Sumber gambar: diambil dari buku "the hermetic museum" karya Arthur Edward Waite, hal.249
Allah menciptakan alam semesta "amat baik" (tobh me'odh) dalam penggambaran ini bukan hanya manusia yang diciptakan amat baik akan tetapi semua ciptaan diciptakan amat baik termasuk jagad raya dan seisinya. Kejadian 1:1-2:4, menjadi rujukan teologis tentang penciptaan. Menurut Walter Brueggemann mengatakan bahwa teks Kejadian menggambarkan narasi liturgis, yang menyampaikan kisah penciptaan secara sistematis. Sebuah penciptaan Evolusi Deistik dan Evolusi Teistik. menurut Rick Cornish, Allah menciptakan materi dan energi, mengatur hukum-hukum alam serta mengembangkan materi dan energi. Akan tetapi proses penciptaan berhenti dan membiarkan evolusi berkembang dengan sendirinya. Allah mempertahankan peran-Nya dengan melibatkan diri dengan aktif dalam proses evolusi, Ia menciptakan natur spiritual dan menanamkannya pada gambar dan rupa Allah yaitu Adam. Menjadi gambaran dalam narasi liturgis, bahwa Adam menjadi peran dan lakon dari kisah penciptaan. Peran penting manusia tertuang dalam sebuah tugas atau mandat Allah dalam "God Will" (Kejadian 1:28 dan 2:15). Kisah penciptaan memberi sumbangsih atas cara-cara yang dapat menanggulangi krisis ekologi atau krisis lingkungan yang sekarang kita hadapi.
Kejatuhan manusia menyebabkan terganggunya hubungan antara umat manusia, Allah dan bumi. Kejatuhan yang sangat dalam menyangkut tanggung jawab antara manusia dengan penyalah guna yang disertai dari dosa yang mula-mula kejatuhan manusia (Kejadian 3:1-24) membuat bumi yang semula baik keadaannya menjadi sangat keras sehingga dosa mengutuk semua manusia harus bekerja keras dan berpeluh untuk bisa hidup, sebagai konsekuensi tanah menjadi terkutuk (Kejadian 3:17). Kain dan Habel menjadi bentuk representasi dari kecemburuan dan berujung dengan pembunuhan (Kejadian 4:1-16) dan konsekuensi dari dosa Kain adalah penolakan dan pengucilan.
Dampak dosa yang tidak terelakan merusak dan mematahkan hubungan pribadi, sosial dan menyeluruh. Ketika manusia dikuasai oleh keinginan dan menjadi egois, pada saat itulah ia akan tidak mau berempati terhadap sesamanya bahkan lingkungan di sekitarnya. Gereja-gereja pada saat ini menghadapi dua tantangan tantangan dari beberapa faktor dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
1. Faktor Eksternal
a. Perubahan Sosial
Pemahaman kesakralan alam merupakan wujud dari penghormatan terhadap alam, dalam narasi liturgis penciptaan. Manusia diciptakan terakhir untuk menerima mandat kultural sebagai, tugas yang berdampak besar bagi perkembangan dunia, dari lokal sampai aras Global. Dengan demikian manusia bertanggung jawab dalam semua bidang kehidupan dan untuk memelihara, serta mengasihi segala mahluk yang hidup di bumi ini. Natur manusia dalam free will mendorong manusia memiliki kebebasan untuk memilih keputusan sehingga mendorong manusia untuk jatuh dalam dosa, hal ini merupakan tabiat manusia untuk melanggar mandat kultural. Manusia menghadapi tantangan yang menggeser perubahan sosial diantaranya kemajuan IPTEK dan dinamika industi pertanian.
1) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
Perkembangan zaman mendorong manusia untuk berkembang begitu juga ilmu pengetahuan. Keinginan manusia untuk memudahkan hidupnya mendorong untuk membuat inovasi-inovasi, perlu mendapat perhatian bahwa setiap perkembangan teknologi selalu menjanjikan kemudahan, efisiensi, serta peningkatan produktivitas. Memang pada awalnya teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, kemudahan menggunakan teknologi serba digital: komputer, internet, mesin ATM, telepon, handphone, dan sebagainya, semuanya digerakkan secara digital. Hal ini sekarang dimudahkan dengan sebuah perangkat smartphone yang memudahkan seseorang bertransaksi bahkan memesan apapun hanya digenggaman tangan.
Kemajuan teknologi menyebabkan seseorang lebih sibuk dengan handphone sehingga kepekaan sosial semakin berkurang, sosial media bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk bersuara berpendapat, akan tetapi hal itu mengurangi kepekaan terhadap lingkungan sekitar, kencenderungan untuk update status serat menanggapi brita viral yang belum tentu kebenarannya. Hal tersebut menjadi keseharian untuk mengisi luang dengan mencari berita dan bersosial media.
2) Dalam bidang industri pertanian
Dalam negara maju yang mencakup 25% penduduk dunia, tetapi mereka mengonsumsi 80% sumber-sumber dunia, akan tetapi semua memiliki daya dukung yang terbatas. Dalam mencukupi kebutuhan kecukupan pangan petani petani komersial memiliki pola penanaman varietas tunggal (monokultur), hal ini membuat hasil panen menjadi maksimal dan tingkat keberhasilan panen meningkat, dibantu dengan penyerbukan angin.
Keinginan mendapatkan hasil lebih mendorong petani menggunakan varietas bibit yang sudah di kembangkan dalam ilmu pertanian menggunakan bibit hibrida (rekayasa tanaman penyilangan tanaman dari varietas unggul), Hal ini menyebabkan ketergantungan petani akan penggunaan pupuk, dan juga rentan terhadap hama dan penyakit. Berbeda dengan varietas tanaman lokal yang tahan penyakit serta penggunaan pupuk yang sedikit karena varietas lokal lebih tahan dengan lingkungan sekitar. Penggunaan pupuk kimia dalam lahan mono kultural dan juga penggunaan alat berat mengakibatkan hilangnya sumber-sumber genetis. Penggunaan pupuk organik juga tidaklah mudah, dengan cara yang rumit dan juga membutuhkan sistem irigasi yang rumit membuat petani lebih tertarik menggunakan pestisida dan urea.
b. Alam
Prinsip interelasi ekologi adalah sebagian kecil untuk mencukupi kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dalam pembangunan, manusia menghadapi persoalan besar terhadap perlindungan alam. Proses penghancuran ekologi semakin tidak terkontrol, perusakan hutan tropis meliputi 14% dari permukaan Bumi. Sekarang hanya tersisa sekitar 6%, 1 sampai 1,5 hektar hutan. Data dari tahun 2006 : salah satu contoh dikawasan Muria tepatnya di tiga kabupaten Kudus, Pati, Jepara luas lahan kritis mencapai 39,24840 hektar dari kurang-lebih 11.242,70 hektar kawasan hutan dan 41.171 hektar kawasan daerah aliran sungai. Pembongkaran batu kapur atau karsh mengancam kelangsungan hidup di Indonesia. Peristiwa exploitasi dalam galian tambang seperti galian C, yang berbahaya karena penambangan yang tidak ramah lingkungan dan resiko yang di timbulkan. Resiko bagi penambang dan resiko secara ekologis serta keberlangsungan ekosistem.
Bencana tidak dapat diprediksi kapan dan bagaimana akan terjadi. Karena sebuah perkiraan hanyalah sebuah asumsi dari para ahli geologi, untuk memprediksi kapan bencana itu akan terjadi hanyalah sebagai hipotesis dari perkiraan bencana. Berikut penyebab terjadinya bencana:
1) Letak Geografis
Indonesia yang berada dalam ring of fire (lingkaran api atau cin-cin api), dan letak geografis Indonesia yang berada dalam tiga lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang bisa bergerak sewaktu-waktu serta berpotensi terjadinya gempa bumi dan tsunami.
2) Iklim
Keberadaan kutub utara dan kutub selatan merupakan medan magnet yang menjaga kestabilan bumi dan merupakan daerah terdingin di bumi seperti di Antartika suhu bisa mencapai - 89,2 oC. Ada lagi daerah terpanas di dunia seperti El Aziziah, Libia, suhu disana pernah mencapai 57 oC. Bumi yang diliputi lapisan lapisan litosfer (kerak bumi yang di akibatkan proses vulkanik atau daratan) dan hidrosfer (bagian lapisan air yang menutupi atau berada di bumi). Lebih dari 70% air menutupi lapisan bumi, keberadaan air ini justru menunjang setiap sendi kehidupan yang ada di bumi. Hingga menjelang abad 20, kondisi bumi masih normal.
Belakangan ini ketika manusia semakin gencar melakukan perusakan alam terlebih perusakan hutan dan pembakaran, air laut perlahan-lahan naik mengancam kehidupan mahluk. Naiknya ketinggian air laut ini di akibatkan oleh kerusakan lapisan ozon sehingga tidak bisa memantulkan radiasi matahari, sehingga bisa mengakibatkan kenaikan suhu (efek rumah kaca) dan cuaca extream yang terjadi di abad 20. Kerusakan lapisan ozon di pacu karena emisi gas karbon dan CFCs "Chloro Fluoro Carbon" yang lebih dikenal sebagai freon, bahan gas yang digunakan untuk pendingin udara AC "air conditioner" ataupun kulkas. Industri dan kegiatan sehari-hari manusia juga menghasilkan CO2 dari emisi kendaraan dan industri pabrik. Manusia sudah terlalu banyak mengekploitasi bumi. Kerusakan alam membuat ekosistem terganggu dan menyebabkan disharmoni yang berujung pada bencana.
2. Faktor Internal
a. Pengajaran
Tantangan dari dalam (Internal) kesadaran gereja untuk menunjang pelayan secara holistik masih sangat terbatas, gereja lebih bersifat elsklusif ke dalam seperti Kebangkitan Kebangunan Rohani (KKR), dan sejenisnya. Porsi pelayanan tentang kebecanaan dan ekologi masih belum maksimal. Sangat minim dibandingkan dengan program-program yang bersifat ritual. Gereja mempunyaitanggung jawab untuk menyatakan kasih Allah dalam kata-kata dan perbuatan, keselamatan yang diberikan Allah bukan hanya mengenai hati manusia dengan hubungan dengan Tuhan Allah akan tetapi dalam keselamatan yang utuh atau menyeluruh, sebagai jawaban atas kesalahan dan kecelakaan manusia.
1) Tugas manusia sebagai mandat ciptaan terabaikan
Manusia menjadi ciptaan yang istimewa karena manusia berbeda dari ciptaan lainnya serta manusia berbeda dengan malaikat, manusia diciptakan dengan menggunakan gambaran dan rupa Allah (Kejadian 1:26), semua itu merujuk bukan hanya sedikit mirip dengan Allah, manusia juga memiliki dan menunjukkan sebagian sifat-sifat Allah. Allah menggunakan diriNya sebagai rancangan pada saat menciptakan manusia.
Manusia diciptakan sebagai mitra Allah sehingga manusia dapat berhubungan dengan Allah, itu sebabnya Allah menggunakan gambar Allah untuk membentuk manusia. Gambar Allah dalam diri manusia menunjukkan adanya hubungan yang unik antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan ciptaan lainnya. Sebagai gambar Allah manusia mengemban tugas dari Allah sebagai kehendak Allah (God Will) sebagai wakil Allah atas segala ciptaan (Kejadian 1:26) untuk mengatur dan memelihara, serta menjadi pekerja Allah untuk memelihara ciptaannya (Kejadian 2:15).
Kejatuhan manusia menjadi sebuah keputusan manusia untuk menentang perintah Allah "free will". Kehendak bebas menjadi sebuah tindakan manusia untuk memilih keputusan melawan kehendakNya, hal ini yang menjadi sebab manusia jatuh dalam dosa, jadi dosa adalah ketidak percayaan bahwa kita ada hubungan dengan Allah dan tidak taat pada kehendak Allah (god will), ketidak percayaan dan ketidak adilan termasuk dosa. Dalam Alkitab diterjemahkan dalam arti yang sama yaitu dosa dalam pandangan pribadi (ketidak percayaan), terhadap alam (krisis lingkungan) dan dosa sosial dalam pandangan sosial (Ketidak Adilan).
2) Pemahaman Diakonia
Sering kali pemahaman diakonia hanya dipahami sebatas pemberian bantuan materi, kepada orang-orang yang didalam kesusahan, sehingga diakonia hanya dikenal sebagai diakonia karikatif. Pelayanan yang holistik dibutuhkan untuk menunjang manusia hidup dalam keadilan, kurangnya pemahaman tentang bahaya krisis lingkungan bisa berdampak domino, sehingga bisa menimbulkan dampak yang lebih besar lagi dan membutuhkan penanganan lama untuk pemulihan. Hal tersebut bisa berupa bencana atau wabah kegagalan panen untuk pertanian dan industri. Diakonia transformasi diperuntukkan untuk merubah pemahaman bahwa diakonia tidak hanya sebatas menjadi tim TAGANA (Tim Tanggap Bencana). Akan tetapi ikut andil dalam migrasi bencana.
b. Peran Gereja dalam memelihara ciptaan
Alam adalah satu-satunya untuk menjalani kehidupan bersama dengan mahluk lain, alam dengan berbagai isinya telah dianugerahkan kepada manusia, untuk kehidupan manusia (Kejadian 2:8-10). Manusia berada didalam alam, sebagai bagian tempat tinggal bagi manusia alam juga tempat tinggal untuk semua mahluk yang lain. Manusia diberi kewenangan menguasai alam walaupun manusia diciptakan terakhir akan tetapi memegang peranan untuk mengolah alam untuk menunjang kehidupannya.
1) Makna Tanggung Jawab terhadap Lingkungan
Tanggung jawab terhadap lingkungan tidak lepas dari mandat Allah kepada manusia untuk menjadi penguasa atas ciptaan, mengelola dan merawat (Kejadian 1:28 dan 2:15). Tuntutan tanggung jawab manusi mengenai alam kepada Allah:
- Dengan kewenangannya secara bebas manusia menguasai, mengelola dan menggunakan alam itu untuk menunjang kehidupannya.
- Manusia juga harus memelihara dan mempertahankan kelestarian alam sebagai tempat tinggal dengan semua mahluk yang ada di dalamnya.
Motivasi tanggung jawab ini dilandasi kesadaran bahwa:
- Manusia diberi mandat oleh Allah untuk mengelola alam.
- Dalam mengelola alam disadari bahwa generasi kemudian juga berhak atas pengelolaan alam.
- Kesadaran bahwa semua mahluk juga punya hak untuk hidup di alam.
Gereja sebagai wujud kehadiran Allah dimuka bumi harus ikut andil dalam menjaga ekologi, Gereja juga memiliki tanggung jawab terhadap ekologi. Sebagai wujud tanggung jawab dari Tri tugas gereja dalam bidang diakonia.
Refrensi :
A. Noor de Graff, "Orientasi Diakonia Gereja: Teologi dalam Perpektif Reformasi",(Jakarta,2004)
Celia Deane dan Drummond, "Teologi Dan Ekologi",(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015)
Dr. Rick Cornish, "5 menit teologi",(Bandung, 2007)
Emanuel Gerrit Singgih, "Dari Eden ke Babel: sebuah tafsiran kejadian 1-11",( Yogyakarta: kanesius,2011)
G. Riemer, "Jemaat yang diakonia: prespektif baru dalam pelayanan kasih nasional dan internasional",(Jakarta,2004)
Irene Ludji, "Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi" (Disampaikan dalam Seminar Studium Generale di Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 1 Maret 2014).
J. B. Banawiratman, dkk,"iman ekonomi dan ekologi refleksi lintas ilmu dan lintas agama", (Yogyakarta: Kanisius,1996)
Koalisi Muria, "Lingkungan Muria: Mengelola Resiko Berkawan Dengan Alam", (Koalisi Muria, 2011)
Nanang Martono, "Sosiologi perubahan sosial: perspektif klasik, modern, postmodern, dan postkolonial",(Jakarta,2012)
PJ. Soerjadi, M.Th, "Dogma Menonite",(Diktat perkuliahan matakuliah teologi Menonite)
Tim Penyusun Pokok-Pokok Ajaran GITJ, "Pokok-Pokok Ajaran Gereja Injil Di Tanah Jawa GITJ",(Pati,2007)
Tim Editor Atlas dan Geografi, "Bencana Alam di Indonesia: Gempa Bumi",(Semarang, 2007)
Smart Book Primagama Kurikulum 2013
Walter Brueggemann, "Teologi perjanjian lama: kesaksian, tangkisan, pembelaan",(Maumere, 2009)
