. Uang tidak menjadi masalah bagi mereka. 

            Sementara itu, masih banyak sekali orang yang miskin. Bahkan untuk makan besok pagi pun mereka mungkin tidak punya uang. Kalau mereka sakit, mereka tidak mau ke dokter, atau ke puskesmas, karena anggapannya pasti harus keluar uang banyak untuk beli obat, dll. Akibatnya, kondisi mereka semakin buruk: makan seadanya, kadang-kadang hanya nasi dengan garam atau kecap saja. Akibatnya, kesehatan tidak dirawat dan kondisi tubuh melemah. Tidak heran kalau harapan hidup mereka lebih rendah. 

            Kesenjangan ekonomi ini juga terlibat dari ketersediaan lapangan kerja. Lapangan kerja paling banyak tersedia di P. Jawa. Yang lainnya mungkin harus bekerja di kebun-kebun sawit, pabrik-pabrik di luar Pulau Jawa.

2. Keberagamaan Beragama 

            Bangsa Indonesia terdiri dari ribuan suku dan banyak agama. Menurut sensus penduduk oleh BPS 2010 ada sekitar 1340 suku bangsa di Indonesia dengan 718 bahasa, dan 6 agama resmi, serta mungkin puluhan atau ratusan agama lokal. Masalah pengakuan terhadap 6 agama resmi ini, Islam, Kristen, Katolik, Buddhisme, Hindu, dan Konfusianisme, menimbulkan masalah sebab, jumlah pengikut agama-agama itu tidak sama. Islam adalah agama yang paling banyak pengikutnya (85%). 

            Namun demikian, di luar itu kita harus mengakui bahwa ada daerah-daerah tertentu di Indonesia yang dihuni oleh agama-agama yang minoritas, tetapi menjadi mayoritas di wilayahnya. Misalnya, di Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Papua, kita menemukan kantong-kantong Kristen. Di Bali ada komunitas Hindu yang sangat besar jumlahnya (sekitar 3,6 juta). 

            Kemudian ada sejumlah agama setempat (mis. Parmalim di daerah Batak, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Wiwitan di Jawa Barat, Aluk Todolo di Toraja, Marapu di Sumba, berbagai aliran kebatinan di hampir semua wilayah Indonesia, dll.) yang seringkali dianggap bukan agama. 


B. Tekanan dan Persekusi 

            Persekusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemburuan sewenang-wenang terhadap seseorang atau sejumlah warga. Okunum atau kelompok disakiti, ditumpas dianiaya. Sejak tahun 1993 persekusi diakui sebagai salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan dan pelakunya diproses hukum. Berbagai Tindakan persekusi terjadi di Indonesia berkaitan dengan berbagai perbedaan yang ada. Kita dapat menyaksikannya diberbagai media. 

            Dalam menghadapi persekusi, mungkin kita bisa belajar dari Nadirsyah Hosen, seorang dosen Indonesia yang mengajar di sebuah univesitas di Australia. Ia menceritakan pengalamannya, bahwa memang tidak mudah mendirikan masjid di Australia. Rencana pembangunan gedung ibadah apapun di Australia harus mengikuti rencana kota. Apabila rencana yang diajukan sesuai, dengan pertimbangan jumlah umat, jumlah kendaraan dan tempat parkir memadai dan dampak suara yang dijamin tidak akan mengganggu masyarakat sekitar, kemungkinan rencana itu bisa disetujui. 

            Keberatan yang mungkin timbul dari masyarakat sekitar adalah apabila gedung itu diperkirakan akan menimbulkan gangguan kehidupan masyarakat di sana, dengan pengeras suara yang besar. Apalagi kemudian muncul kecenderungan para imigran – yang umumnya beragama berbeda dengan masyarakat penghuni di daerah itu – kemudian pindah ke sekitar tempat ibadah itu. Hal itu dianggap akan mengganggu keseimbangan jumlah penduduk di situ dan mengganggu homogenitasnya. (Hosein, 2019). 

C. Radikalisme Agama-agama 

            Kita juga menyaksikan tumbuhnya radikalisme agama-agama di berbagai tempat. Seringkali hal ini dimulai di kalangan anak-anak SMA yang dididik oleh guru-guru agama yang juga sudah terpengaruh oleh doktrin radikal. Itu sebabnya dalam berbagai unjuk rasa kita sering menyaksikan kehadiran remaja-remaja yang menyerukan berbagai semboyan radikal. Mereka pun tidak jarang ikut melakukan perusakan terhadap berbagai fasilitas umum, atas nama agama dan perjuangan iman. 

            Gejala ini kita bisa saksikan dari berbagai tempat hunian, tempat cuci pakaian, bahkan label-label makanan binatang dan benda-benda tertentu yang dikhususkan hanya untuk kelompok agama tertentu saja. Akibatnya terjadilah sekat-sekat di antara masyarakat umum, yang mempersulit masyarakat untuk hidup bersama dalam damai. Orang semakin dijauhkan satu sama lain, hanya karena adanya perbedaan iman di antara mereka. 

            Yang semakin meresahkan adalah terbentuknya laskar-laskar di kalangan berbagai agama yang ikut memperparah hubungan antar-sesama, dan menajamkan gerakan radikal tersebut. Suasana kehidupan masyarakat yang tenang bisa saja tiba-tiba berubah menjadi panas apabila ada sedikit saja api yang menyulut. Laskar-laskar ini juga seringkali dimanfaatkan ketika menjelang hari-hari raya keagamaan dan ketika suasana memanas di masamasa menjelang pemilihan umum atau pilkada sebagai kelompok-kelompok penekan untuk menghasilkan suara bagi partai-partai tertentu. 

            Bagaimana sebenarnya pandangan Alkitab tentang keberagaman ini? Orang-orang Yahudi di masa Yesus cenderung hidup eksklusif dan menjauhkan diri dari bangsa-bangsa lain yang mereka sebut goyim atau bangsa-bangsa. Mereka menganggap diri lebih unggul dan bersih daripada orang Samaria yang darahnya bercampur dengan darah bangsa Asyur yang menduduki tanah Israel utara sejak masa pembuangan pada sekitar tahun 700an seb.M. 

            Sebaliknya, Yesus bertindak berbeda. Ia berbicara ramah dengan perempuan Samaria di sumur Yakub (Yoh. 4:4-26). Bahkan Yesus sengaja mengangkat tokoh seorang Samaria yang dijadikannya pahlawan dalam perumpamaannya ketika seorang pedagang Yahudi dirampok habis-habisan sampai hampir mati (Luk. 10: 25-37). Saat itu Yesus ditanyai oleh seorang ahli Taurat, siapakah yang layak disebut sebagai sesama kita.

            Dengan perumpamaan-Nya, Yesus seolah-olah menampar sang ahli Taurat, ketika Ia bertanya, “Siapakah yang telah menjadi sesama bagi orang yang malang itu?” Yesus menyuruh sang ahli Taurat untuk memilih dari tiga tokoh sebelumnya, yaitu seorang Farisi, orang Lewi, dan kemudian orang Samaria. Dalam keterdesakan, si ahli Taurat dipaksa Yesus secara halus untuk menjawab, “orang yang telah menolong orang yang malang itu.” Perhatikan, ia bahkan tidak mau menyebut nama etnis orang Samaria itu karena nama itu terlalu najis baginya!

            Yesus menolak radikalisme agama-agama. Ia meruntuhkan temboktembok yang memisahkan masyarakat dan tidak membeda-bedakannya berdasarkan agama, suku, ras, kelas sosial, dll. Dalam Galatia 3:28, Paulus mengatakan, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Ini diwujudkan dalam gereja perdana yang terbuka bagi semua orang, kelas, bangsa, jenis kelamin. Bahkan seorang sida-sida dari Etiopia, yang jenis kelaminnya tidak jelas dibaptiskan oleh Filipus (Kis. 8:27-39). Padahal di masa itu, orang Yahudi sama sekali tidak menerima orang seperti ini, baik di masyarakat maupun di dalam ruang ibadah.

            Bagaimana pandangan Kristen terhadap kehadiran agama-agama lain? Apakah kita bisa menemukan kebenaran di dalam agama-agama itu? Ada tiga pendekatan terhadap masalah ini, yaitu eksklusif, inklusif dan pluralis.

            Pendekatan eksklusif menyatakan bahwa agama Kristen adalah satusatunya agama yang benar, sementara yang lainnya salah. Bahkan sebagian orang menyebutnya sebagai ciptaan kuasa jahat. Pendekatan ini seringkali menggunakan ayat dari Yohanes 14:6 yang mengutip kata-kata Yesus, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

            Pendekatan inklusif menyatakan bahwa agama Kristen adalah yang benar dan paling sempurna. Namun, kebenaran juga dapat ditemukan di dalam agama-agama lain. Dalam Surat Ibrani 1:1-2, kita menemukan kata-kata ini:

“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabinabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.

            Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa Allah tidak membiarkan bangsabangsa berjalan di dalam kegelapan. Allah mengangkat nabi-nabi dan utusanutusan-Nya untuk menyampaikan perintah-perintah-Nya supaya setiap orang bisa berjalan di dalam terang.

            Pendekatan pluralis menyatakan bahwa ada puluhan ribu agama di dunia yang sama-sama sah dan benar, apabila dilihat dari budaya mereka masingmasing. Untuk pendekatan terakhir ini, kita tidak bisa menemukan ayat-ayat Alkitab yang mendukungnya. Namun demikian, para pendukung pendekatan ini cenderung mengatakan bahwa mereka sudah lelah dengan pertikaian yang mempertentangkan mana agama yang benar. Sudah terlalu banyak peperangan yang dilakukan atas nama agama. Jadi, dasar pendekatan ini lebih bersifat kemanusiaan.

            Di sini dapat dikutip pandangan Dalai Lama, seorang pemimpin agama dari Tibet. Suatu kali beliau ditanyai demikian, “Bukankah semua agama mengajarkan hal yang sama? Mungkinkah kita mempersatukan semuanya?” Dalai Lama menjawab:

“Orang dari berbagai tradisi harus mempertahankan tradisinya masingmasing dan bukan menukarnya. Namun, sebagian orang Tibet memilih Islam, jadi ikutilah. Sebagian orang Spanyol memilih agama Buddha, jadi ikutilah. Tetapi, pertimbangkanlah dengan hati-hati. Jangan lakukan itu hanya karena ikut-ikutan. Ada orang yang awalnya Kristen, lalu pindah menjadi Muslim, lalu pindah menjadi Buddhis, lalu tidak beragama. Di Amerika saya bertemu dengan orang-orang yang memeluk agama Buddha, lalu mengganti pakaiannya! Seperti penganut Zaman Baru. Ambil sedikit dari ajaran Hindu, ambil lagi dari Buddha, sedikit, sedikit… Itu tidak sehat. Bagi masing-masing pemeluk, menganut satu kebenaran, satu agama, sangat penting. Beberapa kebenaran, beberapa agama, itu kontradikitf. Saya Buddhis. Karena itu agama Buddha adalah satu-satunya kebenaran dan agama untuk saya. Untuk teman Kristen saya, agama Kristen adalah satusatunya kebenaran dan agama. Untuk teman Muslim saya, Islam adalah satu-satunya kebenaran dan agama Saya menghormati dan mengagumi teman-teman Kristen dan Muslim saya. Bila kita mempersatukan dalam arti mencampur-adukkan, itu tidak mungkin. Sia-sia.”

            Nah, bagaimana pendapat kamu? Coba diskusikan dengan teman sebangkumu, lalu diskusikan juga bersama seluruh kelas dan gurumu. Yang penting kita lakukan adalah bagaimana kita belajar untuk terbuka dan menerima sesama kita. Dengan demikian, radikalisme agama seperti di atas tentu tidak akan terjadi.

D. Patriarki 

Kata patriarki berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu “pater” (ayah) dan “arkhe” (kepemimpinan). Dari sini jelas bahwa kata patriarki bermakna bahwa kepemimpinan dan kekuasaaan berada di tangan sang ayah, atau lakilaki. Dalam keadaan ini, ayah atau pihak laki-lakilah yang menentukan segalagalanya dalam kehidupan ini. Pihak perempuan menduduki posisi kelas dua. Merek diharapkan diam di dalam rumah saja, tidak usah ikut-ikutan mengatur masyarakat. Apalagi menjadi pemimpin di masyarakat. 

            Ada ungkapan yang mengatakan bahwa tempat perempuan itu hanyalah “di dapur, sumur dan kasur”. Artinya, peranannya hanyalah memasak, mencuci piring, pakaian, dll. dan melayani suami dalam kebutuhan seksnya dan melahirkan anak. Benarkah demikian?

            Tokoh-tokoh perempuan pemimpin di negara kita telah menunjukkan bahwa perempuan layak terjun ke masyarakat. Di Minahasa kita mengenal Ny. Maria Walanda Maramis yang merintis pendidikan di Minahasa dan bahkan sampai ke Jawa dengan organisasi PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak dan Temurunannya) untuk mengembangkan pendidikan untuk perempuan supaya mereka bisa bergaul dan berani mengemukakan pemikiran-pemikirannya. 

            Di Jawa Barat, ada Dewi Sartika yang juga mendirikan “Sekolah Raden Dewi” yang menyebar ke seluruh Jawa Barat. Di kota Jepara ada R.A. Kartini yang fasih berbahasa Belanda dan melakukan surat-menyurat dengan temannya di Belanda, Ny. Abendanon. Di dalam surat-suratnya Kartini menunjukkan keprihatinannya akan kedudukan perempuan saat itu, dan kurangnya pendidikan yang bisa mereka nikmati.


Ny. Maria Walanda Maramis dalam Perangko.
Sumber: Domain publik

            Para tokoh perempuan di atas hanyalah sebagian kecil dari tokoh-tokoh perempuan Indonesia yang bisa bahas di sini. Merekalah orang-orang yang berani bertindak untuk mengangkat derajat kaum perempuan Indonesia supaya menjadi setara dengan kaum laki-laki. Patriarki perlu dihancurkan, supaya perempuan tidak lagi ditempatkan di garis belakang, melainkan bisa diberikan peran sebesar-besarnya sesuai dengan kemampuan mereka.

            Di masa modern, kita melihat sejumlah perempuan hebat yang menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Sebut saja Megawati Soekarno Puteri yang menjadi Presiden RI yang ke-5. Sri Mulyani yang menduduki jabatan menteri keuangan dan berkali-kali terpilih sebagai menteri keuangan terbaik di Asia. Ada pula Susi Pudjiastuti yang tidak sampai lulus SMA, namun berhasil luar biasa dalam bisnis perikanannya. Ia kemudian diangkat menjadi menteri kelautan dan perikanan yang terkenal sangat berani dalam menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di perairan Indonesia. Nama yang layak juga disebut adalah Susi Susanti, pahlawan bulutangkis yang pertama kali merebut medali emas dalam Olimpiade.

            Dengan uraian di atas kita bisa melihat bahwa kaum perempuan Indonesia sudah banyak mengalami kemajuan, sehingga kedudukannya cukup lumayan untuk tingkat Asia. Namun di balik itu, kita masih harus mencatat beberapa hal yang masih sangat kurang. Kita masih sangat kurang melihat kepemimpinan perempuan di sinode-sinode gereja kita.

            Selain itu, di masyarakat masih ada kasus-kasus keluarga yang lebih mengutamakan anak laki-laki dalam menempuh pendidikan. Anak perempuan kurang didorong untuk sekolah tinggi-tinggi karena adanya anggapan bahwa akhirnya mereka akan ke dapur juga.

            Di dunia kerja kita masih menemukan perempuan yang dibayar lebih rendah daripada laki-laki. Padahal jenis pekerjaan yang mereka lakukan sama. Mengapa ini bisa terjadi? Meskipun banyak persoalan yang dihadapi oleh perempuan, berkaitan dengan keadilan namun ada juga kabar baik. Pada Bulan April 2022 ada berita gembira bagi kaum perempuan, Tanggal 12 April DPR RI telah mensahkan UU kekerasan seksual yang seringkali menjadikan perempuan sebagai korban. UU ini memberikan perlindungan hukum bagi kaum perempuan yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual. Hal ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap perjuangan kaum perempuan di Indonesia.


E. Kesenjangan Gender 

Di sini kita harus mencatat bahwa masalah patriarki tidak bisa dilepaskan dari masalah kesenjangan gender. Selama patriarki masih bertahan, kesenjangan gender masih akan terus hadir di masyarakat kita. Kesenjangan gender sudah disinggung di atas dengan contoh-contoh perbedaan gaji di antara laki-laki dan perempuan, kesempatan kerja yang lebih mengutamakan laki-laki, sehingga muncul kesan tentang adanya pekerjaan laki-laki dan perempuan. Ada beberapa jenis pekerjaan yang dianggap lebih cocok untuk perempuan mis.: desainer, sekretaris, perawat, apoteker, pelayan toko, kasir, dll. Padahal sebetulnya laki-laki juga bisa mengerjakan semua itu. Bahkan tugas-tugas kerumahtanggaan pun bisa dikerjakan laki-laki. Namun masyarakat pada umumnya masih menganggap aneh kalau seorang laki-laki tinggal di rumah dan menjaga anak, membersihkan rumah, memasak, dll. sementara istrinya bekerja di kantor. Bagaimana pendapat kamu mengenai hal ini? 

            Untuk mengatasi berbagai prasangka buruk tentang semua itu, memang dibutuhkan keberanian untuk mengubah cara berpikir. Di sejumlah negara kita menyaksikan bagaimana rakyatnya telah berani memilih perempuan sebagai pemimpin mereka. Saat ini ada sembilan perempuan pemimpin yang berhasil memimpin negaranya hingga bebas COVID-19, virus yang sangat berbahaya dan mematikan. Dari ke-9 tokoh itu, ada satu orang presiden, dan ia adalah seorang perempuan Asia, dari Taiwan. Namanya Tsai Ing-wen.

Tsai Ing-Wen

F. Penjelasan Bahan Alkitab 

1. Galatia 3:28 

            Perbedaan yang ditekankan kaum Yudais mengenai perbedaan latar belakang, sekarang setelah kedatangan Yesus dihapus. Di dalam Kristus kita menjadi satu. Tidak ada hambatan bagi siapa saja untuk menjadi seorang Kristen. Arogansi Yahudi terhadap bangsa-bangsa lain, budak, dan wanita telah benarbenar dihapus. Perbedaan ini tidak berlaku untuk keselamatan (Roma 3:22; 1 Korintus 12:13; dan Kolose 3:11), namun ini tidak berarti bahwa kita tidak lagi merupakan laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, Yahudi atau Yunani. Perbedaan-perbedaan itu tetap ada dan ada bagian yang berbicara tentang perbedaan-perbedaan ini, namun dalam hal menjadi seorang Kristen tidak ada hambatan. Setiap penghalang yang didirikan oleh manusia yang membenarkan diri sendiri, legalistik atau bias, telah dirobohkan oleh Kristus sekali dan untuk selamanya. Sikap eksklusif kaum Yahudi telah dikoreksi oleh Paulus bahwa di dalam Kristus semua orang sama. Tidak ada yang superior dan inferior, hanya Kristus yang dimuliakan.  

2. Kolose 3: 11 

            Pada ayat sebelumnya Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah sehubungan dengan kehidupan jemaat Kolose yang semakin mengalami kemajuan dalam iman dan kasih. Paulus meyakinkan orang-orang percaya di Kolose dalam Kitab Kolose 2:6-7, bahwa karena mereka telah menerima Kristus maka mereka harus tetap hidup di dalam Dia, berakar di dalam Dia, dibangun di atas Dia dan tetap bertambah teguh dalam iman kepada Dia. Jikalau kita memperhatikan dengan saksama keseluruhan surat kolose dari pasal 1 sampai dengan pasal 4, maka salah satu hal yang ditegaskan oleh rasul Paulus ialah berkenaan dengan tuntutan Allah kepada setiap orang percaya untuk senantiasa hidup baru dan menjadi manusia baru. Untuk itu setiap orang percaya yang telah diselamatkan oleh Allah seharusnya hidup dalam kebaruan sejati. 

            Dalam Roma 8:13, Rasul Paulus mengungkapkan sebuah kebenaran penting tentang upaya setiap orang percaya untuk menanggalkan manusia lamanya, yaitu dengan cara hidup senantiasa dalam Roh. Hal ini sangat beralasan karena tidak mungkin “daging dapat meyelesaikan masalah daging” tetapi sebaliknya hanya “Rohlah yang dapat menyelesaikan masalah daging” sehingga oleh karenanya maka Paulus katakan “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup” (Roma 8:13). Setiap orang percaya yang hidup dalam kebaruan sejati tidak hanya menanggalkan manusia lama tetapi juga harus siap untuk mengenakan manusia baru. Manusia baru yang dimaksud menunjuk pada cara berpikir serta cara bertindak yang berbeda dengan kehidupan lama yang pernah dihidupi. Paulus mengungkapkan model manusia baru yang harus dikenakan, yaitu manusia baru yang penuh dengan belas kasihan, penuh dengan kemurahan, penuh dengan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Mengenakan manusia baru merupakan sebuah kewajiban dari setiap orang yang hidupnya telah diselamatkan dan diperbaharui oleh Allah sehingga bukan sebuah pilihan mau atau tidak mau (suka tidak suka). Penegasan Rasul Paulus tentang mengenakan manusia baru menunjuk pada tindakan untuk mengenakan ”pakaian” manusia baru secara utuh dan bukan sepenggalsepenggal (sebagian). Termasuk di dalamnya pakaian lama yang harus ditanggalkan adalah budaya superioritas yang menempatkan yang lain sebagai inferior. Misalnya, memandang orang lain yang berbeda latar belakang dengan kita sebagai orang “rendah”. Semua manusia tanpa kecuali memiliki harkat dan martabat.


G. Refleksi 

            Allah berkuasa memulihkan kehidupan manusia. Allah sanggup memulihkan kehidupan suatu bangsa dan negara. Pemulihan itu selalu diikuti dengan pembaharuan. Pembaharuan yang terjadi itu merupakan Kehidupan dalam kebaruan sejati dan hal itu ditandai dengan adanya tindakan untuk menanggalkan kehidupan lama/cara hidup lama yang dikuasai oleh dosa. Tindakan menanggalkan manusia lama ini beranjak dari sebuah kenyataan bahwa Yesus Kristus telah mematahkan kuasa dosa serta membebaskan kita dari kekuatan dosa yang membelenggu kita sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menanggalkan manusia lama tersebut. Pembaharuan hidup diwujudkan melalui karya Roh Kudus yang adalah Roh kebenran.


Sumber :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XII Penulis: Janse Belandina Non-Serrano ISBN: 978-602-244-702-3 (jil.3)

Menjadi Ciptaan Baru

Bab 5 Menjadi Ciptaan Baru 

Bahan Alkitab: 2 Korintus 5:16–21

Pendidikan Agama dan Budhipekerti Kelas XI


Tujuan Pembelajaran: 

  1. Menganalisis cara Allah membarui keluarga Kristen.
  2. Membuat video singkat tentang keluarga yang takut pada Allah.
  3. Mempresentasikan kajian tentang kehidupan keluarga yang diperbarui Allah. 
            Peristiwa penciptaan oleh Allah sebagaimana digambarkan Kitab Kejadian telah melahirkan pemahaman bahwa penciptaan lahir dari ketiadaan. Kitab Kejadian melukiskan bahwa pada saat itu “bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya” (Kej. 1:2a).

Bacalah 2 Korintus 5:16–21

            Surat Korintus (baik yang pertama maupun yang kedua) ditulis Paulus kepada jemaat atau gereja besar. Mereka berada dalam situasi yang lumayan sulit karena berbagai hal yang dihadapi terutama konflik pengajaran. Tentu harus dipahami bahwa sebagai kota pelabuhan yang besar, Korintus menjadi demikian ramai. Banyak orang keluar dan masuk ke wilayah tersebut dan membuat mereka harus terus-menerus menghadapi aneka pengajaran yang membuat umat kesulitan memahami mana yang baik, yang benar, serta yang harus diterapkan dan dilakukan.
            
            Salah satu hal besar yang dihadapi gereja awal di Korintus adalah kehidupan lama mereka dengan penyembahan berhala serta ajaran hidup lama. Semua itu membuat mereka terpaku dan kebingungan. Manakah yang mereka pilih: hidup lama dengan cara penyembahan itu ataukah pola hidup baru yang diajarkan Paulus? Sebagai gereja yang baru lahir, menjadi wajar jika mereka bingung dengan ajaran-ajaran tersebut. Untuk itulah Paulus hadir dan mengirimkan suratnya agar umat terpelihara. Mengapa dengan surat? Jika disampakan secara lisan, umat akan cepat lupa. Sebaliknya, melalui surat, umat akan dapat mendengar kembali pesan Paulus itu ketika dibacakan dalam berbagai kesempatan. Di samping itu, surat akan dapat disimpan sebagai suatu dokumen yang berharga.

            Dalam situasi seperti itulah Paulus menekankan agar umat benar-benar memahami ciptaan baru. Ciptaan baru bukanlah berarti seseorang diciptakan kembali, melainkan seseorang melakukan pola hidup baru yang lebih baik. Umat (gereja) diajak untuk bersedia meninggalkan dan menanggalkan cara hidup lama dengan penyembahan berhala itu dan hidup baru dengan mengikuti Allah. Di samping itu, umat juga diajak untuk menjalankan hidup yang baru. Misalnya, jika sebelumnya seseorang terbiasa menyingkirkan orang yang lemah secara ekonomi, kini ia diubah menjadi peduli terhadap orang-orang miskin. Mereka juga diminta untuk meninggalkan kebiasaan pesta pora dan memulai kebiasaan baru, yakni hidup dalam iman kepada Allah.


Rangkuman

Ciptaan baru adalah sebuah respons atas karya Allah yang selalu membutuhkan tindakan yang terus-menerus diperbarui. Setiap orang harus meninggalkan kehidupan lama yang tidak mencerminkan karya Allah, dan memperbaruinya dengan tindakan yang baru, yang menghadirkan tindakan yang di dalamnya karya Allah tampak dalam hidup setiap orang. 


Refleksi

Sekarang aku bisa memahami dan mempraktikkan hidup sebagai ciptaan baru. Belajar dari pengalaman umat dalam 2 Korintus 5:16–21, perilaku yang lama yang buruk perlu ditanggalkan dan diganti dengan perilaku hidup baru yang telah diperbarui. Aku mau belajar menjadi pribadi baru yang telah Allah ciptakan dengan sangat baik.




Sumber:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, 2021 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI Penulis: Mulyadi ISBN 978-602-244-708-5 (jil.2)


RAS, ETNIS, DAN GENDER

(Kejadian 1-2; Keluaran 22:21; Lukas 10:25-36; Roma 10:12;)  Pendidikan Agama Kristen dan Budipekerti Kelas XII  Tujuan Pembelajaran  Mengan...